Asrul hanya bisa berharap bahwa kejadian mengerikan itu tidak terjadi malam ini karena Asrul tidak bisa membantu Gus Mukhlas andai terjadi sesuatu nanti.
Keduanya kemudian memasuki penginapan yang bernama penginapan Taman Kenten.
Penginapan Taman Kenten begitu sederhana, berbentuk bangunan dua lantai yang menyediakan empat ruangan untuk di booking. Gus Mukhlas memesan satu ruangan yang berada di lantai dua serta memesan beberapa makanan untuk disantap di ruangan mereka.
"Asrul, kau selama ini hanya makan biskuit, sekarang makanlah yang banyak."
Beberapa hari terakhir Gus Mukhlas hanya bisa memberikan Asrul biskuit jadi kali ini dia menyuruh Asrul menikmati hidangan lauk pauk tersebut.
"Terima kasih Guru..." Setelah memberi hormat pada Gus Mukhlas, Asrul mulai mengambil satu demi satu lauk dengan sendok.
Keduanya tidak bicara sepatah katapun saat makan.
Setiap kali malam tiba, Gus Mukhlas akan mulai batuk-batuk ringan.
Asrul memandangnya dengan cemas tetapi Gus Mukhlas mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa, padahal Asrul sadar kondisi Gus Mukhlas begitu serius. Akibat luka dari latih tanding pada masa mudanya, Gus Mukhlas mengalami luka dalam yang sulit disembuhkan.
Asrul bisa mengingat jelas kondisi Gus Mukhlas yang terus memburuk, sepuluh tahun dari sekarang Gus Mukhlas tidak akan lagi mampu bangkit dari tempat tidur dan akhirnya wafat dua tahun setelahnya.
"Kali ini aku tidak akan membiarkan Guru bernasib sama..." Asrul bertekad dalam hatinya, dengan pengetahuan yang dimilikinya dari kehidupan sebelumnya bukan tidak mungkin menyembuhkan kondisi Gus Mukhlas.
Selesai makan malam Gus Mukhlas duduk bersila di atas ranjangnya untuk melakukan pelatihan pernafasan sementara Asrul meminta izin untuk pergi melihat-lihat. Gus Mukhlas sudah terbiasa melihat Asrul yang memang hanya tidur beberapa jam saja setiap harinya. Asrul mengatakan itu adalah salah satu kebiasaannya sejak dulu.
Sebelumnya saat Asrul melihat Penginapan Taman Kenten ini tidak ramai pengunjung, dirinya bernafas lega karena berpikir kejadian yang berlangsung pada kehidupan sebelumnya mungkin tidak terjadi malam ini, sebab itulah Asrul bisa makan dengan lahap.
Hanya saja selepas makan malam, perasaan Asrul menjadi tidak nyaman. Meskipun hari sudah gelap tetapi bisa dikatakan masih menjelang malam dan kemungkinan untuk terjadi sesuatu masih besar. Sebab itulah Asrul turun ke lantai dasar untuk mengamati situasi.
Lantai dasar Penginapan Taman Kenten terlihat seperti kedai minum, ada beberapa meja dan kursi untuk duduk menikmati hidangan. Asrul kemudian menemukan salah satu meja yang sebelumnya kosong kini telah terisi seorang pria yang terlihat berusia 60-an tahun berjanggut panjang..
Pria berjanggut panjang itu tidak sendirian melainkan bersama seorang gadis berusia 19 tahun yang sedang pingsan.
"Apakah bisa panggilkan saya tabib?" Pria berjanggut panjang itu tidak perduli apakah di penginapan ini bisa membantu mencarikan seorang tabib atau tidak, karena hanya penginapan inilah satu-satunya tempat baginya dan gadis itu singgah.
Pelayan itu tidak bisa menuruti kemauan pria berjanggut panjang, dan hendak menyuruhnya pergi ke tempat lain untuk mencari tabib. Namun melihat perawakan pria tersebut yang begitu garang, membuatnya tidak berani melakukannya.
Asrul berjalan mendekati pria berjanggut panjang tersebut. Pria berjanggut panjang itu sepertinya mengenal Asrul.
"Kisanak, apakah namamu Asrul?" Pria berjanggut panjang itu sepertinya terkejut dengan kehadiran Asrul. Setahu pria berjanggut panjang, Asrul telah tertangkap warga ketika pria berjanggut panjang menghilang dari kejaran warga.
Asrul tidak menjawabnya melainkan mendekati gadis itu dan memberikan sebuah pil panjang umur. Saat ini Asrul menyadari bahwa dirinya sedang menjalani kehidupan yang kedua. Jadi Asrul mengikuti alur orang yang mengenalnya.
Pria berjanggut panjang heran melihat Asrul mengeluarkan sebuah pil panjang umur, karena setahu pria berjanggut panjang, hanya dia yang bisa membuat pil itu.
Pria berjanggut panjang itu bingung harus bereaksi seperti apa namun dirinya berterima kasih pada Asrul. Pria itu berharap pemuda yang di hadapannya bukanlah Asrul yang di kenalnya.
"Kakek, gadis ini sepertinya mengalami trauma, sebaiknya segera di bawa ke rumah sakit." Asrul menjelaskan sebelum memandang pelayan di sebelahnya, "Apakah kalian bisa menyediakan kendaraan untuk membawa gadis ini ke rumah sakit? Mohon minta bantuannya untuk mengantar ke rumah sakit." Pelayan itu kaget dengan pertanyaan Asrul, tetapi dia segera mengeluarkan mobil dari garasi. Tidak lama pelayan yang dimaksud datang dan tidak keberatan mengantar gadis bersama kakeknya ke rumah sakit.
"Terima kasih..." Pria berjanggut panjang itu memberikan beberapa lembar uang pada pelayan yang membawa mobil, Asrul mengetahui jumlah uang itu tidak sedikit untuk ongkos sewa mobil.
"Pemuda yang pintar, Terima kasih telah membantu kakek..." Pria itu kemudian memandangi Asrul dan berfikir jika ini Asrul, mengapa dia seperti tidak mengenalku?. "Siapa namamu?"
"Kakek, namaku Asrul."
Pria tersebut berfikir bahwa sangat kebetulan sekali jika Asrul mampu menyembunyikan identitasnya. Ini dapat menyembunyikan Asrul dari kejaran para ksatria. Nama kakek adalah..."
"Mbah Jena! Kami datang untuk kepalamu!" Belum selesai pria berjanggut panjang itu bicara, seseorang menendang pintu penginapan dan berseru lantang. Raut wajah pria berjanggut panjang itu berubah menjadi murka.
"Mbah Jena! kau pikir bisa lolos setelah menyebarkan pemahaman sesat?!"
Sekelompok orang memasuki penginapan, jumlah mereka hampir mencapai dua puluh orang dan setiap orang membawa senjata seperti kayu, golok serta kapak. Semuanya melepaskan hasrat emosi yang ingin menghakimi Mbah Jena .
Pelayan penginapan menjadi begitu ketakutan sementara Asrul terlihat tenang. Pria berjanggut panjang menyadari ketenangan Asrul dan cukup terkesan.
"Mbah Jena? Apakah Mbah Jena berhasil selamat dari kejaran warga?" Ketika mendengar orang-orang yang memasuki penginapan memanggil pria berjanggut panjang sebagai Mbah Jena, Asrul berfikir bahwa lebih baik begini. "Mbah Jena mengira bahwa aku telah kehilangan ingatan atau aku adalah Asrul yang lain. Ini akan menyembunyikan identitasku."
Satu hal yang Asrul pahami adalah kejadian yang menimpa penginapan ini pada kehidupan sebelumnya berkaitan dengan Mbah Jena ini. Yang membuat Asrul masih bisa tenang adalah dia bisa menilai belasan orang yang memasuki penginapan ini tidak memiliki ilmu silat yang tinggi dan bukan tandingan Gus Mukhlas.
"Kekhawatiranku sebelumnya sepertinya tidak berdasar..." batin Asrul sambil menggelengkan kepala pelan.
"Asrul, Bisakah kakek meminta bantuanmu?"
Pelayan yang sedari tadi menunggu mereka berangkat ke rumah sakit, sudah kabur keluar menunggu di depan penginapan. Asrul memahami bantuan yang diinginkan pria berjanggut panjang adalah membawa gadis itu pergi ke mobil.
Asrul membopong gadis itu di belakang punggungnya, sebelum menjauhi tempat yang akan segera menjadi medan pertempuran tersebut.
Senyum di wajah Mbah Jena menghilang dan dirinya melepaskan aura spiritualnya yang kuat dari tubuhnya, membuat orang yang merasakannya sulit untuk bernafas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1282 Episodes
Comments
Hendro Widodo
di zaman imajinasi tanpa batas
2024-06-26
0
Hendro Widodo
hahahaha kamu tinggal di jalan M Isa ya?
2024-06-26
0
Putra_Andalas
pemirsa mulai bertanya-tanya :
ini cerita berada di Jaman Modern apa masa lampau ?
2024-06-26
0