Keramaian tidak membuat sebuah tempat menjadi bising apalagi di tengah-tengah pidato pemilik sekolah yang tahun ini mendapatkan penghargaan terbaik atas nilai tertinggi yang didapat salah satu muridnya diantara sekolah bergengsi lainnya.
"Kepada putri kita bernama Aleya Zaylin silahkan naik keatas panggung untuk menerima piala"tambah kepala sekolah dengan raut bangga menyebut nama anak didiknya yang ia banggakan selama tiga tahun ini.
Aleya Zaylin menjadi momok penting disekolah atas prestasi yang ia dapatkan hampir semua perlombaan namanya selalu tercantum dan selalu berhasil meraih gelar juara walaupun tak serta merta selalu juara satu,terkadang ia akan mendapat kedua atau ketiga namun tidak menurunkan apresiasi kepala sekolah padanya selama ini.
Semakin pintar seseorang maka semakin banyak rintangan begitulah hidup,seperti yang dijalani Zaylin selama sekolah ia selalu mendapatkan cibiran ataupun perlakuan buruk karena rasa iri,bukan cuma itu penampilan Zaylin yang berbeda dari yang lain membuatnya dikucilkan,apa Zaylin peduli?.
Jelas tidak!,sikap gadis yang beranjak remaja itu seratus persen berubah menjadi sosok pendiam,acuh dan tidak peduli pada sekitar namun jika ada yang mengusiknya maka bukan zaylin jika diam saja!.
Prinsipnya hanya mata dibalas dengan mata,jika tidak mengganggu maka tidak akan ia usik,jika mengusik maka jangan salahkan Zaylin membuat orang itu hidup segan mati tak bisa.
"Sekali lagi saya perkenankan atas nama Aleya Zaylin silahkan naik keatas panggung"panggil kepala sekolah sekali lagi sebari menghela napas penuh harap,ia berharap kali ini saja remaja berprestasi itu menunjukkan wujudnya apalagi hari ini menjadi perpisahan untuk kelas mereka yang sudah menyelesaikan pendidikan dijenjang SMP dan berlanjut ke jenjang SMA.
Namun semua hanya harapan semata remaja bernama Aleya Zaylin itu selalu absen dalam semua pertemuan, bahkan sekalipun orang tuanya tidak pernah hadir atas permasalahan apapun disekolah membuat semua orang menilainya sebagai yatim piatu.
Tentu saja kali inipun ia tetap tidak hadir sebab menurut nya hanya pertemuan tidak penting,ia sendiri tengah mencabuti tumput di pemakaman umum yang ia datangi setahun sekali.
Gadis itu berjongkok sebari mencabuti rumput yang tumbuh di salah satu makam orang yang penting dalam hidupnya,,sebari menunduk bahkan wajahnya tertutup helaian rambut sebahunya,,,dengan cekatan bahkan tanpa ekpresi berlebih ia mencabuti rumput dengan tangannya yang dibalut sarung tangan kain yang selalu ia pakai.
Zaylin selalu dibully dari penampilannya yang terkesan misterius dengan wajah yang tak pernah lepas dari masker bahkan tidak ada yang tau jelas bagaimana wajahnya hanya saja mereka menilai Zaylin buruk rupa dengan sarung tangan yang juga tak pernah lepas dengan sorot mata tajamnya.
Setelah bersih ia memasukkan rerumputan yang ia cabuti kedalam kresek lantas ia menatap nisan yang tertulis nama Mina,,sudah sembilan tahun sejak kematian beliau karena kecelakaan yang seharusnya menimpa Zaylin kecil menjadi awal penderitaan nya.
"Leya lulus bi,Leya pamit"Ujarnya singkat padat dan datar pergi membawa sampah yang sudah ia kumpulkan.
Begitulah setiap kehadirannya ia hanya akan mencabuti rerumputan lantas pamit pulang tidak ada drama berkeluh kesah bahkan menangis.
Sesampainya dirumah ah tidak tempat ini tidak pantas disebut rumah karena biasanya rumah menjadi tempat ternyaman seseorang untuk pulang bukan seperti dirinya menjadi saksi bisu kehancurannya selama ini.
"Ngelayab terus!,bagus banget hidup kamu hah anak pembantu berlaga nyonya!,kamu tuh pembantu gausah banyak gaya,kerja yang bener,seharian kerjanya kelayaban doang!,,," pekik geram kepala pelayan melihat keberadaan Zaylin didepan matanya.
"Sana kerja atau mau saya laporkan sama tuan hah,biar kamu diusir sekalian!"tambahnya sebari melempar kemoceng dan sapu mengenai wajah Zaylin.
"Apa?,mau marah!,dasar bocah syalan seharusnya kamu yang mati bukan si Mina,,,sana kerja!"pekiknya sekali lagi melihat Zaylin tadi menatapnya datar entahlah sekelabat ada rasa takut ketika melihatnya namun ia tepis.
Zaylin tidak menanggapi ocehan wanita paruh baya itu ia hanya melakukan apa yang diperintahkan tanpa mengeluh.
"Kerja yang bener,sebelah sana masih kotor,kamu tuh harus tau diri seharusnya kamu ada dipenjara karena udah bunuh Mina bukannya disini,masih untung tuan mau menampungmu,kalo aku jadi tuan udah aku jual kamu,lumayan dapat duit daripada jadi beban doang"gerutuan wanita teman seperjuangan bi Mina yang sangat membenci Aleya sejak ia bi mina merawatnya,jelas ia tahu jika derajatnya dengan Zaylin tidak sebanding namun selama sang tuan tidak pernah menganggap nya sebagai anak,baginya Zaylin hanya pelayan yang lebih rendah dari dirinya.
Tidak ada perubahan raut wajah pada Zaylin bahkan terkesan tidak mendengarkan hanya melakukan apa yang dipinta ketua pelayan saja.
"Kalo orang ngomong tuh dengerin dong,kebiasaan banget kamu ga punya sopan santun sama orang tua,,,sana bersihin kamar tuan muda Theodor awas aja kalo ga bersih,Siap-siap kamu saya hukum!" Omel wanita paruh baya itu sebari melengos pergi jika bicara dengan Zaylin membuatnya dongkol sebab layaknya bicara pada manekin tidak ada balasan.
Zaylin tidak menjawab dia hanya langsung melakukan tugas yang diperintah kan saja tanpa protes,,,saat membuka pintu kamar Theodor dilantai atas bisa membuat siapapun geleng-geleng kepala.
Kamar yang ditempati remaja itu selalu saja berantakan setiap harinya layaknya kapal pecah,Zaylin mengerutkan keningnya bingung ini sudah siang hari tapi kenapa kamar tuan mudanya masih sangat berantakan layaknya tidak dibersihkan,apa tadi pagi tidak ada yang membersihkan?.
Tidak peduli dengan jawaban yang ada dipikirannya Zaylin menaruh kemoceng dan juga sapu yang ia bawa disisi meja,ia langsung melangkah kesudut ranjang dimana banyak pakaian tergeletak disana.
Setengah jam waktu yang Zaylin habiskan untuk membereskan kamar Theodor buang waktu memang tapi mau bagaimana lagi kamarnya begitu berantakan,,setelah selesai Zaylin meninggalkan kamar Theodor tanpa berlama-lama.
Namun kesialan tidak pernah lepas dari hidupnya,baru saja berjongkok untuk mengambil sapu yang tergeletak dilantai ia malah mendengar suara tajam yang sangat ia kenali.
"Sedang apa kau dikamar ku hah?!"tanpa menolehpun Zaylin tau suara siapa itu,tentu saja pemilik kamar.
Menjawab?tidak perlu bukan?hanya buang waktu saja sudah jelas ia memegang sapu dan kemoceng tidak dijawabpun sudah bisa menebaknya sendiri.
Zaylin tidak menanggapi bahkan terkesan tidak peduli lebih jelasnya tidak menganggap keberadaan Theodor,ia hanya berjalan melewati Theodor begitu saja dengan raut wajah datar.
"Sial!"umpatnya tidak terima dengan pengabaian Zaylin walau sudah biasa.
"Siapa yang nyuruh kau pergi hah?!,berhenti syalan!"geram Theo melihat Zaylin yang masih saja tidak menghiraukan nya bahkan membuatnya bingung siapa tuannya dirumah ini?.
Karena terus diabaikan membuat amarah Theodor membludak ia langsung mendahului Zaylin berdiri didepan gadis itu dengan raut marah.
"Kau bisu hah?!,ditanya tuh jawab disini gue tuannya dan kau hanya babu!,,,ah jangan-jangan kau mencuri barang dari kamar gue kan!,makanya kau diam saja agar bisa cepat kabur!,ngaku!"tuduh Theodor menunjuk Zaylin tepat diwajahnya.
Zaylin yang tadinya tidak tertarik mendengarkan ocehan Theo merasa ingin sedikit bermain-main,wajahnya yang selalu ia tundukan menegak menatap Theo dengan datar tapi cukup membuat Theo tersentak terlihat dari respon tubuhnya.
"Mencuri?,anda punya apa untuk saya ambil?,,"ujar Zaylin masih terkesan datar.
Merasa diremehkan tentu saja Theodor sang playboy dengan mengatas namakan harta sebagai pijakan untuk mengaet wanita tidak terima.
"Kau merendahkan ku hah?,hhhh sepertinya aku yang salah,,kau pastinya tidak tau karena kau hanya wanita rendahan!,,,kau lihat jam weaker itu"ujar Theodor banyak mengubah raut wajah dari kesal tergelak terakhir mencemooh sebari menunjuk jam weaker yang terletak diatas nakas.
"Harganya lebih mahal dari harga dirimu!"tambahnya merendahkan ia sudah menebak jika Zaylin tidak akan sedih atau apapun kecuali datar seperti biasa setiap ia hina selalu saja membuatnya kecewa.
Entah bagaimana membuat gadis itu menangis hampir delapan tahun gadis didepannya tidak pernah mengeluarkan air mata sedikitpun walau sudah disakiti fisik maupun mentalnya.
Aleya hanya geleng-geleng kepala membuat Theodor bingung.
"Kau pasti sedih, yah memang serendah itu dirimu,wahai babu!"ejek Theodor tidak memikirkan arti gerak tubuh Zaylin dengan benar yang ia pikir gadis itu menyembunyikan rasa sakit nya dibalik raut datarnya itu.
"Membeli sebuah jam seharga harga diri seseorang bukankah anda sangat bodoh?,,,alih-alih membeli barang tidak berguna bukannya lebih baik membeli manusia untuk memperbanyak babu mu saja?agar kau banyak teman"ujar Zaylin menyeringai tanpa menunggu respon,Zaylin melanjutkan langkahnya dengan mengambil jalan menyamping melewati tubuh Theodor.
Dengan tangan mengepal Theodor menyusul langkah Zaylin yang sudah hampir menuruni tangga,rasa benci,kesal sekaligus marah mendengar kata-kata ejekan tadi membuat semua menguar menjadi satu,,,sekelabat seringgai tipis hinggap dibibirnya dengan kedua tangan ia ulurkan,,sengaja mendorong tubuh Zaylin agar terjatuh dari lantai dua rumahnya.
Aaaaaa
Teriakan memekak telinga setiap pelayan langsung berkumpul dengan mata melotot melihat tubuh yang terus berguling ditangga hingga akhirnya terhenti dilantai satu tidak membuat seseorang di sisi lain merasa bersalah,ia hanya menatap saja dengan raut wajah datar yang menjadi ciri khasnya.
"Tua muda!"mereka meneriaki nama Theodor yang terjatuh dari tangga dengan wajah syok bahkan mereka sempat tertegun sebelum menghampiri tubuh Theodor yang tergeletak dilantai dengan cairan merah membasahi wajahnya.
"Zaylin kau memang pembunuh!apa kau tidak puas membunuh ibu mu lalu Mina sekarang tuan muda hah!memang seharusnya kau tidak terlahir di dunia ini!"teriak marah kepala pelayan menatap Zaylin yang tengah menuruni tangga dengan santai seolah didepannya tidak terjadi apapun.
"Alih-alih memikirkan terlahir atau tidak nya saya didunia ini lebih baik kau mengurus tuan muda mu sebelum dia kehabisan darah dan menyusul ibunya,,"jawab Zaylin mencemooh sebari melegang dari tempat kejadian bahkan saat melewati tubuh Theodor yang tergeletak sempat-sempatnya Zaylin menginjak tangan Theodor dan bertingkah tidak sengaja namun tatapan mencemooh tidak lepas darinya.
"Ups maaf keinjak,makanya tolong katakan pada tuan muda kalian ini untuk membeli ranjang yang nyaman alih-alih membeli jam weaker mahal,,untuk apa punya jam jika tidur saja masih dilantai ckckck"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rasya Fay
oh Zaylin.. aku padamu.. so cool
2024-01-24
6