Serangan Asrul tidak berhenti sampai di sana, dia melepaskan sebuah tendangan sekuat tenaga ke perut pembunuh itu, membuat tubuh lawannya terlempar beberapa meter sampai menghantam pohon di belakangnya.
Tendangan Asrul berhasil membuat pembunuh itu muntah darah, pembunuh tersebut juga bisa merasakan beberapa tulang rusuknya patah.
Pengawal keluarga Teratai bergegas mendekati dan menghunuskan pedangnya pada leher pembunuh tersebut yang kini terduduk lemas memegang perutnya.
"Tidak perlu buang waktu mencoba mengorek informasi darinya, mereka para pembunuh Silver Hawk akan menutup rapat mulut mereka, lagipula ada racun yang tersimpan di gigi mereka untuk bunuh diri jika tertangkap." Kata Asrul dingin.
Pengawal keluarga Teratai mengerutkan dahi sementara pembunuh bertopeng emas begitu terkejut dan memandang Asrul seolah sedang melihat hantu.
Soal racun di gigi para pembunuh Silver Hawk, tidak ada yang mengetahuinya selain anggota Silver Hawk. Andaikan anggota mereka terpaksa menggunakannya, orang luar tidak akan menyadari itu disebabkan oleh racun.
Belum sempat pembunuh topeng emas mencerna situasinya, sebuah pisau sudah menancap di lehernya. Pembunuh itu meronta beberapa saat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Sampai dia matipun, dirinya tidak percaya bahwa seorang pendekar kelas satu sepertinya tewas di tangan pemuda yang terlihat tidak berbahaya.
Pengawal keluarga Teratai sampai tidak bisa bernafas dan sekarang memandang Asrul dengan perasaan takut.
Pengawal ini sudah bekerja seperti ini selama 15 tahun dan melihat banyak darah jadi dia mengetahui orang yang bisa mengambil nyawa orang lain tanpa berkedip seperti dilakukan Asrul barusan hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang telah membunuh tidak terhitung jumlahnya.
"Kenapa melamun? Kita harus segera kembali menemui Guruku dan Tuan Muda Faisal..." Tidak peduli dengan reaksi pengawal tersebut, Asrul bergegas meninggalkan taman dan menuju ke tempat Gus Mukhlas berada.
Gus Mukhlas merasa sedikit canggung ketika Faisal terus menerus memuji dirinya di depan calon mertua serta istrinya. Cara calon istri Faisal menatapnya juga membuat Gus Mukhlas tidak nyaman.
Meskipun Gus Mukhlas memakai sorban dan bermasker, tetapi semua orang masih bisa menilai bahwa dirinya adalah seorang pria yang sangat rupawan.
"Pantas saja pagi ini aku melihat pelangi meskipun tidak hujan, ternyata kediamanku telah kedatangan pahlawan besar. Kami sungguh beruntung." Calon mertua Faisal juga begitu bersemangat setelah mendengar tentang Gus Mukhlas.
Bagi pedagang kaya sepertinya, memiliki seorang ksatria ahli dalam keluarganya sudah keberuntungan yang luar biasa. Sementara bisa berhubungan dengan ksatria ternama seperti Gus Mukhlas adalah mimpi belaka. Untungnya pedagang ini memiliki putri yang cantik serta cerdas yang mampu menarik salah satu Tuan Muda dari keluarga inti Teratai sehingga memiliki kesempatan seperti sekarang.
Gus Mukhlas hanya bisa tersenyum canggung menanggapi kalimat tersebut namun senyumannya tidak bertahan lama karena dia merasakan nafsu membunuh dalam jumlah besar sedang mendekati ruangan tempat mereka berada.
Pada saat hampir bersamaan Gus Mukhlas merasakan nafsu membunuh itu, sosok berjubah muncul dari bayangan Faisal. Kemunculan Kawamatsu dari bayangan membuat calon mertua dan calon istri Faisal kaget bukan main.
"Tuan Muda, berlindung di belakangku." Kawamatsu kemudian memandang Gus Mukhlas, "Pendekar Gus Mukhlas, namaku Kawamatsu dari keluarga Teratai. Aku membutuhkan bantuanmu untuk mengatasi masalah yang akan datang sebentar lagi." "Senior Kawamatsu tidak perlu sungkan..." Gus Mukhlas bangkit dari tempat duduknya lalu tubuhnya melepaskan aura bertarung yang membuat Kawamatsu menelan ludahnya.
Faisal ingin bertanya pada Kawamatsu apa yang terjadi, namun belum sempat dia berkata apa-apa, pintu ruangan telah terbuka.
Belasan orang bertopeng perak dan emas memasuki ruangan, beberapa diantara mereka bersimbah darah dan Gus Mukhlas mengetahui itu bukan darah para orang bertopeng tersebut. Tatapan Gus Mukhlas menjadi dingin karena menyadari di luar ruangan ini mungkin telah jatuh banyak korban, Gus Mukhlas juga mencemaskan keselamatan Asrul.
"Faisal, hari ini adalah hari kematianmu..."
Selain belasan pembunuh bertopeng perak dan emas, tiga orang lainnya memasuki ruangan. Aura yang dipancarkan ketiga orang ini jauh berbeda dengan belasan lainnya, Gus Mukhlas maupun Kawamatsu menyadari ketiganya merupakan pesilat tangguh yang memiliki tenaga dalam tinggi.
Ketiganya memakai topeng ungu, mereka merupakan pembunuh kelas tertinggi dalam organisasi Silver Hawk.
"Tuan Muda Faisal, Sebenarnya siapa musuh anda? Bahkan ketika Silver Hawk berniat membunuh Taimiyah, mereka hanya mengirim satu pembunuh setingkat ini tetapi kini tiga orang datang untuk menghabisi kamu..." Gus Mukhlas bertanya pada Faisal.
Faisal tersenyum pahit, "Imam Gus Mukhlas, ini bukan masalahku pribadi melainkan keluarga Teratai secara keseluruhan."
Beberapa waktu lalu Pangeran yang berniat menjadi gubernur Batavia menggunakan dukungan padepokan aliran hitam mendatangi keluarga Teratai untuk meminta dukungan.
Tentu saja kepala keluarga Teratai menolak mentah-mentah permintaan tersebut, mereka bahkan tidak berniat mendukung Putra Mahkota apalagi seorang Putra yang ingin memberontak.
Putra tersebut kemudian mengatakan bahwa kepala keluarga Teratai akan menyesali telah menolak permintaannya dan keturunan keluarga Teratai akan menerima akibatnya.
Faisal cukup yakin Putra tersebut yang menyewa jasa Organisasi Silver Hawk, mengingat tidak banyak juga sosok yang mampu membayar mahal yang membuat Silver Hawk mengerahkan anggotanya sebanyak ini.
Ketiga pembunuh bertopeng ungu itu tidak langsung bergerak, mereka seperti sedang menunggu sesuatu. Ini membuat Gus Mukhlas semakin cemas.
Keberadaan Gus Mukhlas di sisi Faisal memang diluar perkiraan Silver Hawk. Mereka sudah mendapatkan informasi bahwa keturunan keluarga Teratai yang penting seperti Faisal selalu dikawal oleh seorang pendekar ahli karena itu organisasi mengirim mereka bertiga.
Sekarang situasinya tidak sesuai rencana Silver Hawk. Gus Mukhlas adalah ksatria ternama, kemampuannya cukup untuk bertarung imbang dengan ketiga pembunuh bertopeng ungu sekaligus. Jika Gus Mukhlas dibantu oleh Kawamatsu maka kekalahan ketiganya sudah bisa dipastikan.
Sebab itulah ketiganya menyarankan untuk menggunakan Asrul sebagai sandera, mereka mengetahui orang aliran putih seperti Gus Mukhlas sangat mementingkan keselamatan rekannya.
"Mereka berniat mengulur waktu. Senior Kawamatsu, lindungi Tuan Muda Faisal dan lainnya, aku akan maju menyerang." Gus Mukhlas semakin yakin Asrul dalam bahaya, karena itu dia berniat menyerang lebih dulu.
Selama Gus Mukhlas bisa menghabisi ketiga pembunuh bertopeng ungu, situasinya akan menjadi lebih terkendali.
Kawamatsu mengangguk pelan, selama Gus Mukhlas bisa menghadapi dua pembunuh bertopeng ungu saja, Kawamatsu tidak akan kesulitan melindungi Faisal dari belasan pembunuh bertopeng perak dan emas yang dibantu oleh seorang pembunuh bertopeng ungu.
Gus Mukhlas menarik pedangnya kemudian mengalirkan tenaga dalam, pedangnya menjadi sedikit bercahaya dan tanpa ragu Gus Mukhlas menghadapi ketiga pembunuh bertopeng ungu bersamaan.
"Bagus, aku ingin lihat kemampuan ksatria Bersorban hari ini!" Salah satu pembunuh bertopeng ungu menarik senjatanya yang berupa pedang pendek dan menyambut serangan Gus Mukhlas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1282 Episodes
Comments