°°°•••
Setelah beberapa menit kemudian, Saya dan Cindi ke parkir untuk ambil motor dan segera pulang. Setelah sampai di kost, Cindi tak mampir dulu. Ia mengatakan bahwa hari ini ada kepentingan mendadak yaitu mengantar mamanya ke pasar untuk belanja.
Sepeninggal Cindi, saya langsung ganti pakaian dan tidur deh. Keesokan harinya pagi-pagi sekali, tiba-tiba saya mendengar suara pintu diketok.
"Tok ... tok … tok ..."
“Siapa y?” tanyaku sama orang yang lagi mengetok pintu.
“Cindi yank.”
“Oh ... sebentar yank.”
Saya turun dari ranjang dan langsung membuka pintu.
“Oh. kamu yank, kenapa datang kemari?” tanya Saya.
“Ayank kok lama buka pintunya sih,” ujar Cindi.
“Lagi ganti pakaian yank, karna hari ini saya pergi sama teman-teman mengerjakan tugas kelompok mata kuliah Linguistik, yang diampu ibu Yarni.” ujarku sambil duduk di kursi.
“Yuk. silakan duduk yank.”
“Iya makasih yank.”
“Kok, kamu tiba-tiba datang kemari sih yank,” ujar Saya sambil duduk.
“Ahh. ayank kok kamu gak peka sih,” ujar Cindi.
“Peka g mna yank, saya gak ngerti lo,” ujar Saya.
“Aku datang kesini mau ajak jalan-jalan berdua lo yank,” ujar Cindi.
“Ohh y, kenapa kamu gak beritahu aku duluan yank?” tanya Saya sambil menghidupkan api rokok.
“Yah namanya juga surprise yank. gak mungkin dikasih tau lah, kalau dikasih tau itu namanya bukan surprise.”
“Mkasih yank sudah perhatian. tapi g mna tuh saya hari ini gak bisa jalan sama ayank, karna pergi sama teman-teman mengerjakan tugas kelompok.”
“Iy sih yank, aku juga gak tau kalau ayank mau pergi sih. kukira tadi hari ini ayank gak ada kegiatan lain, makanya langsung datang kesini.”
“Gini aja yank, g mna kalau ayank tunggu aja di sini. ini masih pagi, kami tuh kerja kelompoknya gak lama kok. palingan satu jam sudah siap.”
“Tapi aku takut sendiri di kost lo yank.”
“Kok takut sih yank?” tanya Saya sambil berdiri di pintu.
“Aku kan gak bisa sendiri yank. entar kalau ada orang yang lihat, apa kata mereka nanti samaku.”
“Kamu tak usah mikiran itu lah yank, kubilangin nanti sama yang punya kost.”
“Gimana setuju, kah? habis dari rumah temanku nanti siang baru jalan-jalan deh.”
“Iy lah yank, terserah kamu aja.” Agak sedikit ngambek.
“Kok terserah aku aja yank, tinggal bilang setuju atau tidak kok.” Sambil menatap mukanya yang manis dan lembut itu.
“Iya deh setuju. tapi janji y cepat pulang jangan pake lama.”
“Iya lo yank, khawatir banget sih.”
“Iya lah, namanya juga pacar baru yah harus di ingatkan selalu, manatau lupa. Hahaha.”
“Hmm ... makasih yank, tapi kupake motornya y? Biar cepat nanti pulangnya.”
“Iya yank.”
Beberapa menit kemudian, Saya langsung ke rumah pemilik kost. Pemilik kost kami itu bernama Pak Anugerah. Rumahnya berhadapan dengan kost.
“Selamat pagi pak.”
“Iy, pagi juga. ada apa Kardy?” tanya Pak Anugerah.
“Pak, boleh minta ijin yah?, karna ada nih pacarku datang ke kost. truss saya tinggal dia sebentar sekitar kurang lebih satu jam aja pak, saya mau keluar.”
“Kok kamu tinggal? Bukannya dia datang untuk jemput kamu y?” Agak bercanda dikit.
“Iya sih pak, tapi ini juga kepentingan mendadak.”
“Iya lah, yang penting jangan sampai malam y.”
“Iya pak, makasih y.”
“Sama-sama.”
“Permisi pak y.”
“Iy.”
Aku melangkahkan kaki dari situ. setibanya di kost, saya melihat Cindi lagi rebahan diranjangku dan pintu belum ditutup. pas saya tiba di pintu kost, saya berjalan pelan dikit dan melihat Cindi. ehh … ternyata Cindi lagi nonton Drakor, yang diperankan oleh Lee Men Hoo.
“Cin, lagi ngapain?” tanyaku.
“Lagi nonton Drakor yank?”
“Kok kamu tidur di ranjangku sih? gak nutup pintu lagi, g mna kalau ada orang yang lihat kamu?” tanyaku sambil duduk.
“Ahh, gpp sih yank. aku tadi tuh lagi lega, makanya pintu gak Kututup deh.”
“Oh. yaudah lah saya udah ijin tadi sama bapak kost, katanya gpp kamu tinggal d sini dulu dehh.”
“Ohh. iya yank.”
“Saya berangkat dulu y?.”
“Iya yank, hati-hati di jalan y. jangan ngebut ntar kecelakaan lo.”
“Iya yank, maksih y. Saya tinggal dulu.”
“Iy yank.”
Saya ambil tas yang berisi laptop di dalam, kunci motor dan jalan deh. Di tengah perjalanan saya tiba-tiba melihat orang yang sedang jalan kaki memakai kaos hitam oblong dan celana jeans hitam kecoklatan.
Pas motor sejajar dengan orang itu, ternyata dia adalah Santi teman kami kelompok. orangnya lemah lembut dan suka membantu. Lalu saya berhenti dipinggir jalan sambil memanggil namanya.
“San, kok sendirian sih?” tanyaku.
“Iya bang, teman-teman sudah sampai di rumah Cintia, aku tadi udah lihat chat di group Wa.”
“Ohh y dek.”
“Harus buru-buru kita nih bah, ayok lah kita bareng aja.”
“Gpp bang, duluan aja ntar marah yang punya motor nanti.” Canda dikit.
“Kok gitu sih San, biasa aja kali. masa teman gak bisa bareng. kan tinggal di jelasin aja kalau ketahuan.”
“Iya lah bang, asalkan gpp.”
“Ayok cepat naik, jangan pake lama, ntar semua teman-teman keburu pulang.”
“Ohh. iya bang makasih banyak y.”
“Iy.”
Lalu Santi naik diatas motor, sambil memegang pundakku. Saya pun segera nyaliin motor dan jalan. Di tengah perjalanan kami ngobrol-ngobrol.
“Ini motor siapa bang y?.”
“Motor Cindi dek, yang sering datang dikelas kita tuh. semester tujuh, senior kita di kampus.”
“Kok bisa kamu pake motornya bang?”
“Yahh. dia tadi pagi ke kost saya katanya sih buat Refresing aja.”
“Ohh ya bang, kalian pacaran y?” tanya Santi.
“Gak lah dek, kami tuh hanya berteman baik aja sih,” ujarku terpaksa harus boong dikitlah, karna ini juga tak kalah cantiknya dengan Cindi Montok, Putih dan Body ok lah, apalagi lebih muda di bandingkan Cindi lagi.
“Ohh, saya kira kalian pacaran lo bang, karna kalian akrab banget.”
“Gak lah dek, kami itu hanya sebatas teman kok, gak lebih dari itu.”
“Ohh. iya bang.”
“Emang abang tuh, gak ada niat pacaran y?.”
“Hmm … knp dek rupanya?”
“Nanya aja sih bang.”
“Ohh. kukirain ada sesuatu. sebenarnya sih dek, aku ada niat pacaran tapi belum ada sih yang meching gitu.”
“Ohh, y bang. Cindi bisa abang pacari kok. abang cocok dengan Cindi lo. sama-sama ganteng dan cantik,” ujar Santi.
“Ahh. kamu ada-ada aja deh, kan sudah kubilang saya sama Cindi itu hanya sebatas teman doang kok,” ujarku.
“Kan gak ada salahnya juga lah bang, kalau Cindi jadi pacar abang.”
“Gak lah dek, aku tuh gak mungkin maksain Cindi kalau dia tak mau.”
“Iya sih bang, tapi abang coba dulu deh rayu Cindi.”
“Jangan lah, entar dia udah punya pacar kali.”
“Kurasa sih bang, Cindi gak mungkin dekat-dekat sama abang kalau dia gak suka sama bang.”
“Iya sih dek. tapi kita jangan GR gitu lah, manatau Cindi dia memang suka berteman kan dan sudah punya pacar. yahh siapa tau.”
“Betul bang.”
“Yaudah lah jangan dibahas, ntar berpikiran aneh-aneh lagi.”
“Iya bang.”
“Kamu sendiri udah punya pacar atau belum?”
“Belum sih bang.”
“Kenapa?”
“Belum ada yang cocok seperti yang abang bilang tadi tuh.”
“Ohh.”
“Tapi ada niat gak?”
“Masih belum ada sih bang. takut sama orang tua, karena belum di ijinkan untuk pacaran. kalau ketahuan mati lah aku bang.”
“Oh yah dek.”
“Tapi kalau sembunyi kan bisa, dan lagian kamu kan di sini. sementara mereka di kampung.”
“Tapi tetap juga lo bang, itu namanya boong sama orang tua, dan suatu saat yang namanya aib pasti ketahuan lo.”
“Iya betul juga dek, yaudah kita mau dekat sampai nih.”
“Iya bang.”
Akhirnya, kami pun sampai tujuan di rumahnya Cintia. motor langsung aku parkir dan singkirkan di samping jalan. Kami melihat Cintia, Rehan, dan Cika sedang fokus di laptop masing-masing. mereka belum melihat kami karna mereka lagi ada di lantai dua rumah yang megah dan mewah itu.
“Tokk ... tokk ... tok ...”
Sampai tiga kali kami ketok pintunya dengan bergantian Santi, lalu dari dalam rumah terdengar suara Cintia.
“Iya sebentar, siapa y?”
“Kardy dan Santi.”
“Ohh.” Pintu pun dibukain.
“Ehh bang Kardy, Santi,” ujar Cintia.
“Iya dek, sorry y terlambat, karna tadi macet di jalan.”
“Ohh. iy dehh gpp, silakan masuk. langsung ke lantai dua aja y. teman-teman lagi menunggu diatas tuh.”
“Ohh, iy Cin makasih y,” ujarku.
Lalu Cintia mengunci pintu lagi. Sambil memanggil adeknya yang kecil bernama Lauren untuk menghidangkan minuman.
“Kalian mau minum apa y?”
“Air putih aja Cin,” ujar Santi.
“Kok air putih sih.”
“Emang kenapa?.”
“Yahh, ini kan sudah siang maunya minum yang dingin-dingin lah.”
“Ohh. iya juga y,” ujarku.
“Ok lah, makasih.”
Lalu kami berjalan menaiki tangga rumahnya Cintia yang megah kayak istana itu. sesampai lah kami di lantai dua dan melihat Rehan dan Cika menatap kami sambil berkata, “Ehh sudah datang nih semua,” Sambil mendekati mereka lalu duduk.
“Sorry y kawan-kawan kami telat datang, karna di jalan tadi macet dehh.” Sambil menyalaminya mereka.
“Iya gpp bang,” ujar Rehan.
‘Ok deh, kita mulai aja y?” tanyaku.
“Ok,” ujar Cintia.
Selang beberapa menit kemudian Lauren pun datang menyuguhkan minuman yang tadi di bilang kknya.
“Ini minumannya ka, bang y.”
‘Iya dek, makasih y.”
“Iya.”
Setelah satu jam kemudian akhirnya pekerjaan kami semuanya selesai. kami pun ijin untuk pulang. lalu saya antar Santi ke kostnya dan saya langsung balik ke kostku. Sesampai di kost, saya melihat Cindi dan ternyata dia lagi...…
•••°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Putri Minwa
kk udah mampir nih, say. semoga kita saling dukung terus ya
2023-09-18
0