"Euhg" leguhan terdengar dari bibir mungil gadis kecil yang terbaring lemas dibrangkar rumah sakit dengan kondisi mengenaskan,hampir sekujur tubuhnya dipenuhi perban.
"Nona sudah sadar! ,,dokter -dokter"teriak bi Mina memanggil tenaga medis untuk mengecek kondisi nonanya yang sudah tiga hari tidak sadarkan diri.
Setelah dokter mengecek kondisi Aleya dan menjelaskan pada bi Mina membuat wanita paruh baya itu menghela napas entah bagaimana kondisinya segala rasa lega bercampur sedih juga gejolak marah tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Nona jangan bergerak dulu nanti lukanya sakit lagi"cegat bi Mina ketiga melihat aleya bergerak.
"Sakit bi"keluh Aleya sebari meringis lantas terisak kesakitan membuat bi mina ketakutan bahkan kembali memanggil tenaga medis.
"Ibu tenang saja,pasien sekarang sudah tertidur kami terpaksa memberinya obat tidur setidaknya untuk membantunya meredakan rasa sakit ditubuhnya"
"Kami masih menunggu keputusan ibu untuk melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib bu,bagaimana pun kami pihak rumah sakit tidak percaya jika pasien mengalami luka karena terjatuh dari tangga karena bukti dari hasil pemeriksaan tidak menunjukan hal seperti itu bahkan lebih bisa dibilang kekerasan,,,tapi kami akan tetap menerima keputusan ibu semoga anda mengambil keputusan yang benar"tambah sang dokter.
"Anda tenang saja negara kita adalah negara hukum putri anda pasti akan mendapat keadilan jika ibu memutuskan melaporkan pada kepolisian"ujar dokter kembali membujuk bi Mina untuk melaporkan apa yang terjadi pada gadis kecil yang kini kembali tertidur dibawah pengaruh obat tidur karena seperti yang mereka katakan jika penjelasan bi Mina jika Aleya terjatuh dari tangga tidak mereka percayai.
Dan mengharapkan bi Mina untuk jujur agar mendapatkan keadilan bahkan dokter tersebut menjamin keselamatan Aleya.
"Saya mengerti dokter terimakasih atas sarannya,,,Mmm bagaimana kondisi putri saya dok?"ujar bi Mina memang mengakui Aleya sebagai putrinya.
"Seperti yang ibu lihat sebelumnya,kondisi putri ibu sudah lebih baik dari sebelumnya ,kondisi lukanya pun sudah mengering hanya saja mungkin meninggalkan bekas nantinya pada kulit tubuh putri ibu,,dan saya rasa kemungkinan besar Aleya akan mengalami trauma pasca kejadian,,untuk lebih lanjut lagi kita bisa mengetahui setelah Aleya kembali sadar dan tidak lagi histeris,bu"jawab dokter menjelaskan.
Waktu berlalu begitu cepat sudah seminggu Aleya dirawat dirumah sakit dan seperti yang dokter katakan jika Aleya mengalami trauma pasca kejadian membuatnya melupakan semua kejadian yang menimpanya tempo hari,,,
Bahkan bi Mina tidak mengikuti saran sang dokter untuk melaporkan kondisi Aleya pada kepolisian karena ia masih membutuhkan tuannya untuk biaya hidup,bi Mina tidak punya pilihan lain selain tutup mulut karena masih membutuhkan pekerjaan untuk dirinya dan Aleya makan apalagi bi Mina tidak lagi punya sanak sodara maupun keluarga untuk dimintai tolong.
Kondisi Aleya sudah lebih baik lukanya juga sudah sepenuhnya mengering namun dokter belum menyarankan untuk keluar rumah sakit untuk sementara ini demi kesehatan Aleya sendiri yang memang selain ada luka ditubuhnya kondisi gizi Aleya juga cukup memprihatinkan.
Beberapa menit lalu bi Mina meninggalkan Aleya dirumah sakit untuk kembali bekerja dirumah tuannya hanya dengan begitu ia bisa membayar biaya rumah sakit yang sangat besar,,,karena bosan seminggu ini hanya duduk diam dikamar rawat Aleya memutuskan untuk berjalan-jalan melihat seperti apa rumah sakit karena ia begitu penasaran.
"Aduh"ringisnya merasa kakinya ngilu saat digerakan tapi tidak menghentikan gadis lincah itu untuk mengeksplor rumah sakit yang menurutnya menarik,,sebari bertumpu pada tembok-tembok untuk membantunya berjalan.
Beberapa menit berjalan tidak membuatnya lagi tertarik bahkan menurut Aleya rumah sakit begitu membosankan juga berisik.
Bibir Aleya mengkerucut karena tidak puas namun langkahnya terhenti ketika mengintip satu ruangan yang didalamnya ada seseorang yang ia kenali.
"Om dokter"panggil Aleya sebari melambaikan tangan memanggil dokter di dalam ruangan yang tengah menangani pasien seorang anak laki-laki yang terus berontak ketika hendak disuntik.
Mendengar suara yang cukup familiar diterlinga sang dokter membuatnya menoleh,ia langsung tersenyum manis menatap pasien yang ia rawat seminggu ini.
"Aleya,kamu kenapa disini?,kenapa keluar dari kamar rawat kamu?"tanya dokter yang terlihat masih muda mungkin berusia dua lima atau lebih lebih.
"Leya bosen dikamar terus om dokter,,Leya boleh nemenin om dokter aja ya biar Leya ga bosen?"jawab Aleya sebari masuk menghampiri sang dokter lantas menatap seorang wanita yang terus dipeluk anak kecil yang duduk dibrangkar rumah sakit.
"Om dokter dia sakit yah kaya Aleya?"tanya Aleya menatap anak seumuran dirinya itu.
"Eh,iya kakak nya sakit makanya mau om dokter obatin biar cepet sembuh"jawab dokter Hans sebari mengusap pucuk kepala Aleya.
Aleya menatap lekat anak diatas brangkat dengan tatapan menyipit seolah memastikan sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Kamu mau ngapain Leya?"tanya dokter Hans sebari menahan tubuh mungil Aleya yang kekurangan gizi itu hendak memanjat brangkar rumah sakit.
"Leya mau naik om"pintar Aleya kembali berusaha memanjat.
"Aleya ga boleh naik yah,nanti om dokter temenin Aleya main sekarang Leya kembali dulu kekamar gih nanti dokter susul kalo udah obatin kakak ini"bujuk dokter Hans.
"Gamau,Leya mau naik, yey"kekeh Aleya ditambah pekikan senang ketika ia berhasil duduk diatas brangkar dimana ada anak seusianya yang juga tengah duduk keduanya berhadapan.
"Kamu nakal banget sih,sana balik ke tempatmu!"dengus anak laki-laki didepan Aleya.
Aleya mengkerucutkan bibirnya tapi tidak menuruti perkataan anak didepannya ia malah duduk bersila sebari menatap lekat orang didepannya.
Suster,dokter maupun ibu dari anak laki-laki tersebut hanya bisa memantau saja karena Aleya kekeh tidak mau turun sudah dibujuk sekalipun dan malah mengajak anak didepannya bicara,dokter Hans tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyuntik anak laki-laki yang sebelumnya berontak kini fokusnya terlihkan pada Aleya tanpa sadar jika jarum suntik sudah menancap dilengahnya.
"Nama kakak siapa?"tanya Aleya setelah memperkenalkan namanya dengan bangga.
"Vano Ramadhan"jawab anak bernama Vano menatap gadis cerewet didepannya.
"Bagusan nama Leya ada artinya wanita cantik pemberani"ujar Leya percaya diri.
"Nama ku juga punya artinya,iyakan mah?"tak ingin kalah Vano menatap ibunya meminta persetujuan.
"Iya nama kalian sama-sama bagus ko,,,Aleya di sini sendiri nanti mamahnya nyariin loh"jawab ibunya Vano sebari mengusap pujuk kepala Aleya karena gemas sendangkan tenaga medis sudah pergi karena ada pasien yang harus mereka urus bergitupun dokter Hans yang sebelumnya menjanjikan bermain dengan Aleya malah terpaksa menitipkan Aleya pada keluarga Vano karena ia harus memeriksa pasien yang baru saja datang.
"Leya ga punya mamah"jawab aleya sebari tersenyum lebar.
"Leya ga punya mamah?,ko bisa?"tanya Vano dengan alis bertautan.
"Gatau,kata bi Mina,mamah Leya udah gaada udah bahagia disisi allah,leya cuma perlu ngirim doa doang biar mamah seneng"jawab polos aleya membuat ibu dari Vano mengerjap kaget.
"Leya ga usah sedih yah,bener ko kata Leya mamah Leya bakalan seneng kalo dikirimin doa,jadi Leya harus banyak-banyak doa buat mamah"saut ibu Vano menatap Aleya dengan sendu.
Aleya mengangguk sebari tersenyum lebar lantas tatapan mereka teralihkan ketika pintu ruang rawat dibuka seseorang dari luar.
"Papah"seru Vano senang melihat sang papah menghampiri dirinya dirumah sakit dikesibukannya bekerja tanpa mereka sadari aleya yang tadinya ceria kini menunduk dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Cuma Leya yang ga punya mamah sama papah" lirihnya terdengar ketiga orang beda usia disatu ruangan itu membuat mereka tersentak.
Setelah pertemuan pertama mereka Aleya dan Vano menjadi teman,walaupun Vano hanya dirawat satu hari dirumah sakit tapi bocah itu sering kembali untuk mengunjungi Aleya yang baru diijinkan pulang setelah sepuluh hari menjalani perawatan,yang bertepatan pada hari ini.
"Hore Leya boleh pulang" pekik senang Aleya melihat bi Mina membereskan barang bawaan mereka.
"Seneng banget yang mau pulang"
"Seneng dong om dokter,Leya bosen banget dirumah sakit,gaseru"jawab Aleya kegirangan.
"Oh om dokter baru tau ternyata Leya ga suka main sama om dokter, om dokter jadi sedih"goda dokter Hans berpura-pura sedih dan marah.
"Bukan gitu, Leya suka main sama om dokter ko"seru aleya gelagapan.
"Hhh iya-iya om dokter cuma bercanda ko,Aleya jangan kesini lagi yah Aleya harus sehat terus,oke"ujar sang dokter menyesuaikan diri dengan tinggi tubuh Aleya.
"Aleya ga boleh temuin om dokter lagi?"tanya polos Aleya dengan sedih.
"Eh boleh,magsud om dokter Aleya ga boleh sakit lagi"jawab dokter Hans menjelaskan dengan sabar walaupun tidak memiliki ikatan darah tapi ia merasakan kasih sayang pada bocah cerewet satu ini entah kenapa.
Tanpa tau jika hari keluarnya Aleya dari rumah sakit menjadi awal rasa sakit yang begitu mendalam dijiwa dan raganya,, hari ini menjadi akhir kecerian dan kecerewetannya dimasa depan membuatnya menjadi sosok yang tidak dikenali,karena salah satu dari nyawa kedua perempuan berbeda usia itu tidak terselamatkan setelah hari ini.
Bi mina dinyatakan meninggal setelah tertabrak mobil diperjalanan pulang,menjadi awal kehancuran Aleya Zaylin yang sudah menderita sejak ia lahir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
queen bee
keren Thor 👍👍👍👍👍
2024-01-28
2