Senyap?.
Tidak juga,masih terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk bahkan suara tetesan air infus terdengar jelas.
Sepasang remaja itu hanya saling dian setelah kejadia memalukan bagi Zaylin,,setelah bertahun-tahun tidak pernah menangis tadi ia malah menangis tersedu-sedu dipelukan seorang pria,pria asing!.
"Ini"Fatih memberikan air mineral setelah bubur dimangkuk habis.
Tadinya ia berinisiatif menyuapi Zaylin tapi setelah kejadian tadi gadis itu enggan bahkan memaksakan diri makan dengan tangan kiri setelah tangan kanannya belum juga bisa digerakkan semestinya walaupun kesusahan tapi ia enggan ditolong.
"Jangan dulu tidur,,kau habis makan tidak baik jika langsung tidur kau duduk saja sebentar,,jika perlu kekamar mandi aku akan membantu,eh jangan berpikir buruk magsudku aku akan memanggilkan suster untuk membantu mu"ujar Fatih menjelaskan agar tidak ada kesalahan pahaman Mmm ia cukup canggung setelah kejadian tadi,,setelah dipikir-pikir gadis didepannya pasti menjalani hidup dengan sulit,Fatih akan bersikap baik untuk memberikan semangat.
"Hmm"jawab Zaylin hanya berdehem,"Bisa anggap kejadian tadi tidak pernah terjadi?"tambah Zaylin tanpa menatap lawan bicara dan hanya menatap luruh.
Fatih mengangguk,"Memang apa yang tadi terjadi?"tanya Fatih sebagai bukti jika ia tidak akan membahas tangisan tadi atau bahkan menceritakannya pada orang lain karena ia bukan orang seperti itu.
"Terimakasih"jawab Zaylin terkekeh tanpa mengalihkan tatapannya.
"Wah aku terkejut,hampir saja jantungku lepas,,,"ujar Fatih berhasil membuat Zaylin menoleh,"Ternyata nona arogan ini bisa mengatakan terimakasih"tambahnya mencibir.
"Ya kau beruntung mendapatkan nya,hanya orang tertentu yang bisa melihat sisi lain dari diriku"songong Zaylin membuat Fatih mendatarkan wajahnya.
Ia cabut kata-kata akan bersikap baik pada gadis ini,terlalu menyebalkan lebih ke ngelunjak!.
"Aku merasa terhormat"saut Fatih dengan nada mencibir setelah itu keduanya tertawa saling mengejek.
"Dasar bodoh segeralah pergi!"terdengar suara ditelinga Zaylin tentu saja tidak bisa didengar Fatih maupun orang lain.
Hanya dirinya sendiri saja yang bisa!.
"Jangan marah dia cukup menyenangkan"jawab Zaylin didalam hatinya sebari terkekeh.
"Kau sudah cukup lama sekarang giliran ku,,jangan tamak tau!"tambah Zaylin didalam pikirannya.
"Kau hanya tamu yang ku ijinkan menetap,sadar posisi mu" balas sosok yang terdengar.
Melihat raut wajah Zaylin yang terlihat kesal membuat Fatih berdehem dengan cemas.
"Kau kenapa?,apa ada yang sakit?," tanyanya terlihat cemas.
Zaylin terkekeh,"Tidak apa,,hanya mendengar peringatan tuan tanah yang sedang mengusir tamunya,,sangat kejam"jawabnya terdengar mengejek.
"Hah?"
"Abaikan"jawab Zaylin mengibaskan tangannya acuh.
Fatih mengangguk,"Kau ingin berjalan-jalan mungkin biar ku antar" tawarnya berpikir jika gadis yang belum jelas ia ketahui namanya itu bosan seharian di kamar.
"Tidak saya disini saja"jawabnya menolak.
"Eh,ok,," aga syok mendengar penolakan sangat jelas membuat Fatih aga speclis apalagi selama ini ia tidak pernah mendengar penolakan,,pengecualian hari ini dari gadis menyebalkan ini.
Dan sudah berkali-kali,gila!.
"Nama kau siapa sebenarnya?"sejak tadi ingin bertanya seperti ini tapi setiap bertatap muka selalu membuat Fatih rasanya ingin mengomel,tidak jelas!.
"Zaylin kau bisa memanggil saya zy"jawab acuh Zaylin.
"Zy bukan si?,,,tapi kenapa dipanggil Zy bukankah seharusnya Zay atau Lin gitu?"sepertinya Fatih salah makan membuatnya yang dikenal kutub berjalan kini malah seperti bebek.
Suuut jangan mengadu ok!,Fatih bisa ngamuk jika tau disamakan dengan bebek,anggaplah ini rahasia kita saja,author tidak mau mendapatkan amukan Fatih si monster jalanan.
"Saya peringatkan jika kita bertemu lagi dimasa depan sebaiknya kau mengatupkan bibir mu di depan saya,jika tidak jangan salahkan saya mengaput bibir mu itu dasar cerewet"ujar Zaylin dengan raut serius disertai seringaian.
"Pengancam?,,,,yafiq alfatih,,,namaku"ujar Fatih melanjutkan melihat raut wajah bingung Zaylin yang kini mengangguk.
"Namamu terlalu bagus,kau lebih cocok dipanggil tuan bebek" ceplos zaylin bikin author tepuk jidat,bisa-bisanya tuh orang buka kartu.
"Kau memanggilku bebek hah!,dasar nona arogan!"sentak Fatih padahal mereka baru saja damai tapi dengan tampang polosnya Zaylin mematik permusuhan.
Fatih menunjuk Zaylin dengan jarinya lantas pergi dari sana dengan marah sekaligus kesal,,bisa-bisanya seorang Fatih yang digilai banyak wanita dengan banyak gelar yang ia dapat di samakan dengan bebek,dasar si*lan.
Melihat kepergian Fatih membuat wajah Zaylin di penuhi rasa bingung dengan tatapan tanpa bersalah sama sekali.
"Aku berkata jujur kenapa dia marah,,dia kan sangat suka bicara seperti bebek saja,terus mengoceh"gumamnya menatap pintu.
"Kau benar"jawab seseorang ditelinga Zaylin dengan jelas jika diruangan tersebut tidak ada orang lain selain dirinya,Aleya Zaylin.
"Yap,jika kau yang meladeni nya sudah sejak tadi kau menjahit mulut pria itu"ujarnya sebari mengubah posisi duduknya dengan terlentang aga kesulitan emang.
"Hmmm jika kau masih ingin sadar jangan berbuat ulah!,bisa?"
"Kau yang membuat ulah,mana ada sengaja menyakiti dirinya sendiri selain dirimu,,kau tenang saja Zy aku tidak akan membuat masalah yang menyusahkan dirimu"jawabnya tersenyum senang.
"Baiklah aku percayakan tubuhku padamu Zay sampai minggu depan,,aku akan tidur"balasnya didalam pikiran,keduanya berada di tubuh yang sama.
.
.
.
Hari sudah malam Zaylin sekarang sedang memejamkan matanya tidak tidur hanya malas saja meladeni Fatih si cowok cerewet.
"Hei kau ingat nomor keluarga mu tidak?sudah seharian dirumah sakit tapi tidak ada yang kau panggil sama sekali untuk datang" ujar Fatih entah kenapa sejak bertemu Zaylin menjadi sangat amat cerewet.
Ayahnya sendiri juga bingung mengingat putra yang dingin mendadak cair.
Hening Zaylin masih nyaman memejamkan mata.
"Bocah ini ku jual pasti laku!"geram fatih menatap Zaylin dengan lekat sebab pengacuhan satu-satunya orang yang berani mengabaikannya tapi entah kenapa tidak ada kemarahan dari hati Fatih malah merasa penasaran.
.
.
.
Beberapa jam sebelumnya.
"Man,ada berapa duitnya?"tanya seorang preman pada temannya yang tengah duduk diemperan jalan.
"Dua ratus doang,Di,,dompetnya doang yang tebel isinya cuma Dua lembar"jawab Iman melempar dompet kosong yang ia ambil tampa ijin dari pemiliknya.
"Itu ngasih pelajaran Man sama kita kalo menilai jangan dari sampulnya doang isinya cetek,,tapi lumayan Dua lembar yang penting warna merah bukan kuning,,kenyang itu buat makan"jawab Adi so bijak.
"Iyasih,eeh kalo bos tau kita nyuri lagi gimana di?,kita pasti diamuk"curhat Iman cemas.
"Bilang aja khilaf,kan kau yang ngambil saya cuma mengawasi,,tenang aja paling babak belur doang" jawab Adi menepuk pundak Iman.
"Kitakan besty kalo saya khilaf kau juga khilaf,,kalo saya digebugin bos kau juga harus digebukin!"
"Dih ogah,saya cuma jadi juri aja,sebagai temen yang baik kalo kamu khilaf saya tegur"jawab Adi ogah ikut bonyok.
"Kau ga tegur tuh Di" saut Iman.
"Karena aku juga khilaf"jawab Adi sebari cengengesan biasalah preman kalo ingsaf kadang suka khilaf,tangan suka gerak sendiri eh pas dilihat udah ada dompet orang dikantung celana emang aga ajaib sih.
Kaya kantung doraemon.
Suara nada ponsel berdering membuat keduanya saling tatap sejenak.
"Suara ponsel saya man,saya kira suara perut soalnya saya lapar hehe"ujar Adi sebari merogoh sakunya mengambil benda pipih yang berbunyi nyaring.
"Siapa di?"
"Nomor asing man,angkat ga?,males sih takutnya depkolektor eh saya ga punya utang sih,atau orang yang mau nipu ya man?"tanya Adi panik duluan.
"Nipu kau apanya?,emang kau punya apa bikin orang tertarik?,gaada!,bisa aja kan polisi"jawab Iman sekenanya.
"Polisi?,kenapa nelepon saya harusnya nelepon kau man,kan kau yang nyopet saya cuma ngawasin doang!saya ga salah"elak Adi semakin panik.
"Sama-sama kriminal di,gausah protes,,,,telepon kau kalo bersuara terus mending angkat ajalah Di!"jawab Iman membuat Adi mengangguk.
"Halo dengan saya jasa serba bisa!,multitalenta yang bahkan bisa memindahkan pulau dengan kedipan mata,,dengan siapa dimana?"ujar Adi sekenanya langsung kicep ketika mendengar jawaban dari sebrang telepon belum juga merespon panggilan sudah terputus.
"Siapa Di?"tanya Iman kepo kalo beneran polisi mau kabur duluan.
"Nona bos Man,kita di suruh jemput dia besok dirumah sakit,,"jawabnya.
"Eh nona sakit Di?,sakit apa?"tanya Iman.
"Gatau man,nona cuma ngomong suruh jemput doang katanya jangan kasih tau siapapun,apalagi sama bos"jawab Adi.
"Wah kalo bos tau nona dirumah sakit bisa ngereog,,,rumah sakitnya bisa dibuldoser! Di,mending rahasiakan aja dulu"ujar Iman bergidig ngeri membayangkan bos besarnya ngamuk mengetahui putri tercintanya berada di rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments