°°°•••
Keluarga Pak Yumin dan bu Sesil semakin sukses melebihi dari sebelumnya. Rehan kembali dapat menikmati hidup yang mewah dan apa cita-citanya lagi dapat tercapai. Nanda dan Dimas merasa sangat bahagia sekali karena mereka menikmati hidup yang mewah juga.
Hari pertama awal semester Saya bersiap-siap untuk ke kampus. Senin itu rasa-rasanya saya selalu teringat terus dengan kejadian bersama Cindi beberapa minggu yang lalu.
Sesampai di kampus saya melihat Nanda, Rehan dan Dimas sudah kian ada didalam kelas dan duduk berdekatan di bagian tengah.
“Ehh ... bro kalian sudah muncul lagi y, semenjak tiga bulan terakhir kalian gak nampak di kampus.”
“Iya bro,” jawab Dimas.
“Gmna kabarnya bro?”
“Sehat selalu bro,” jawab Nanda.
“Wedeh, kamu semakin ganteng aja bang Kardy y,” ucap Rehan.
“Makasih bro y,” jawabku pada Rehan.
“Mantap lah.”
“Trus siapa kawanmu tadi bro?” tanya Dimas.
“Gak ada bro, saya sendirian aja tadi dijalan menuju kampus.”
“Oh y.”
Tiba-tiba Cindi masuk kedalam kelas dan berkata, “Bang, g mna kabarnya?”
“Wow, cantiknya,” canda Rehan.
“Sehat dek,” jawabku pada Cindi.
“Ohh y, ini siapa y?”
“Teman satu kelas dek, Teman akrabnya Rehan. mereka ini sudah menjadi anak angkat orang tua Rehan. Namanya Rehan dan Dimas.”
“Ohh y.”
Cindi kemudian memperkenalkan diri dan begitu juga dengan Dimas dan Nanda. Lalu Dimas berbisik di telingaku dan berkata, “Ini pacarmu bro y?
“Bukan sih bro.”
“Oh.”
Cindi kemudian ijin untuk keluar karna dia bersiap-siap untuk persiapan seminarnya minggu depan. Ketika di pintu kelas, Cindi berpapasan dengan Cintia yang kebetulan hari ini, Cintia mukanya agak kelihatan kusuk. langsung masuk kedalam kelas.
“Ehh, Bang Kardy, Rehan, Nanda dan Dimas, g mna kabarnya?”
“Sehat dek,” jawabku.
“Sehat,” jawab Dimas, Rehan dan Nanda.
Cintia pun duduk di kursi dan melihat situasi dalam kelas yang masih sepi karna masih pagi. kemudian Cika juga datang selang beberapa detik.
“Ehh bang kardy,” sambil menyalamiku.
“Dimas dan Nanda g mna kabar kalian?. Kok baru muncul lagi mukanya sih.”
“Yahh, biasa lah Cik,” jawab Nanda.
“Baru ada niat Cik,” jawabku pada Cika.
Kemudian Cika duduk di belakang dan bersalaman dengan Cintia yang merupakan teman akrabnya atau bestinya. beberapa menit kemudian, masuk lah semua teman di dalam kelas.
Setelah masuk semua dalam kelas, lalu Cintia berdiri ditempatnya.
“Gayss ... gayss apakah kalian lewat IP semua y?”
“Saya lewat sih,” Jawabku pada Cintia.
“Saya juga lewat,” jawab Cika.
“Saya juga lewat,” jawab Rehan.
“Saya lewat Cuma 2,50,” jawab Wiber sambil tertawa.
Lalu Cintia berkata, “Bukan lewat itu namanya, tapi bodoh.”
“Emng masalah buat lo kalau saya bilang lewat,” tanya Wiber.
“Aku kan cuma memberikan penjelasan yang sebenarnya, udah tau gak lewat malah dibilang lewat,”
“Kau selalu cari masalah denganku y Cintia, untung aja kau perempuan kalau kau laki-laki sudah ku tonjok muka lo itu.”
“Coba aja kalau berani," jawab tegas Cintia.
Lalu Nanda menjawab, “Ehh, bro kamu jangan main kasar sama perempuan y?"
“Lo siapa bro?" tanya Wiber.
“Masa lo lupa sama aku bro, nama saya Nanda bro, masih ingat kan.” Tegasnya Nanda.
“Oh ... Nanda yang menghilang di kampus selama tiga bulan itu y.”
Tanpa basa-basi Nanda langsung ke tempatnya dan mengajak duet Wiber. Wiber pun kelihatan pucak mukanya.
“Bro kalau sama gue, jangan banyak bicara langsung buktikan saja.”
“Siapa takut,” jawab Wiber.
Ketika Nanda mau menonjok Wiber tiba-tiba Dimas berkata,
“Udah, udah.”
Nanda pun balik ke tempatnya dan Dimas memberikan nasihat sedikit.
“Jangan mudah emosi lah Nan, tau kan posisi kita seperti apa.” Nasihat Dimas.
Mendengar bisikan Dimas, Lalu Cintia berkata, “Mas, jangan takut lah kalau masalah biaya rumah sakit nanti saya yang akan bayar, biar disikatnya si kampret itu, karna aku juga malas melihat mukanya di dalam sini.”
“Jangan lah Cin, kami itu anak angkat di keluarga Rehan, entar kalau mereka dengar nanti di rumah marah mereka dan mengusir kami dari rumah,” jawab Dimas dengan lugu.
“Tak usah dipikirkan Mas, saya nanti yang ngomong sama bu Sesil dan Pak Yumin.”
“Hmm.”
Mendengar perkataan itu Wiber pun berkata, “Sok-sok pahlawan lo Cintia.”
“Kenapa rupanya?”
“Macam udah banyak kali duit lo, saya tau kalau kamu itu anak orang kaya tapi kan bukan duit lo itu, duit orang tua lo.”
“Emang masalah buat lo, kalau gua berasal dari keluarga orang kaya. emangnya seperti kamu udah tau miskin tapi masih merasa yang paling hebat didalam kelas sini.”
“Iya deh, gua miskin kamu kaya.”
“Iya dong, kita harus bangga.”
Beberapa menit saya memperhatikan mereka, kemudian saya pun berkata, “Cin, tenang dulu y?”. Lalu ia menjawab, “Iya bang.”
Lalu aku berkata sama Wiber, “Bro kamu tuh maunya, jangan ambil hati lah dengan perkataan Cintia, dia kan bertanya tadi bukan sama lo.”
“Emang kamu siapa bro nasihati aku?”
“Saya hanya meluruskan bro y, bukan bermaksud membela Cintia atau siapa kek.”
“Jangan sok pahlawan deh seperti Cintia. Wajah lo aja yang tampan tapi terkadang otak lo kosong.”
“Jaga mulutmu itu Wiber y, kalau gak nanti ku sobek mulutmu itu seperti kertas, mau kamu,” ujarku dengan tegas.
“Sini kalau mau!” jawab Wiber tegas.
Saya bergegas ke tempat Wiber, ketika menonjok mukanya, tiba-tiba dosen masuk kedalam kelas kami.
“Selamat pagi.” Tak ada satu pun yang menjawab. Ada apa ini? Kok kalian berantem sih di belakang itu? Kata dosen kami.
“Bukan berantem pak, ini Cuma hanya ngeprank aja pak, karna ia ulang tahun hari ini,” jawab Cika.
“Oh, yaudah silahkan duduk kalian. kita segera mulai perkuliahan.”
Saya pun segera balik ke tempat duduk di depan dengan muka tak berasa bersalah. Perkuliahan dimulai setelah perkuliahan selesai bapak itu langsung pergi dan meninggalkan kelas.
Lalu saya berkata sama Wiber, “Bro kamu jangan merasa paling hebat disini y? Kami sikat lo disini nanti.”
“Karna kalian banyak y bro di sini makanya lo merasa hebat?”
“Ayok ... satu lawan satu satu,” jawab tegas Nanda.
“Ayok.” Nanda pun langsung menunggunya di depan kelas.
Wiber dengan cepat melayangkan tonjokan sama Nanda, Nanda pun langsung berbalik dan menangkis tangan Wiber. Lalu Nanda melepaskan tangkisan Wiber dan langsung deh dia tinju muka dan dada Wiber beberapa kali, sampai Wiber lemas dan tak bisa melawan sedikit pun.
Saya, Rehan dan Dimas langsung melerai mereka karna Wiber sudah tak berdaya. Teman-teman yang lain mengangkat Wiber untuk duduk di kursi.
Nanda langsung cabut dari dalam kelas dan berlari pulang ke rumah karna takut ketahuan sama security. setelah beberapa menit Wiber sadar kembali dan langsung pulang.
Dimas sangat ragu dan ketakutan karna kalau sampai di dengar ini pak Yumin dan Bu Sesil pasti mereka marah.
Cintia coba menenangkan perasaan Dimas yang khawatir.
“Kamu jangan takut Mas. Ini kan gak mereka tau, yang penting kalian kalau balik ke rumah jangan mencurigakan, santai aja seperti biasa. jika mereka tau nanti langsung telpon aku biar ku jelasin sama pak Yumin dan bu Sesil.”
“Ok Cin.”
“Tapi G mna dengan Nanda?”
“Nanda nanti kita susul,” jawab Rehan.
“Yaudah, kalian susul dia sekarang,” jawab Cintia.
“Ok ... makasih y Cin,” jawab Dimas.
Dimas pun meninggalkan kami di dalam kelas, lalu Cintia dan Cika langsung pamit dan berkata,
“Bang kardy kami duluan pulang y?”
“Iya dek, hati-hati y.”
“Iya,” jawab Cindi dan Cika serentak.
Mereka pun pulang ke rumah dan saya juga pulang ke kostku. Setelah beberapa hari menjalani awal semester.
Akhirnya......
•••°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments