°°°•••
Setelah pulang dari warung saya melihat Cindi sedang menonton sebuah Drakor di HP-Nya. Lalu saya balik lagi di luar karna merasa gerah di dalam.
“Yank, saya nongkrong di luar sebentar ya,” ujarku.
“Iya yank.” Sambil rebahan di atas ranjang.
Saya ke tempat tongkrongan di luar dan ternyata di luar sudah ada Yanto sedang santai sambil ngopi dan merokok juga.
“Bro, merokok yuk.”
“Iya bro, ini ada.” Sambil duduk di sampingnya.
Tiba-tiba datang Saleh dari dalam kamar yang kebetulan hari itu hari ulang tahunnya. Dia membawakan roti ulang tahunnya di luar yang telah dipotong-potong, yang tak tau kapan dirayakan ulang tahunnya.
“Bro, ini kuenya ya.”
“Oh ... iya bro,” jawab Yanto.
“Kamu ulang tahun hari ini bro ya?” tanyaku pada Saleh.
“Iya bro.”
“Selamat bro ya,” ujar Yanto.
“Selamat juga bro,” ujarku.
“Iya bro, sama-sama”. jawab Saleh.
Suasana hari ini pun sangat mendukung karena awan-awan pada cerah sekali. saya ijin sama Saleh dan Yanto untuk keliling kost melihat situasi di sana. ternyata anak kost yang lainnya pada ngampus.
Beberapa menit kemudian saya balik ke tempat tongkrongan dan melihat Yanto tinggal sendirian di situ.
“Saleh kemana bro?” tanyaku sambil duduk.
“Masuk lagi ke dalam kamar.”
“Oh, cepat kali ya dia masuk.”
“Mungkin dia hanya memberikan ini tadi bro.” Sambil memegang sisa kue ulang tahun itu.
“Bisa jadi sih.”
“Boleh nanya sesuatu bro?” tanya Yanto.
“Boleh lah bro, macam baru kenal aja sama kita.” Sambil memukul pahanya
“Siapa itu bro di kostmu?”
“Biasa bro, pacarlah.”
“Oh, kapan dia datang?”
“Udh lama sih bro, dari tadi pagi.”
“Mau ngapain dia?”
“Biasa, Refresing doang sih.”
“Oho.”
“Kamu kenal gak sama dia?”
“Gak sih, makanya aku nanya.”
“Ayok lah kenalan!” sambil menarik tangan Yanto.
“Jangan lah bro, entar lagi tidur dia di dalam.”
“Oh, iya gak apa-apa.”
Setelah selesai ngobrol, akhirnya kami pun masuk ke dalam kostku.
“Masuk bro, ngausah malu-malu anggap biasa aja.” Sambil membuka pintu
“Hmmm.” Sambil duduk.
Mendengar suara dari luar, Cindi pun langsung bangun dan duduk di atas ranjang tempat tidur.
“Ini yank, teman akrabku di kost namanya Yanto.” ujarku.
“Yanto.” Sambil bersalaman dengan Cindi.
“Orang mana bang Yanto?” tanya Cindi.
“Orang Alasa juga dek, sama dengan kampungnya abangmu,” ujar Yanto.
“Oh ya, kalian ada hubungan keluarga y?” tanya Cindi lagi.
“Gak ada sih, cuma teman akrab doang rasanya seperti saudara sih.” ujar Yanto.
“Oh, bagus lah. kamu semester berapa bang?” tanya Cindi sembari naik di atas ranjang sambil duduk.
“Semester 5,” ujar Yanto.
“Jurusan,” ujar Cindi
“PPkn,” ujar Yanto.
“Oh.” ujar Cindi sambil pegang handphone.
“Kalau kamu semester berapa?” tanya Yanto dengan senyum sedikit.
“Semester 7,” ujar Cindi.
“Jurusan,” tanya Yanto.
“Sama seperti bang Kardy,” ujar Cindi.
“Oh berarti Senior kami lah, aku panggil kaka lah,” ujar Yanto sembari menatapku.
“Hmmmm, gak tau lah bang.” Sambil senyum dikit.
“Jangan panggil abang lah, panggil adek aja,” ujar Yanto.
“Iya lah,” ujar Cindi.
Saya melihat Yanto, rupanya dia juga sedang asyik ngobrol dengan Cindi. Padahal aku dari tadi memperhatikannya aja tanpa merespon mereka atau pura-pura bego lah.
“Bro, lo lagi apa?” tanya Yanto sembari menatap wajahku.
“Nih lagi baca group bro.” Sambil meletakkan HP di bawah.
“Trus, gimana ceritanya kalian bisa ketemu bro,” ujar Yanto.
“Kami sih kebetulan aja ketemu kemarin yah karena ada kecocokan jadi suka deh satu sama lain,” ujarku.
“Bagus lah bro, itu namanya jodoh satu kampus, satu jurusan pula,” ujar Yanto.
“Haaaaa ...” jawab Cindi.
“Iya sih bro,” jawabku.
Beberapa menit kemudian Yanto ijin untuk balik ke kamarnya di sebelah kamarku.
“Ok lah bro, aku mau ke kamarku dulu, mau istirahat.”
“Oh iya bro,” ujarku.
“Permisi ka ya,” ujar Yanto.
“Iya dek,” jawab Cindi.
Akhirnya Yanto balik ke tempatnya di sebelah. sekitar pukul setengah lima tiba-tiba telpon masuk di HP Cindi yang ternyata dia di telpon sama mamanya.
“Cin, kamu di mana?” tanya mamanya Cindi.
“Nih lagi di tempat kost teman Ma,” balas Cindi.
“Jangan kamu boongin mama ya, kamu jujur saja.”
“Iya lo Ma.” Sambil pergi keluar.
“Oh, yaudah kapan pulang?”
“Entar lagi lo Ma.”
“Iya, hati-hati di jalan ya kalau pulang.”
“Iya Ma.”
Kemudian Cindi balik lagi ke dalam kamar.
“Apa yang di bilang mama yank?” tanyaku.
“Cuma mau nanya kapan pulang aja sih,” ujar Cindi kelihatan binggung.
“Truss, apa kamu bilang?”
“Bentar lagi.”
“Oh.”
“Kamu mau pulang sekarang atau g mna?”
“Entar lagi lah yank, jam 5 aja nanti aku berangkat atau lihat situasi dulu nanti.”
“Oh, iya yank.”
“Udah habis nasi kita nih, masak lagi lah?, udah lapar nih.”
“Oh ... iya yank.”
Beberapa menit kemudian Cindi memasak nasi sambil rebahan dan main HP.
“Lauknya nanti apa yank?” tanya Cindi.
“Entah lah yank, kamu kan tau kalau aku gak ada duit.”
“Iya tau lo yank, aku yang kasih uang nanti, tapi kamu yang beli.”
“Oh iya yank.”
Lalu Cindi ambil tasnya dan membuka dompetnya lalu ia kasih uang sama aku sebesar 200k.
“Kita beli lauk apa nanti yank?” tanyaku.
“Terserah ayank aja sih, yang penting sesuai selera lah.”
“Oh iya.”
Saya kemudian ambil motor dan langsung nge gas. setiba di warung atau rumah makan saya langsung pesan ikan bakar dua, ayam goreng bagian dada sebanyak dua, sayur, ikan gule, Pete, dan jengkol.
Setelah dibungkus semua kemudian membayarkan uangnya dengan harga 150K. saya langsung memasukkan semuanya ke dalam jok motor dan langsung balik ke kost. setelah tiba di kost saya melihat Cindi lagi rebahan dengan gaya kangkang.
Dia tak peduli dengan gayanya itu ketika saya masuk.
“Yank, ini lauknya.” Sambil menaroh di atas meja.
“Iya yank, nasinya masih belum masak.”
“Iya, bentar lagi masak kok.”
Ketika sampai di teras kost, saya melihat Cindi sedang memasak. Sepertinya hari ini dia sangat senang sekali memasak karna ia masak sambil menyanyikan lagu dangdut deh. Bukan berarti ia menyanyikan lagu dangdut karna ia sangat happy sekali, Namun itu hanya karna kebiasaanya aja dan suka dengan aliran lagu dangdut dari sejak kecil.
Ketika sudah siap memasak, Cindi langsung ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang bau keringat. Sepulang dari kamar mandi, Cindi langsung membuka magicom untuk menghidangkan nasi yang tadi ia masak. Lalu Cindi memanggilku
“Yank, makan yuk.”
“Iya yank.” Sambil menyuguhkan makanan dipiring.
“Waduh ... kayaknya enak sekali masakan mu yank.”
“Hmmm memang saya ini tau aja yang ada di dalam hatimu yank.”
“Yahh kira-kira begitu yank.”
“Saya juga baru tau kalau hidup ini penuh dengan cerita yang tragedi.”
“Hahahaha ... namanya juga manusia yank, harus banyak tragedinya.”
“Hahahahahaha iya sih.”
“Yuk makan yank.”
“Iya yank.”
Beberapa menit kemudian, kami akhirnya selesai makan juga. Setelah selesai makan kami istirahat di luar tempat tongkrongan anak kost pada umumnya. Suasana hari ini, memang sangat terik sekali panasnya. Sampai-sampai baju kaos yang saya pake pada basah keringat. Setelah habis nongkrong di luar sekitar setengah jam, lalu Cindi ijin pamit pulang ke rumah.
Saya juga melanjutkan istirahat di dalam. Setelah ia pulang saya mencoba merebahkan diri diranjang, sambil menghidupkan kipas angin. Tak terasa di dalam, akhirnya saya tertidur pulas. Ketika saya bangun, saya melihat di luar sudah mulai mendung. Namun hujan tak kunjung turun. Setelah selesai mandi, akhirnya saya melanjutkan mengerjakan tugas di kampus.
Keesokan harinya......
•••°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments