°°°•••
Akhirnya pekerjaan pun siap, dan saya meminta Cindi agar tetap stay di sini karna sebentar lagi saya hidangkan makanan serta minuman untuknya Sore pun tiba, akhirnya Cindi dan saya makan berdua di kost setelah semua hidangan sudah disajikan. sekitar pukul jam empat sore lewat lebih, Cindi ijin untuk ke toilet sebentar.
Setelah beberapa menit dari toilet, akhirnya Cindi keluar dan sambil duduk di sampingku di atas ranjang.
“Bang, mana tempat cucian piring kotor ya?” tanya Cindi.
“Kenapa Cin, buat apa?” tanya Saya balik.
“Sini, biar kucuci sebelum aku pulang ke rumah dehh,” ujar Cindi.
“Jangan lah Cin, gak enak saya. biarin saya aja yang nyuci nanti,” ujar Saya.
“Ah, gpp kok bang. saya juga udah terbiasa nyuci kok.” Sambil mengayunkan tangannya ke ember pakaian kotor.
“Jangan Cin!” Sambil memegang ember.
“Gpp kok bang, biar aku yang nyuci aja. kamu istirahat aja,” ujar Cindi.
Ketika tanganku memegang ember yang dipegang Cindi eh ... ternyata salah pegang, malah yang kupegang adalah tangan Cindi. Dengan penuh tatapan yang agak sedikit salah tingkah dan malu, Cindi pun akhirnya melepaskan tangannya.
“Kok pegang tangan aku sih bang?” tanya Cindi.
“Eh ... sorry Cin saya kira tadi ember yang kupegang,” ujar Saya.
“Hmm ... ambil kesempatan dalam kesempitan y.” Agak sedikit marah dan malu.
“Gak lah, masa saya begitu sih. saya, kan orangnya baik dek,” ujar Saya.
“Karna situasi lagi sepi kamu mau nakal y,” ucap Cindi dengan tegas.
“Sumpah Cin, saya gak ada maksud kayak gitu,” ujar Saya.
“Yah, iya lah saya maafin, tapi lain kali jangan begitu lagi y,” ujar Cindi.
“Iy dek,” ujar Saya.
Lalu Cindi pergi ke tempat cucian sambil membawa ember yang ada di dekat kamar kost ku. Saya menunggunya sampai ia balik lagi sambil rebahan. Akhirnya, setelah kurang dari sepuluh menit Cindi balik dengan membawa cucian yang sudah bersih. Saya lagi santai tidur di ranjang sambil bermain game haigh domino, yang dimana game itu lagi tranding saat ini.
“Kok kamu belum tidur sih bang, malah main game,” ujar Cindi sambil menaroh ember.
“Iy dek, bentar lagi kok,” ujar Saya.
“Oh ... iya lah.” Sambil meletakkan cucian.
“Cin, kamu langsung pulang y?” tanya Saya.
“Gak, bentar lagi kok. biar kususun rapi dulu ini,” ujar Cindi.
“Oh.”
Setelah semua pekerjaan Cindi selesai akhirnya ia pun pamit untuk pulang.
“Bang, mau pulang dulu ya, besok lagi kita ketemu dikampus.”
“Oh ... iya dek. makasih banyak ya karna sudah bantu saya. hati-hati di jalan y jangan ngebut.”
“Ok ... siap bang.”
Akhirnya Cindi ambil tasnya, memakai sepatu, dan menaiki motornya lalu ia sambil klakson.
“Pulang aku bang y, kamu istirahat jangan main game mulu.”
“Oh ... iya dek, hati-hati.”
“Ok bang.”
Setelah Cindi pulang ke rumahnya, saya mengunci pintu kost dan kemudian tidur sampai nyenyak. tak terasa Ayam sudah mulai berkokok membangunkan tidurku. Akhirnya saya bangun sambil melihat handphone, ternyata sudah menunjukan pukul 06:15 Wib.
Saya segera bersiap-siap pergi ke kampus, di dalam hati berkata, “jangan sampai terulang seperti hari pertama.” Beberapa menit kemudian, saya tiba di kampus dan masuk ke dalam ruangan. ternyata saya yang paling cepat datang dikelas hari ini, belum ada orang di dalam.
Sekitar pukul tujuh lebih, semua teman-teman di dalam ruangan itu hampir semua datang. tinggal beberapa lagi yang masih bangku kosong. pada saat yang bersamaan, Cindi datang dan masuk ke dalam ruangan. saya yang tadinya main HP dan menunduk muka dibawah, pas dipanggil Cindi aku kaget sedikit dan pas melihat.
Eh ... ternyata hari ini Cindi cantik sekali tak seperti biasanya. Cindi mendekatiku di kursi samabil bersalaman.
“Eh Bang gimana kabarnya?” tanya Cindi sedikit senyum.
“Sehat dek, kamu g mna juga kabarmu Cin?” tanya Saya balik.
“Sehat juga bang.”
“Oh y, kalian masuk hari ini y?”
“Gak bang.”
“Truss, kamu ngapin di kampus?”
“Mau ketemu sama dosen pembimbing untuk revisi.”
“Oh.”
“Jam berapa nanti datang dosennya dek?”
“Entah lah bang.”
“Tadi sih saya chat bapak itu di Wa, katanya pagi ini dia masuk les pertama.”
“Oh y, mungkin dia lagi di perjalanan dek, kamu sabar aja.”
“Iy bang.”
Beberapa menit kemudian, masuklah chat di Wa Cindi. ternyata pak dosen yang ia tunggu-tunggu barusan sampai di kampus dan katanya dia tunggu di ruang prodi.
“Ijin dulu bang y. Bapak itu sudah datang, dia lagi menunggu aku.”
“Ohh, baik dek semangat y.”
“Iy bang pasti kok.”
Selang beberapa menit kemudian, datang lah dosen masuk kedalam ruangan kami.
“Selamat pagi.”
“Selamat pagi.” Secara serentak.
“Bagaimana kabarnya?”
“Sehat pak.” Secara serentak.
“Nah sekarang, karena ini baru perdana kita ketemu maka yang kita bahas adalah tentang kontrak mata kuliah di RPS. sebelum itu bapak perkenalkan diri dulu, baru kalian nanti.”
“Iya pak.” ujarku
Perkenalan akhirnya selesai. Tak terasa waktu terus berjalan, les pertama pun habis dan kami pulang. Saya langsung bergegas untuk pulang kekost. Ternyata di ruang tunggu tamu didepan ada Cindi yang lagi merenung sendirian.
“Cin, udah siap y?”
“Udah sih bang, tapi masih ada revisi untuk besok karena ada tadi yang salah.” Sambil memperlihatkan proposalnya.
“Oh y dek.” Sambil melihat lembaran yang di perbaiki.
“Kamu pulang juga sekarang y?” tanya Saya.
“Bentar lagi sih bang, karena ada temanku yang lagi revisi tadi di atas katanya nungguin dia.”
“Ohh ... y dek, berarti aku duluan pulang y?” tanyaku sambil memandang wajahnya.
“Kok buru-buru bang. Ini, kan masih pagi bentar lagi lah.”
“Emang kenapa dek?” tanya Saya.
“Gak apa-apa sih bang, cuma gak ada temanku di sini sih.”
“Nah ... gitu dong, bilang dari tadi kok,” ujar Saya.
“Mau nemanin gak nih bang?” tanya Cindi.
“Yahh, mau lah dek, tapi janji y antar saya pulang nanti. bentar lagi terik matahari nih mulai panas,” ujar Saya seperti manja gitu.
“Ohh iya bang, aman kok.”
Beberapa menit setelah hening di kursi panjang itu, akhirnya Cindi menoleh ke arahku.
“Bang gimana kuliahnya hari ini?” tanya Cindi.
“Yah ... puji tuhan lah dek lancar selalu,” ungkap Saya.
“Amin bang, tetap semangat y,” ujar Cindi.
“Iy lah dek pasti semangat, apalagi ada adek yang selalu nemani saya,” ujar Saya.
“Hmmm ... ada apa nih?” tanya Cindi seperti takut gitu.
“Gak ada maksud apa-apa sih sih dek, emang begitu kok kenyataanya,” ujar Saya.
“Iya lah,” ujar Cindi.
“Btw, Gimana yang kemarin saya bilang dek samamu,” ujar Saya.
“Apa tuh?” tanya Cindi.
“Hmmm … pura-pura lupa y?” tanya Saya.
“Iy bang saya serius, gak ingat lo,” ujar Saya.
“Kok bisa gak ingat sih dek?” tanya Saya sambil menatap tajam wajahnya.
“Habis semalam pas pulang dari tempatmu, aku langsung melanjutkan perbaikan proposalku, nih yang kubawa sekarang,” ujar Cindi.
“Ohh ... iya dek y,” ujar Saya.
“Iy lo bang, makanya saya gak ingat,” ujar Cindi.
“Gini lo dek, saya kan kemarin nanya sama adek, apakah adek itu udah punya pacar y, truss adek jawab masih belum sih. truss saya lanjut lagi bertanya bagaimana kalau misalkan aku suka sama adek, mau gak kira-kira jadi pacarku. gitu lo dek,” ujar Saya sambil merayu Cindi.
“Ohh ... iya bang baru ingat sekarang,” ujar Cindi.
“Yah karna sudah kukasih tau, makanya ingat,” ujar Saya.
“Yaialah, kan aku benar-benar lupa bang,” ujar Cindi.
“Nah sekarang gmna nih jawabannya?” tanya saya sambil memegang tangannya.
“Gimana ya bang? Aku juga gak tau,” ujar Cindi sambil melepaskan tanganku.
“Kok nanya Saya sih g mna, kan Saya nanya kamu,” ujar Saya.
“Biar ku pikir-pikir bentar aja dulu bang y,” ujar Cindi.
“Gak sampai seminggu kan?” tanya Saya sambil buang muka.
“Gak lah bang, masa sampai seminggu,” ujar Cindi.
“Truss gmna nih diterima apa gak?” tanya Saya seperti kesal deh.
“Iyah lah bang, saya mau kok,” ujar Cindi.
“Hmm ... benaran nih gak bohong, kan?” tanya Saya sambil memegang tangannya kembali.
“Masa aku bohong sih bang, aku serius mau kok,” ujar Cindi.
“Iya lah dek, mulai sekarang kita sah jadian y,” ujar Saya.
“Iya bang,” ujar Cindi.
“Jangan panggil abang lah, kan tadi barusan jadian,” ujar Saya.
“Truss panggil apa dong?” tanya Cindi.
“Panggil ayank aja,” ujar Saya.
“Panggil ayank … gak mau ah, malu kalau ada orang yang lihat,” ujar Cindi.
“Kok malu sih dek, justru itu membuat hubungan lebih pada keseriusan kok,” ujar Saya.
“Iya lah, terserah kamu aja,” ujar Cindi.
“Sayang ... kok kayak gitu sih jawabnya?” tanya Saya.
“Iya sayang,” ujar Cindi.
“Nah gitu dong, baru akrab,” ujar Saya.
“Bawel kamu yank, masa baru jadian beberapa menit udah langsung dipaksain panggil ayank,” ujar Cindi.
“Nah itu, kan … gak ikhlas,” ujar Saya.
“Ikhlas lo yank,” ujar Cindi.
“Ok yank,” ujar Saya.
Terlihat dari jauh, yang ditunggu-tunggu pun datang dan mendekat.
“Cin, siapa y?”
“Kenalin dong.” Sambil melirik ke saya.
“Oh iya. nama saya Kardy ka,” ujar Saya.
“Oh. Nama saya Dewi dek. kamu siapanya Cindi y?”
“Hmm ... bukan siapa-siapa sih. cuma tadi pas saya lewat dan melihat Cindi lagi sendirian truss saya ajak untuk ngobrol aja sih,” ujar Saya.
“Oh y,” ujar Dewi.
“Cin, aku langsung pulang aj y, karna bapak sudah datang menjemputku,” ucap Dewi seperti buru-buru gitu.
“Ohh … iy Wi,” ujar Cindi.
“Hati-hati dijalan y,” ujar Cindi.
“Ok siap. kalian pulang juga y barengan,” ujar Dewi.
“Iya Wi, kebetulan searah tempat tinggal kami,” ujar Cindi.
“Ohh .... gitu, aku duluan pulang y,” ujar Dewi.
“Ok Wi. sampai jumpa besok,” ujar Cindi.
Setelah beberapa menit kemudian......
•••°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Othor Jutexs
di bagian ini critanya seperti film indosiar ya😁mengandung bucin banget
2023-11-21
0
Mr. Lim's
Siiip.../Good/
2023-10-01
0
Dewi Payang
Yeay! Jadian😁
2023-09-21
0