"Tempat ini bernama ruang administrasi Padepokan Kun Billah, tempat semua anggota Padepokan mengambil misi serta melakukan berbagai kegiatan administrasi." Gus Mukhlas menjelaskan.
Asrul tentu sudah mengetahuinya, dia pernah bekerja di bagian administrasi selama beberapa tahun pada kehidupan sebelumnya karena tidak ingin berlatih bela diri. Gus Mukhlas mengatakan dia ingin mendaftarkan Asrul sebagai muridnya serta memesan pakaian Padepokan untuk Asrul.
Ruang administrasi Padepokan memang menjadi salah satu tempat yang selalu ramai pengunjung di Padepokan Kun Billah. Gus Mukhlas dan Asrul cukup menarik perhatian banyak orang ketika memasuki tempat tersebut.
Semua perhatian itu wajar mengingat Gus Mukhlas merupakan Imam terbaik dalam Padepokan Kun Billah, menduduki posisi tersebut pada usia 25 tahun.
Di sebabkan seringkali menjalankan misi di luar Padepokan setelah menjadi Imam Padepokan, cukup jarang seseorang bisa melihat Gus Mukhlas.
Gus Mukhlas membawa Asrul menuju salah satu meja administrasi yang sedang kosong.
Asrul tidak menduga akan melihat wajah yang tidak asing baginya.
Di ruang administrasi, Gus Mukhlas langsung berjumpa dengan nona Wenny yang merupakan sahabat Gus Mukhlas sejak kecil. Nona Wenny sekarang menjadi ketua pengurus bagian administrasi di Padepokan Kun Billah.
Seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Gus Mukhlas sedang sibuk menulis di meja tersebut, ketika menyadari kedatangan Gus Mukhlas, dirinya segera tersenyum hangat dan menyambut keduanya. "Imam Gus Mukhlas anda telah kembali dan sepertinya anda tidak sendirian, siapa pemuda ini?" gadis itu memandang Asrul penuh kasih.
"Saudari Wenny, mohon bantu aku membuatkan identitas untuk muridku." Gus Mukhlas berkata demikian sambil mengelus kepala Asrul.
"Oh, Imam Gus Mukhlas akhirnya mengambil murid?" Gadis tersebut terlihat sedikit terkejut sejenak sebelum mulai melakukan permintaan Gus Mukhlas.
Asrul tidak akan pernah melupakan gadis di hadapannya, gadis yang bernama Wenny. Melihat gadis tersebut membuat Asrul mengingat banyak kenangan yang terpendam lama dalam dirinya.
Wenny berasal dari generasi yang sama dengan Gus Mukhlas. Usia keduanya juga tidak berbeda jauh, Wenny lebih muda beberapa bulan dari Gus Mukhlas.
Bagi Gus Mukhlas, Wenny adalah sosok yang istimewa karena gadis ini satu-satunya yang perhatian setelah melihat sikap Imam Khairul. Sebab itulah pada kehidupan sebelumnya, ketika Asrul mengatakan ingin bekerja di bagian administrasi Padepokan Kun Billah, Ibnu menitipkannya pada Wenny.
Asrul belajar begitu banyak tentang administrasi serta pengetahuan umum tentang dunia persilatan di bawah bimbingan Wenny. Sejauh yang Asrul ketahui, ilmu bela diri Wenny juga tinggi hanya saja gadis tersebut tidak suka kekerasan sehingga memilih bekerja di bagian administrasi.
Jika Gus Mukhlas adalah sosok pengganti ayah bagi Asrul di kehidupan sebelumnya, Wenny seperti pengganti seorang Ibu baginya.
Asrul bisa mengingat saat Gus Mukhlas meninggal karena sakit, Wenny menangis selama beberapa hari tanpa henti dan tidak pernah tersenyum lagi sejak saat itu. Tubuhnya menjadi kurus sampai akhirnya meninggal akibat kelelahan tiga tahun kemudian. Wenny menaikkan alisnya ketika menyadari Asrul menatapnya dengan mata berkaca-kaca, "Ada sesuatu yang salah denganku?" tanyanya pada Asrul.
"Ah, tidak. Tante mengingatkanku pada seseorang." Asrul segera mengendalikan ekspresi wajahnya.
Wenny hanya tersenyum setelah Asrul menjawabnya demikian, Wenny kemudian mendiskusikan tentang Asrul pada Gus Mukhlas.
"Imam Gus Mukhlas, menurut peraturan, Asrul belum bisa berlatih bela diri..."
Asrul mengingat peraturan yang dimaksud oleh Wenny. Padepokan Kun Billah membagi penerimaan murid menjadi dua kategori, pertama adalah mereka yang berasal dari dalam Padepokan dan kedua adalah yang berasal dari luar Padepokan.
Perekrutan dalam dilakukan untuk mereka yang merupakan keturunan dari anggota Padepokan Kun-Billah , bagi mereka yang termasuk kategori ini boleh langsung berlatih. Dalam kasus Asrul, dia berasal dari luar Padepokan dan hanya bisa menjadi murid resmi serta memulai latihannya setelah tinggal di dalam Padepokan selama dua bulan.
Asrul tidak terlalu memahami peraturan ini tetapi yang dia ketahui ini demi kebaikan mereka yang ingin belajar bela diri. Mereka yang berasal dari keluarga Padepokan memiliki pola kehidupan dan nutrisi yang membuat tubuh mereka lebih siap untuk melakukan latihan bela diri.
Berbeda dengan Asrul yang berasal dari keluarga biasa, tubuh mereka tidak akan kuat menahan latihan keras ilmu bela diri.
"Tidak masalah, Asrul juga harus belajar kitab dan lainnya terlebih dahulu." Gus Mukhlas mengetahui Wenny mengingatkan karena dirinya tidak pernah mengambil murid sebelumnya tetapi Gus Mukhlas tidak akan melupakan peraturan tersebut.
Gus Mukhlas sendiri sebenarnya merupakan keturunan dari anggota Padepokan Kun-Billah. Jadi dia mulai berlatih sejak usia 8 tahun. Ibu Gus Mukhlas meninggal setelah melahirkannya sementara Ayahnya terbunuh saat menjalani sebuah misi ketika Gus Mukhlas berusia 15 tahun.
Asrul menggaruk kepalanya yang tidak gatal, memang benar di kehidupan sebelumnya karena latar belakang keluarganya, Asrul tidak bisa membaca kitab apalagi menulis padahal keduanya sangat dibutuhkan jika ingin mempelajari bela diri berdasarkan kitab-kitab.
Keahlian dasar lain yang perlu dipelajari adalah pengetahuan umum tentang dunia seperti ekonomi, etika dan lainnya.
Masalahnya Asrul sudah menguasai itu semua dengan ingatan dari kehidupan sebelumnya, lagipula meskipun sekarang kembali berusia 19 tahun tetapi ingatan miliknya adalah seseorang yang berusia 120 tahun.
"Asrul, simpan baik-baik tanda pengenal ini. Mulai sekarang kau adalah bagian dari Padepokan Kun Billah." Gus Mukhlas memberikan sebuah lencana besi yang bertuliskan nama Asrul, pada sisi lain dari lencana tersebut ada lambang Kun Billah serta nama Gus Mukhlas.
Wenny mengatakan akan ada yang mengantarkan pakaian Padepokan untuk Asrul nanti di kediaman Gus Mukhlas.
"Seperti yang engkau lihat, Wenny. Inilah pemuda yang di maksudkan oleh Mbah Jena yang diserahkannya kepadaku untuk menjadi muridku." Gus Mukhlas memperkenalkan Asrul kepada Nona Wenny.
"Salam kenal Tante Wenny, perkenalkan nama saya Asrul." Asrul menyodorkan tangannya menyalami nona Wenny.
"Selamat datang Asrul. Gus Mukhlas, apakah Mbah Jena bertemu langsung denganmu dan menyerahkan Asrul kepadamu?"
"Iya nona, tetapi kami tidak banyak bercerita karena pertemuan kami begitu singkat. Sepertinya Mbah Jena langsung membawa cucunya ke tempat yang menjadi tujuan kita semua."
Nona Wenny mengerutkan keningnya, dia tidak mengetahui dengan jelas apa maksud yang di katakan Gus Mukhlas. "Apakah maksudmu Mbah Jena membawa Siti Adawiyah ke kota Batavia?"
"Itulah yang telah dikatakan oleh Mbah Jena. Sebenarnya aku hendak menanyakan hal ini kepada Mbah Jena, tetapi aku khawatir nanti Mbah Jena kembali menghukum ku seperti kejadian sebelumnya."
"Oalah Gus, jangan kau hubungkan peristiwa itu dengan kepergian Mbah Jena dan Siti Adawiyah. Yang kau lakukan dahulu memang murni kesalahanmu. Kau telah membuat Mbah Jena murka."
Setelah selesai mendaftarkan Asrul, Gus Mukhlas kemudian melaporkan misi yang telah dia selesaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1282 Episodes
Comments