Setelah kejadian menggemparkan para pelayan mansion dikediaman Esmiral,,,Zaylin kembali ke kamarnya yang ditempatkan khusus untuk pelayan ia langsung merebahkan tubuhnya diranjang reot bahkan kasurnya tidak lagi empuk,Zaylin terkekeh sebelum memejamkan mata menjemput mimpi yang tak pernah seindah kenyataan.
"Bodoh"gumannya sebelum terlelap.
Hingga hari sudah malam tangannya ditarik kencang hingga membuatnya terbangun dari tidurnya dengan raut wajah bingung bersamaan dengan kepalanya yang terasa berputar apalagi bukan hanya ditarik,,tubuhnya juga diseret dua orang pria hingga ia dihempaskan dengan keadaan linglung.
Dengan tubuh tersungkur hal yang pertama ia lihat selain lantai adalah sepatu porselen,gadis itu terkekeh sebari tersenyum remeh,,,mereka pasti balas dendam!.
Brak
Belum menggerakan tubuhnya sedikitpun Zaylin sudah terhempas membentur meja setelah ditendang pemilik sepatu tadi dengan kencang.
Meja yang terbentur tubuh Zaylin sudah terbalik dengan isian meja yang berserakan bahkan benda-benda yang terbuat dari kaca sudah pecah menjadi kepingan tapi tidak ada rintisan dari remaja cantik itu,hanya mengusap dagunya yang biru akibat tendangan tadi.
"Sial"umpat Zaylin paling benci jika wajahnya mendapatkan luka.
"Mata dibalas mata poin hidupku,kau sudah mendorong adikku dari tangga giliranmu menderita,,,kau bahkan akan sangat menderita kali ini hingga memilih untuk mati saja!"geram remaja seumuran nya itu berikrar untuk membalaskan rasa sakit yang diderita adik kembarnya.
"Hanya segitu?,lemah sekali,kalian akan merasakan hidup segan mati tak bisa,ditanganku!"jawab Zaylin menatap tian dengan datar seolah bukan tubuhnya yang ditendang bahkan kini menggerakan tubuhnya untuk berdiri.
"Syalan kau!"geram tak terima tian bergegas cepat menyerang Zaylin membabi buta kejadian begitu cepat hanya membuat para pelayan yang menyaksikan melongo saja memang selalu seperti itu.
Zaylin tidak membalas ataupun mengelak ia selalu menerima kekerasan yang mereka lakukan kecuali pada bagian wajah, ia sangat menjaga wajah cantiknya itu tak mengijinkan siapapun menyentuhnya.
Banyak memar ditubuh Zaylin tidak menggerakan Tian untuk berhenti malah semakin membabi buta ketika mendengar kekehan dari Zaylin yang ia siksa,,,ia sangat benci semua itu menganggapnya sebagai hinaan bagaimana bisa seorang gadis dipukulin bukannya meminta ampun dan berteriak memohon malah terkekeh dan terkekeh?sial emosi Tian membuncah hingga akhirnya kaki pria itu mendarat diwajah Zaylin.
Andai tangan Zaylin tidak lebih cepat menutup wajahnya maka sudah dipastikan akan ada cap sepatu disana sebab Tian menginjak sebari menekan sepatunya disana dengan kejam.
"Tian hentikan!"tegur suara bariton yang sepertinya baru datang melihat teguranya dihiraukan membuatnya berdecak lantas menggerakan tangannya memerintah satpam disana untuk memegangi putra sulungnya itu.
"Apa yang kalian lakukan hah!,lepaskan syalan,lepaskan!"berontak Tian membuat teman sesama profesi membantu memegangi tubuh Tian sesuai perintah tuan besar mereka.
"Kau ingin mengotori tanganmu dengan membunuhnya?"tanya pria itu dengan dingin.
"Ya dia lebih baik tidak hidup sama sekali,pah,dia hanya pembawa sial dan pembunuh!"jawabnya dengan nyalang menatap Zaylin yang tergeletak dengan cairan merah ditubuhnya dan juga sudah terbatuk darah dua kali namun tidak ada rintih kesakitan selain kekehan.
"Jika aku tidak ada kau juga belum tentu ada begitupun adik bodohmu itu,kita satu sperma bahkan satu rahim"celetuk Zaylin sebari mencoba duduk walaupun kesulitan.
"Tentu saja yang patut disalahkan hanya ayahmu,,penyumbang sperma sesungguhnya"tambahnya sebari terbahak.
Wajah datar Steven Esmiral berubah tertegun dengan rasa benci menatap Zaylin yang baru saja bicara.
Bahkan tatapan mereka tertubrukan tidak ada yang mengalihkan pandangan,seorang bertarung lewat tatapan mata jika bisa mengeluarkan leser panas mungkin keduanya sudah gosong saking panasnya.
"Kenapa tuan?,anda akan membunuhku?ancamanmu memang basi"ujar Zaylin mengejek tanpa mengalihkan pandangannya lantas bersusah payah untuk berdiri dua kali percobaan gagal tapi setelah itu ia bisa berdiri tegap dengan datar.
Terlalu banyak rasa sakit yang sudah ia alami tanpa bisa diobati sudah membuatnya terbiasa bahkan menikmati agar ia bertahan didunia yang kejam ini.
"Tapi masih ada enam jam sebelum habis waktunya,,ayo lakukan sekarang!"tambah Zaylin melangkah kan kakinya terseok mendekat ke arah serakan pecahan kaca didekat meja.
Ia berjongkok sekejap sebelum kembali melangkah kehadapan Steve dengan raut wajah tak terbaca sebari memegang pisau buah.
Jleb
Steven replek menunduk melihat cairan merah anyir membasahi tangannya yang entah sejak kapan memegang pisau.
Bahkan ia tak sadar jika pisau yang ia pakai sudah menancap diperut Zaylin siempunya hanya terkekeh.
"Jika darah lebih kental daripada air,maka saya berharap darah ini habis akibat tusukan ini,tapi sialnya saya tidak selemah itu,,,"
Street
Ujar Zaylin sebari mundur dari hadapan Steven dengan pisau yang masih tertancap diperutnya dengan satu tarikan pisau itu Zaylin lepas tanpa meringis,,sekelabat ia terlihat seperti iblis bukannya gadis remaja.
Para pelayan yang menyaksikan juga berpikir begitu sebab jika dia bukan Zaylin mungkin gadis itu sudah mati semenjak dipukuli Tian bukan cuma tidak mengeluh kesakitan bahkan sekarang menusuk perutnya menggunakan pisau dengan tangan Steven.
Brak
Zaylin melempar pisau ke lantai"Anggap saja pisau itu hadiah perpisahan dari saya,,,karena perjanjian saya dirumah ini akan habis dalam enam jam kedepan setelah itu jangan pernah muncul dihadapan saya jika anda masih ingin ketenangan"ujar zaylin menatap Steven dan Tian bergantian.
"Kau mengancam ku?,hhhh bocah bau kencur seperti mu bisa apa selain menangis hah!"geram Steven kembali nyalang setelah kesadarannya kembali.
"Mengancam?,bukan tentu saja hanya memperingatkan sebab bocah bau kencur ini bisa membuat mu hidup segan mati tak bisa"jawab Zaylin terkekeh membuat rembesan merah diperutnya semakin banyak.
Uhuk
Zaylin terbatuk darah dengan mata berkunang-kunang ia mempertahankan kesadarannya untuk pergi dari mansion yang selama 15 tahun menjadi tempat paling menyakitkan untuknya.
Tidak lagi ada drama,Zaylin keluar dari rumah itu sempoyongan sebari terseok sebab kakinya sulit untuk ia gerakan,,,berada di halaman ia langsung menuju motor kesayangannya tanpa membawa apapun ia melegang pergi membawa luka di sekujur tubuh dan bathinnya.
Beberapa kali motor yang dikendarai Zaylin oleng namun siempunya masih bertahan mengendarai motornya itu dengan sisa tenaga yang ada padahal sesekali pandangannya mengelap untung kembali bisa melihat walaupun tidak jelas.
Yah hari ini bukan hari tersial bagi Zaylin karena sudah banyak kejadian yang menimpanya lebih dari ini,dari kejauhan matanya yang berkunang-kunang melihat sekumpulan orang tengah bertarung,mungkin jika tauran Zaylin tidak tertarik tapi.
Pengeroyokan,,,tentu saja akan ia tolong.
Dengan tenaga yang tersisa ia melakukan putaran dihadapan mereka hingga asap mengepul,suara umpatan dan ancaman dari mereka Zaylin hiraukan.
"Cepat naik bodoh!"titah Zaylin memekik langsung dituruti pemuda yang menjadi korban pengeroyokan.
Saat melewati sekelompok orang jahat pemuda itu melayangkan tendangan kearah mereka membuat motor yang Zaylin kendarai oleng jika tidak segera dikendalikan.
"Target kabur bos"
"Ah sial,,,"
"Perlu kita kejar bos?"
"Biarkan saja kita dibayar untuk melukai,yang kita berikan sebelumnya sudah cukup untuk bayaran yang kita dapat" jawab si bos sebari berdecih sebal.
"Dia hebat juga bos,,,"puji si anak buah sebari meringis memegangi wajahnya yang babak belur padahal lima orang dewasa melawan satu bocah remaja doang tapi mereka tetap babak belur walaupun tidak lebih parah dari yang mereka berikan.
Sedangkan motor yang dikendarai Zaylin berhenti dikiranya jauh dari lokasi pengeroyokan.
"Makasih mas atas bantuannya"ujar si pemuda setelah turun dari motor yang ia kira pengendaranya seorang pria.
"Tidak ada yang gratis anda harus membayar"saut zaylin lirih namun masih terdengar jelas ditelinga pemuda yang kini memicingkan mata.
Jelas ada alasan mengapa Zaylin mau merepotkan diri untuk membantu.
"Oh Saya bayar kalo begitu,,anda mau berapa? "Tanyanya songong aga kesel mendengar orang yang ia pikir baik ternyata meminta timbal balik.
"Antar Saya kerumah sakit saya tidak butuh uang anda! "jawab Zaylin menggelengkan kepalanya yang mulai tak tahan untuk terpejam.
"Kerumah sakit"ulang pemuda itu dengan bingung sebari menatap lawan bicaranya yang terlihat tidak bisa mengendalikan diri mungkin mabok.
"Cepat!"pinta Zaylin memaksa dengan kondisinya yang semakin memburuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rasya Fay
Kau hebat Zaylin.. yah hrus begitu menjadi seorang perempuan terlebih menjadi seorang manusia yg punya hati
2024-01-24
2