...Author point of view....
Jessie termenung di dalam kamarnya, ia memegang lututnya sehabis mengobati memar di bawah telapak tangannya dengan salep yang Troy berikan.
Jessie tak sadar, bahwa seharian ini ia di bawah naungan Troy. Troy berada di sampingnya. Pria yang dulu sempat membuatnya ingin mengakhiri hidup. Ah, Jessie harus melupakannya. Troy sudah menjadi milik orang bukan? Tidak seharusnya ia memikirkan pria itu.
“Mama?” suara lembut nan cempreng itu, menyambut indra pendengarannya. Jessie mengulurkan kedua tangannya. Ia memangku Lauryn yang langsung berusaha menghadap ke belakang, melihat wajahnya.
Jessie memeluk Lauryn dari belakang, ia dudukkan Lauryn di pangkuannya. Jessie tak menyadari bahwa seharusnya ia sudah harus mencari alasan tentang di mana keberadaan Ayah anaknya sekarang.
“Rynryn udah mam?” tanya Jessie sambil menaruh dagunya untuk bertumpu di atas pucuk kepala Lauryn.
Lauryn menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca. “Mama sama Rynryn aja ya. Rynryn engga butuh Papa. Rynryn cuman butuh Mama aja.” ujar Lauryn yang berpikir bahwa Jessie menjadi seperti ini, akibat ulahnya.
“Ssstt, kamu ngomong apa? Bukannya kamu mau ketemu Papa?” tanya Jessie lagi, Lauryn menggeleng cepat. Ia menarik ingusnya yang mengalir khas anak kecil.
“Engga mau. Rynryn mau sama Mama aja. Mama jangan pergi lagi kaya tadi.” sentak Lauryn cepat, Jessie tersenyum lebar, ia langsung memutar tubuh anaknya. Lauryn mengalungkan tangannya pada leher Jessie.
“Makasih ya sayang. Udah ngertiin Mama.” ucap Jessie lembut, penuh kasih sayang. Lauryn mengangguk cepat, ia menarik kaus Jessie yang telah berganti menjadi piyama untuk mengelap ingusnya.
“Eehh, Rynryn jorok ya.” kekeh Jessie tersenyum gemas, mendengar hal itu, Lauryn menjadi tertawa bebas. Merasa senang, setelah berhasil membuat ibunya kembali tersenyum.
... ★★★...
Terik matahari di tutupi oleh dinding-dinding hotel yang sangat dingin. Jessie kembali ke pekerjaannya, namun kali ini ia berangkat dari rumah menuju hotel Andreas. Bersama Lita dan anaknya. Lita menggenggam Lauryn, agar tak hilang.
Sedangkam Jessie, membawa tas yang cukup besar, berisikan buku resep rancangannya sendiri. Mereka di sambut dengan baik, Lauryn tak di biarkan masuk ke dalam dapur. Mengingat bahwa itu adalah ruangan yang sedikit sensitif.
Jadilah Lauryn di tinggalkan ke salah satu room exsecutive, karena Lauryn adalah anak dari Jessie, jadilah ia mendapatkan fasilitas itu. Secara ibunya sedang bekerja, dan membantu banyak dalam hidangan hotel hari ini.
“Apinya di bawa tekanan empat puluh derajat ya. Minimal tiga puluh delapan selsius. Jangan kurang, jangan lebih.” titah Jessie memberikan instruksi.
“Coklatnya campur lagi sama cream. Jangan sampai keaduk rata.” ujar Jessie lagi, Lita mencatat satu persatu bahan yang kurang ketika di masukkan. Lalu Jessie membantu beberapa orang mengaduk adonan demi adonan.
Miracle tersenyum menyaksikan itu. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu membidik tepat ke arah di mana Jessie berdiri. Miracle tersenyum, ia memberikan foto itu kepada seseorang yang memang memintanya.
Tiga jam penuh, Jessie habiskan di dapur hotel. Ia dan Lita, kembali ke kamar, dengan sebelumnya, mereka ber tos ria,setelah berhasil menghidangkan donat yang memiliki rate bintang lima, dari para pengunjung hotel Andreas.
“Silahkan ber istirahat Mrs. Jessie, kami sudah menyiapkan kamar untukmu.” ujar Miracle setelah semuanya selesai, Jessie mengangguk dengan Lita yang berada di sampingnya.
“Tidak perlu, aku akan bersama anakku di ruangan yang tadi saja.” ujar Jessie membalas ucapan Miracle. Miracle mengangguk menyetujui.
“Selamat ber istirahat Mrs.” pamit Miracle sebelum akhirnya Jessie dan Lita melangkah menjauh, keluar dari dapur hotel.
Jessie memasuki kamarnya bersama Lita, di sana terdapat anak kecil yang sedang asik bermain boneka. Jessie tutup pintu itu kembali dengan id card. Lalu ia menghampiri sesosok anak kecil yang sedang duduk di tengah ranjang.
“Anak Mama masih gini aja dari tadi? Engga bobo siang?” tanya Jessie merapihkan helaian rambut anaknya yang agak berantakan. Gadis kecil itu menggeleng.
“Engga mau, engga ngantuk.” jawab Lauryn dengan wajah yang di tekuk. Lita menggelengkan wajahnya maklum, pasti anak dari bos nya, sedang merajuk.
“Iyaudah main lagi. Mama buatin susu ya.” Lauryn kembali tidak menjawab, tapi Jessie tahu, bahwa anaknya tidak bisa menolak susu buatannya.
... ★★★...
...Troy point of view....
Troy memainkan jarinya di atas keyboard. Ia sedang tidak bekerja, namun sedang bermain game. Troy yang tak terlalu perduli pada pekerjeaan sejak dulu pun, sekarang masih lah sama. Bedanya, jika dulu ia tidak bekerja, uang tak akan di hasilkan. Namun jika ia hanya berduduk diam seperti sekarang, uang akan terus mengalir setiap jam nya.
“Apakah aku harus membelikannya hadiah juga? ” tanya Troy bermonolog, Troy tersenyum miring, setelah tampilan laptopnya berbeda. Bukan menampilkan game lagi.
“Dia menjadi semakin dingin padamu, Troy.” desah Troy menyenderkan punggungnya pada kursi kebesarannya.
“Tubuhnya menjadi semakin jenjang, dan berisi. Benar-benar sexy.” Troy menggigit bibir bawahnya. Matanya memincing, melihat bingkai besar di dalam ruang kerjanya.
“Kenapa aku harus menyembunyikan mu?” tanya Troy sambil menatap bingkai yang selalu saja lepas pasang. Bingkai besar itu selalu di taruh selama jam kerjanya. Namun jika jam kerjanya usai, bingkai itu akan di turunkan, dan di ganti dengan bingkai yang lain.
“Aku ingin bebas seperti dulu lagi.” Troy mengadahkan wajahnya ke atas. Gurat mimiknya yang lelah, tercetak jelas pada wajahnya yang tampan.
“Tapi aku juga ingin kaya. Bebas melakukan apapun yang aku suka. Seperti sekarang.” ujar Troy lagi, ia tak menyesali kerja kerasnya selama bertahun-tahun ini. Setelah mengalami peristiwa yang buruk, beberapa tahun silam.
“Aku tidak jahat bukan. Aku hanya ingin meringankan tugasmu. ” Troy menutup laptopnya langsung, ia kembali menatap wajah pada bingkai besar di tengah dinding ruangan kerjanya.
...Author point of view....
Ketika malam tiba, Jessie dan Lauryn, juga Lita, bersiap untuk pulang. Tapi ternyata Miracle menahan mereka. Untuk tetap menetap di sini saja.
“Aku tidak bisa di sini saja Miracle, anakku besok harus sekolah.” ujar Jessie menolak secara halus, Lita yang melihat raut wajah kecewea dari Miracle pun menjadi tak enak hati.
“Kak, biar Lauryn pulangnya sama aku aja. Aku bisa mesen taxi kok.” ujar Lita paham, Jessie menggeleng, tapi Lita segera berucap kembali. “Rynryn mau sama Kakak kan?” Lauryn yang sudah mengantuk berat pun mengangguk cepat.
“Ah tidak perlu naik taxi. Staff kita akan mengantarmu.” ujar Miracle tersenyum lebar, Jessie menghela nafas pasrah, ia kecup kening anaknya, sebelum akhirnya Lauryn pergi bersama Lita.
“Terimakasih Miracle. Kau sungguh baik padaku.” ucap Jessie tulus, Miracle mengangguk, “Aku harus segera kembali ke kamarku. Selamat malam Mira.” Jessie berbalik arah sambil tersenyum ngantuk.
Miracle menarik sudut bibirnya, ia mengeluarkan ponselnya. Lalu mulai mengetikkan beberapa pesan, dengan senyum yang mengembang.
‘Mrs. Jessie, tidak jadi pulang ke rumahnya.’
...Author point of view off....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PASTI KERJAAN TROY YG MNAHAN JESSIE UNTUK TTP DIHOTEL, DN TROY UDH KERJASAMA DGN MIRACLE..
2023-07-18
0
sikaarta
Baru ketemu cerita ini 🤭
2021-07-12
0
Nurhayati Lis
oh oh siapa dia....? penasaran....
2020-10-02
0