°°°•••
Sebelum Cindi pulang aku memintanya untuk Kis kembali karna biar terbiasa kalau mau pergi. Ia awalnya menolak namun karna aku ngerayunya trus, akhirnya ia nurut juga.
“Yank, aku pulang dulu y,” ujarku.
“Iya yank, hati-hati dijalan y jangan ngebut.” Sambil salim dengan wajah senyum dan ceria.
“Iya yank.”
Akhirnya Cindi pulang. malam pun tiba, Saya segera beresin barang-barangku untuk keperluan kuliah besok. Sebelum saya tidur, saya membaca Novel yang berjudul ‘PANGERAN KAMPUS’ Karya saya sendiri.
Setelah selesai membaca, mata pun sudah mulai merem sambil memikirkan kejadian tadi sore bersama Cindi. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 22.00 Wib tepat. Saya berdoa kepada tuhan dan meminta, “Ya Tuhan, jauhkanlah saya dari marah bahaya malam ini, lindungi saya dari orang-orang yang hendak mencelakaiku, serta lindungi keluargaku yang ada dikampung, berikan mereka ketabahan dan kekuatan dalam membiayaiku untuk kuliah. Amin.”
Akhirnya saya tertidur pula diranjang. Pagi pun tiba, saya mendengar suara, “kukuruyuk ... kukuruyuk ... kukuruyuk ...” beberapa kali. Saya langsung bangun dan menuju kamar mandi. Setelah beberapa menit, Saya langsung berangkat ke kampus dengan wajah ceria dan sangat bahagia pagi ini. Sesampai di kampus saya melihat Cindi sudah ada di dalam ruangan yang hendak kumasuki.
“Cin, kok cepat kali datang?” tanya saya sambil kusalamin.
(Kalau dikampus saya panggil namanya aja dan dia panggil Abang sama saya bukan 'Ayank lagi’ karena dia malu di ejek sama teman-temanya).
“Iya bang, mau revisi kedua hari ini,” ujar Cindi.
“Ohh y, semangat.”
Saya langsung duduk di tempat biasa yaitu kursi paling depan, karena memang kebetulan juga Cindi duduk di kursi paling depan hari ini. Semua teman-teman dalam kelas perlahan-lahan datang semua. giliran Wiber masuk kedalam kelas, dia melihatku sambil ngotot karena pernah ada masalah sebelumnya. Dengan gayanya yang sok-sok an ia berkata, “Kawan-kawan semuanya, kalian tau gak hari ini kita gak masuk, karena bapak itu pergi keluar daerah. Aku tadi habis dari prodi.” Sambil menuju tempat duduknya di belakang.
Tiba-tiba dari belakang ada yang nyahut.
“Kamu jangan sok-sok an di depan situ lah Wiber, emang kamu tuh Komisaris dalam kelas ini y? Eh ... jangan cari-cari muka lah, gak butuh kami tuh,” ujar Cintia.
“Emang lo gak senang Cintia?” tanya Wiber.
“Iya, gak senang, kenapa rupanya?” tanya balik Cintia.
“Kamu tenang aja deh kalau gak mau dengar yahh. tutup aja telingamu sekalian.” Sambil berdiri di tempat duduk.
“Ehhh … kalau kamu gak mau kuliah hari ini, tak usah masuk. jangan pula kau tipu-tipu orang dengan caramu seperti itu,” ujar Cintia.
“Emang y, kamu tuh keras kepala Cintia y,” ujar Wiber.
Tiba-tiba Rehan nyahut dari belakang, sepupunya Cintia.
“Wiber, kamu jangan kurangajar y sama Cintia, dia tuh sepupu satu kali samaku.” Tegas Rehan sambil menatap Wiber.
“Ehh, lo siapa bro? gak kenal gua. Mau sepupu satu kali kek, sepupu dua kali atau pun sepupu berkali-kali, gak ada urusanku y,” ujar Wiber.
“Mau lo tau siapa gue?” tanya Rehan.
“Gak perlu, saya udah tau kok,” ujar Wiber.
“Kalau sudah tau, tak usah banyak bacot lah kau di depan itu.” Tegas Rehan sambil memasukkan bukunya dalam tas.
“Kau yang banyak bacot,” ujar Wiber.
“Kau,” ujar Rehan.
“Kau lah,” ujar Wiber.
“Kau.” Ujar Rehan.
Akhirnya, Rehan pun berdiri dan mendekat di samping Wiber. lalu Wiber bersiap-siap karna manatau ditonjok Rehan. Tiba-tiba, Cindi pun berdiri dan berkata, “Boleh diam gak!” dengan suara yang begitu keras. Seketika satu ruangan menjadi hening tanpa ada suara satu pun. Rehan kembali duduk dan Wiber tetap berdiri ditempatnya.
“Wiber ... silahkan duduk, ayokk cepat! Kalau gak mau duduk kupanggil security buat ngusir kamu dari sini y, karna sudah buat keributan,” ujar Cindi.
“Iya senior,” ujar Wiber.
“Saya kasih tau kamu Wiber y, kamu tuh gak ada sopan-sopannya sih sama kita di dalam sini. udah tau ada seniormu di dalam sini, malah memberikan informasi yang gak jelas begini. Emang kamu pengurus kelas sini y?” tanya Cindi dengan emosi.
“Bukan senior.”
“Trus ... kenapa kamu berikan informasi yang belum pasti?” tanya Cindi sekali lagi sambil duduk.
“Ngeprank senior,” ujar Wiber.
“Kalau ngeprank, lihat situasi dong. ini kan baru pagi-pagi sudah pada ribut semua, entar terganggu kelas lain lo,” ujar Cindi.
“Iya, siap salah senior,” ujar Wiber.
“Jangan begitu lagi y? kita tuh saling menghargai di dalam sini, bukan saling memusuhi satu degan yang lain,” ujar Cindi.
“Iya senior,” ujar Wiber.
Semua mahsiswa di dalam kelas itu membully Wiber dengan berbagai kata-kata dan cemooh. Waktu menunjukan pukul 07:30 Wib, lalu Cindi ijin keluar dari kelas karna dosen mau masuk kedalam. selangkah berjalan tiba-tiba dosen masuk kedalam kelas kami.
“Ehh ... Cindi ngapain disini? Kok mukanya agak pucak gitu,” ujar Pak Dosen.
“Ada yang kubilang sama si Kardy pak tadi. trus pas saya masuk tadi ada orang yang ribut di dalam kelas ini. baru saya berikan pemahaman deh,” ujar Cindi.
“Siapa tuh yang ribut tadi?” tanya Pak Dosen sambil melihat semua kami di dalam kelas.
“Itu pak yang duduknya paling pojok belakang sebelah kiri, namanya Wiber,” ujar Cintia.
“Kok kamu ribut tadi sih Wiber?” tanya Pak Dosen.
“Anu pak.” Dengan rasa gugup, Wiber sepertinya susah untuk menjawab.
“Anu apanya, yang jelas dong kalau ngomomg,” ujar Pak Dosen.
“Saya tuh tadi, cuma mau ngeprak satu kelas aja pak. ehh malah Cintia dan Rehan keberatan dan ngomel pak,” ujar Wiber.
“Emang kamu ngeprank apa sih?” tanya Pak Dosen.
“Saya tadi tuh pak, rencana mau kasih surprise, kalau bapak hari ini tak masuk dalam kelas, itu aja lo pak,” ujar Wiber.
“Ohh ... begitu, trus kenapa seniormu bisa mukanya memerah kayak gini,” ujar Pak Dosen.
“Dia tadi tuh pak, pas mau Rehan ke tempatku karna dia tau mau berantem. lalu ia teriak dengan suara keras menegur kami, dan menasehati kami pak,” ujar Wiber.
“Ohh … bagus dong sebagai senior harus jadi teladan sama juniornya.” Sambil memandang Cindi.
“Iya pak,” ujar Cindi.
“Truss, kamu masih dendam sama seniormu?” tanya Pak Dosen.
“Tidak pak,” ujar Wiber.
“Yaudah kamu minta maaf samanya di depan sini,” ujar Pak Dosen.
Wiber melangkahkan kaki menuju depan kelas dengan rasa gugup dan kaku. Lalu bapak Dosen itu berkata, “Ayok, minta maaf.”
Wiber mengayunkan tangannya. “Saya minta maaf kak y, tadi tuh saya gak sengaja begitu.” Ia seperti nyesal deh.
Cindi kemudian berkata, “Iya dek, tapi jangan ulangi lagi y.”
“Iya kak.”
Lalu bapak itu nanya, “Siapa lagi tadi yang cek cok dengan Wiber, kalian ke depan lah untuk saling memaafin.”
Rehan dan Cintia tanpa basa basi langsung kedepan. Rehan berkata, “Saya minta maaf bro y. saya emosi tadi karna salah paham tadi tuh.” lalu Cintia juga mengayunkan tangannya dan berkata, “Saya minta maaf juga y Wiber.”
Cindi ijin sama bapak untuk keluar. Setelah Cindi keluar, baru bapak itu menyuruh Rehan, Cintia dan Wiber kembali duduk di belakang. Setelah mereka kebelakang bapak memberikan motivasi untuk semuanya.
“Adek-adek mahasiswa-mahasiswi, kalian itu jangan begitu lah didalam kelas. apalagi kalian itu datang kesini untuk belajar bukan untuk cari musuh. Truss kalau ada yang kalian rasa ada sesuatu yang tidak begitu kalian pahami, jangan langsung marah dan emosi. tadi tuh ada senior kalian lo, kalian gak malu ya? Maunya kalian harus sopan dikit dan menghargai senior lah, karna mereka tuh sudah lama di kampus sini. jadinya nanti kalau kalian minta bantu gak bakalan di bantu lo, trus kalian menjadi bahan candaan seniormu di luar sana.”
Lalu bapak itu melanjutkan perkuliahan, karna ini pertemuan pertama untuk mata kuliah bapak itu, lalu ia memperkenalkan diri dulu baru setelah itu mahasiswa. Setelah semuanya sudah siap perkenalan satu dengan yang lain, akhirnya waktu sudah habis dan tukaran les. Bapak itu pamit dan berkata, “Sampai disini perkulihan kita hari ini y dan Minggu depan tampil kelompok 1.”
Bapak itu keluar dan kami pulang masing-masing. lalu saya bergegas ke depan di ruang tunggu tamu tempat security, untuk melihat Cindi. ternyata Cindi gak ada. Eh, Cindi malah......
•••°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments