"Dengan pengetahuan yang telah engkau miliki pada kehidupan pertamamu, engkau harus memastikan keselamatan Kitab Al-Hikam."
"Bagaimana dengan Gus Mukhlas kakek? Apakah beliau telah mengetahui tentang Kitab Al-Hikam dan apakah Gus Mukhlas mengetahui bahwa aku kembali ke kehidupan kedua?"
"Gus Mukhlas sama sekali tidak mengetahuinya. Bahkan Kitab Al-Hikam belum ada yang mengetahui termasuk Gus Mukhlas. Makanya engkau harus mengawal Gus Mukhlas untuk mendapatkan Kitab Al-Hikam itu, tetapi peranmu hanya mengawal. Misi ini hanya berlaku untuk Gus Mukhlas, bukan dirimu."
"Maafkan aku kakek, aku tidak memiliki pilihan lain pada kehidupan pertamaku. Jadi aku terpaksa memusnahkannya." Asrul tertunduk meratapi penyesalan.
"Tidak mengapa, tapi jangan mengulangi kesalahan yang kedua kalinya. Sesungguhnya Kitab itu telah ada di dalam dirimu dan juga diri kakek. Hanya kita berdua sajalah yang memilikinya."
Taimiyah tidak mengatakan bahwa Mbah Jena beserta seluruh keluarganya juga telah memahami kandungan Kitab Al-Hikam, karena kemampuan tersebut tergantung dari pribadi masing-masing.
Sedangkan gurumu Mbah Jena hanya menguasainya secara teoritis. Jika beliau cerdas, mungkin beliau menguasainya. Tapi entahlah, semua tergantung kecerdasan dirinya. Namun tidak kakek pungkiri tingkat kultivasi dirinya sangat tinggi, sudah mencapai level makhluk abadi."
"Dimanakah keberadaan Mbah Jena sekarang kakek?" Asrul berpindah duduk mendekati Taimiyah.
"Beliau sedang membawa cucunya ke kota Batavia. Nanti juga engkau bersama Gus Mukhlas harus pergi ke sana untuk menyelamatkan Kitab Al-Hikam. Mbah Jena bertugas untuk mengambil alih jabatan gubernur, agar lebih mudah mendapatkan Kitab Al-Hikam itu. Kalian berdua bertugas menjaga keselamatan Mbah Jena hingga menjabat sebagai gubernur Batavia. Satu lagi, tugas engkau di kota Batavia sangat penting, karena engkau harus mencari tahu keberadaan kitab Al Hikam tersebut. Nanti kakek akan berada di kota Batavia hingga Mbah Jena menjabat sebagai gubernur. Kitab Al Hikam itu nanti harus kalian bawa ke Negeri Akhirat."
"Di manakah letak Negeri Akhirat itu kakek?" Asrul bertambah bingung.
"Engkau belum pantas menanyakannya sebelum engkau menyelesaikan misi bersama Gus Mukhlas, walaupun di dalam dirimu telah ada Kitab Al-Hikam." Taimiyah mengajak Asrul ke dalam sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari danau.
Rumah tersebut terlihat sedikit terang karena di dalam ada seseorang yang menghidupkan sebuah lampu teplok.
"Assalamualaikum. Gus Mukhlas, apakah engkau di dalam?" Taimiyah memanggil dari luar.
"Alaikum salam. Iya guru, eh kenapa ada Asrul di sini? Kenapa engkau meninggalkan Padepokan, Asrul?" Gus Mukhlas keheranan melihat kedatangan Asrul yang menyertai Taimiyah.
"Masuklah Asrul, anggaplah rumah ini sebagai rumahmu sendiri. Guru yang memanggilnya kemari, Gus." Taimiyah menjelaskan kepada Gus Mukhlas bahwa Taimiyah memanggil Asrul untuk menemuinya.
"Bagaimana guru mengetahui kalau Asrul berada di Padepokan Kun Billah, guru? dan lagi apakah guru mengenal Asrul?" Gus Mukhlas masih bingung sebenarnya apa hubungan Asrul dengan Taimiyah.
"Gus Mukhlas, Asrul ku panggil kemari seperti aku memanggilmu kemari. Aku akan memberikanmu sebuah misi dan aku memerintahkan Asrul membantumu menyelesaikan misi. Inilah tujuanku meminta kepada Mbah Jena untuk menitipkan muridnya kepadamu, dan inilah murid Mbah Jena itu yang bernama Asrul."
"Waduh, aku semakin bingung, guru. Baiklah, aku yang tidak mengerti apa-apa ini hanya bisa mendengarkan dan mentaati titah dari guru. Murid siap menerima misi dari guru."
Lalu Taimiyah memberikan alamat yang harus di tuju oleh Gus Mukhlas dan Asrul, tempat Taimiyah menyimpan Kitab Al-Hikam yang telah di tulisnya.
"Gus Mukhlas, Asrul, Kitab Al-Hikam itu telah aku simpan di tempat yang sangat rahasia, dan juga telah aku lindungi dengan mengubah bentuknya menjadi api suci yang di letakkan di atas sebuah bunga teratai. Kalian harus segera mengambilnya dan membawanya kemari, berikan kepadaku. Lakukanlah secepatnya sebelum di ambil oleh para pendaki spiritual yang sedang mencarinya."
"Apakah keberadaan Kitab Al-Hikam itu telah banyak yang mengetahui, guru?" ujar Gus Mukhlas.
"Aku telah mempublikasikan Kitab Al-Hikam kepada khalayak ramai. Namun, demi keamanan, Kitab Al-Hikam tersebut aku simpan di tempat yang sangat rahasia, agar tidak ada yang menyalahgunakan Kitab tersebut. Aku sempat di buru oleh para pendaki spiritual, makanya aku berada disini untuk menghindari pengejaran mereka. Sempat aku sampaikan kepada mereka letak Kitab itu aku simpan, saat aku terdesak sebelum aku berhasil menghindar."
"Baiklah guru, besok kami akan segera berangkat setelah sholat subuh." Gus Mukhlas bersama Asrul minta izin untuk kembali ke Padepokan Kun Billah malam itu juga.
Keesokan harinya mereka berangkat setelah selesai mengerjakan sholat subuh. Wenny sebagai petugas administrasi Padepokan telah menyelesaikan dokumen keberangkatan mereka satu hari sebelum Gus Mukhlas menemui Taimiyah.
Beberapa hari berlalu, perjalanan keduanya bisa dibilang tanpa hambatan. Jarak antara kota Batavia dan Padepokan Kun-Billah sangat jauh sehingga Gus Mukhlas dan Asrul menempuh perjalanan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh.
Gus Mukhlas ingin menggunakan kesempatan ini untuk membiarkan Asrul lebih terbiasa menggunakan ilmu meringankan tubuh. Gus Mukhlas hanya bisa terpana ketika mengetahui Asrul memiliki stamina yang begitu besar, dia mampu berlari tanpa henti selama beberapa jam dan juga tidak kelelahan.
Biarpun dalam perjalanan, Asrul juga tetap rutin melakukan tekhnik pernafasan untuk meningkatkan kultivasinya ketika kondisinya memungkinkan. Asrul tidak melupakan keinginannya mencapai kultivasi tingkat tinggi sebelum sampai ke kota Batavia karena itu dirinya tidak bermalas-malasan.
"Jika kita mempertahankan kecepatan ini maka dalam waktu dekat kita akan memasuki jalan utama..." kata Gus Mukhlas.
Memang setelah meninggalkan Padepokan Kun Billah, Gus Mukhlas mengambil jalur paling pendek ke kota Batavia sehingga keduanya berlari melewati padang rumput serta hutan bahkan mengitari sebuah bukit. Jalur ini tidak mungkin dilalui jika menggunakan kereta kuda atau orang yang tidak memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi.
"Asrul juga berbakat dalam ilmu meringankan tubuh, kurasa aku harus meminta Ketua Padepokan menurunkan ilmu meringankan tubuh terbaik yang dimilki Padepokan Kun Billah." Pikir Gus Mukhlas setelah mengamati kemampuan Asrul beberapa hari terakhir.
Beberapa jam kemudian keduanya menemukan sebuah jalan besar, Gus Mukhlas mengatakan bahwa dengan terus mengikuti jalan ini maka mereka akan sampai ke kota namun perjalanan mereka masih relatif panjang.
"Guru, Lihat..." Asrul menunjuk ke depan, "Sepertinya ada rombongan yang berada di depan kita."
Gus Mukhlas menyipitkan matanya, dia hanya bisa melihat bayangan samar beberapa orang. Asrul tidak menyadari latihan pernafasan juga membuat indera penglihatannya menjadi begitu tajam dan mampu melihat jarak jauh dengan jelas.
"Jalan ini memang dipakai semua orang, seringkali kita akan bertemu pedagang atau pengelana lainnya karena jalan ini menghubungkan Ibukota dengan semua kota-kota besar yang ada di Pulau Andalas." Gus Mukhlas menjelaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 695 Episodes
Comments