"Ya benar tuan Faisal, tentunya engkau telah mendengar kabar bahwa warga telah menganggap diriku tiada." Asrul menceritakan semuanya sambil tertunduk.
Sementara Gus Mukhlas berusaha mengembalikan situasi dengan mengalihkan alur pembicaraan. "Sepertinya tuan Faisal sedang mempersiapkan sebuah pertunangan di luar kota. Benarkah tuan?"
"Ya benar Imam. Saya hendak melamar seorang gadis putri pengusaha konveksi di kota Gelumbang. Oh iya. Berhubung hari sudah menjelang malam, bagaimana kalau Imam menemani kami bermalam di sini." Faisal berusaha menebus kesalahan pengawalnya yang telah menyinggung Gus Mukhlas.
Gus Mukhlas sangat mengerti kebiasaan keluarga Teratai, mereka sangat berpantang jika permintaannya di tolak. Karena itulah Gus Mukhlas menyetujuinya.
"Baiklah jika kehendak tuan Faisal demikian."
Dalam perjamuan makan malam, Faisal mempertanyakan kepada Gus Mukhlas tentang peristiwa penggrebekan warga terhadap Mbah Jena dan Asrul. Tentu saja Gus Mukhlas merahasiakan soal misinya untuk menyelamatkan Kitab Al-Hikam.
"Apakah Imam tidak beserta Mbah Jena saat kejadian di kota Bukit Siguntang?" Faisal bertanya sambil menunduk, khawatir Gus Mukhlas tersinggung.
"Saat peristiwa itu terjadi, kebetulan saya sedang menjalankan sebuah misi dari Mbah Jena. Tapi semua baik-baik saja. Sebelum pergi, Mbah Jena sempat menitipkan seorang muridnya kepadaku sebelum beliau meninggalkan kota Bukit Siguntang. Inilah Asrul, murid Mbah Jena yang di titipkannya kepadaku."
Gus Mukhlas tidak membahas tentang Kitab Al-Hikam. Khawatir nanti Faisal menjadi penghalang misinya.
Sambil bertepuk tangan, Faisal memuji keistimewaan Asrul. "Luar biasa! Ternyata temanku Asrul adalah ujung tombak perjuangan Mbah Jena yang mulia. Aku salut kepadamu teman."
Gus Mukhlas kaget mendengar sanjungan dari Faisal terhadap Mbah Jena. "Maaf, kalau boleh tau sejauh mana yang tuan Faisal ketahui tentang perjuangan Mbah Jena?"
"Kenapa Imam bertanya demikian? Bukankah semua orang telah mengetahui bahwa Mbah Jena memiliki sebuah kitab yang dapat merubah dunia? Jujur saja aku juga menginginkan kitab itu, seandainya tidak ada yang mengetahuinya. Sayangnya Mbah Jena telah mengajarkan kandungan kitab itu kepada khalayak ramai. Inilah yang di perebutkan oleh semua orang, akhirnya menjadi bumerang bagi Mbah Jena sendiri."
Tidak lama setelah Faisal memasuki tendanya, sosok berjubah hitam muncul dari bayangannya. Sosok tersebut memakai penutup muka.
"Oh? Aku hampir tidak pernah mendengar Guru Kawamatsu memuji ksatria lain." Faisal tersenyum tipis pada sosok bertutup muka tersebut. Faisal baru saja mendengar sosok bertutup muka itu sedang memuji Asrul dan Gus Mukhlas.
Pria bertutup muka dihadapannya adalah Kawamatsu. Dia adalah salah satu ksatria ternama yang bekerja untuk keluarga Teratai. Kawamatsu adalah seorang Illuminator, Dengan teknik khususnya dia dapat bersembunyi di dalam bayangan seseorang. Faisal merupakan satu-satunya generasi muda keluarga Teratai yang berbakat sehingga Kawamatsu selalu melindunginya setiap waktu.
"Tidak hanya Imam bersorban yang menyadari kehadiranku bahkan muridnya yang begitu muda juga bisa melihatku bersembunyi di bayangan Tuan Muda..." Jantung Kawamatsu sempat berhenti sejenak ketika menyadari Asrul menatap dirinya sambil tersenyum lebar.
Mata Faisal melebar, dia sulit percaya perkataan Kawamatsu. Faisal akhirnya hanya bisa tersenyum canggung dan bersyukur dirinya tidak bersikap arogan di depan pasangan Guru dan Murid yang luar biasa tersebut.
Kawamatsu juga menambahkan jika dirinya harus bertarung berhadapan dengan Gus Mukhlas, dia rasa kecil kemungkinan dirinya bisa keluar sebagai pemenang. Kawamatsu sendiri tidak menduga bahwa Padepokan Kun-Billah memiliki pesilat muda yang begitu berbakat.
"Guru, Aku ingin berlatih sebentar sebelum tidur." Biarpun hari sudah gelap tetapi masih belum begitu malam bagi Asrul untuk beristirahat, dia ingin mencari tempat sepi dan melatih pernafasan seperti biasanya.
"Jangan pergi terlalu jauh, tempat ini tidak terlalu aman." Gus Mukhlas tidak melarangnya, dia merasa Asrul memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri sampai batasannya.
Asrul mengangguk pelan sebelum meninggalkan Gus Mukhlas sendirian, dia mengetahui bahwa setiap malam selama perjalanan mereka, Gus Mukhlas melatih tenaga dalamnya kembali. Makanya Asrul membiarkan Gus Mukhlas sendirian agar dapat melakukan latihan pernafasan tersebut.
"Kondisi Guru memang menjadi lebih baik dibandingkan hari -hari sebelumnya, tetapi masih butuh waktu cukup lama untuk memulihkan diri sepenuhnya." Pikir Asrul sambil menggelengkan kepala.
Luka dalam yang dialami oleh Gus Mukhlas memang begitu serius, jika bukan karena kualitas fisik yang kuat serta tenaga dalam dan tingkat kultivasi lumayan tinggi yang dimilikinya saat menerima luka tersebut mungkin Gus Mukhlas akan tewas dalam beberapa hari atau setidaknya menjadi lumpuh.
Gus Mukhlas masih mampu bertahan hidup seperti sekarang dan hanya mengalami batuk ringan setiap malam sudah menunjukkan kehebatan bakat yang telah dia miliki.
Asrul yakin andaikan Gus Mukhlas lahir di Padepokan besar dan mendapatkan sumber daya yang sesuai dengan bakatnya, Gus Mukhlas bisa menjadi salah satu dari sepuluh atau lima tokoh terkuat di dunia persilatan sebelum berusia 50 tahun.
"Selama luka dalam Guru dapat disembuhkan, dia tetap bisa mencapai puncak dari ilmu bela diri, hanya saja lebih lama dari seharusnya..." Asrul bergumam pelan sambil mencari tempat yang sepi. Sepertinya para pengawal terlihat tidak peduli dengan keberadaannya.
Setelah mengetahui dirinya adalah murid dari Padepokan Kun Billah, cara pandang para pengawal pada Asrul menjadi berbeda. Apalagi ketika mereka menyadari Gus Mukhlas adalah seorang ksatria ternama, sosok yang dapat mengakhiri nyawa mereka semua tanpa kesulitan.
Asrul pergi ke tempat sepi yang letaknya tidak terlalu jauh dari perkemahan rombongan tersebut. Dia kemudian duduk bersila dan mulai melakukan latihan pernafasan. Tanpa mempedulikan sekitar, Asrul memulai latihannya.
Pada saat pertama kali melakukan latihan pernafasan, Asrul butuh waktu delapan jam untuk meningkatkan kultivasinya, namun sejak memiliki tingkat grand master dirinya hanya membutuhkan dua jam untuk melakukan latihan pernafasan.
Jika Asrul berlatih tanpa henti, dia bisa meningkatkan kultivasinya hingga ke tahap great grand master, tetapi Asrul khawatir akan ada efek samping. Sejauh yang Asrul ketahui, tidak ada pesilat manapun yang mampu setiap hari rutin melakukan tekhnik latihan pernafasan.
Beberapa Padepokan besar mungkin memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukannya tetapi tidak ada yang akan menghabiskan waktu sebanyak itu untuk satu orang saja, mereka lebih mementingkan latihan fisik dan ilmu pengetahuan.
Sebenarnya Asrul berniat melakukan latihan pernafasan sepanjang malam ini, namun ketika dia baru melakukannya selama dua jam, dia merasakan ada gerakan di pepohonan tidak jauh dari tempatnya duduk bersila.
"Satu.. Dua.. Tiga... Tiga orang pesilat kelas dua..." mata Asrul dapat melihat cukup baik dalam kegelapan, dia bisa melihat ada tiga orang memakai topeng berwarna keperakan sedang memantau perkemahan Faisal dari atas pohon.
Salah satu dari ketiganya menyadari kehadiran Asrul yang masih dalam posisi duduk bersila, dia berpikir Asrul belum menyadari keberadaan mereka, lagipula jarak Asrul dan mereka cukup jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1282 Episodes
Comments