...🌸🌸🌸...
*
"Kami hanya berteman kok Om," jawab Myesha yang akhirnya membuka suara.
Tidak ingin kembali dibuat salah paham dengan apa yang terjadi. Myesha pun akhirnya mencoba membentengi diri dan hatinya agar tidak lagi goyah dengan semua yang Ilham lakukan.
Cukup satu kali hatinya hancur dan terluka oleh penolakan yang di lakukan Ilham dulu hingga cukup membuat Myesha tersadar. Jika manusia tidak bisa memaksakan kehendak yang sudah di takdirkan untuk umatnya.
"Iya, memang harus begitu. Berteman dulu, baru setelah nya ta'aruf. Iya ga Ham?" goda sang paman lagi.
"Iya Om, insya Allah. Doakan saja," jawab Ilham lagi yang membuat Myesha semakin kesal di buatnya.
"Gus, jangan begitu. Jangan memberi harapan yang tidak mungkin bisa diwujudkan." ucap Myesha menekan rasa sabarnya.
"Saya tidak memberikan harapan kok, tapi minta di doakan. Iyakan Om?" jawab Ilham terlihat begitu santai.
Padahal pria itu sadar betul jika wanita yang dia bawa pulang saat ini tengah menyimpan kekesalan padanya.
"Ilham benar, tidak ada salah nya minta di doakan. Apalagi doa untuk kebaikan, ini pertama kalinya loh dia bawa seorang wanita ke rumah. Seperti nya Nak Myesha ini bukan hanya sekedar teman untuk Ilham, bukan begitu Ham?"
"Insya Allah Om, semoga Allah meridhoi," jawab Ilham kembali dengan jawaban yang ambigu.
Myesha sendiri hanya bisa diam, menyimak obrolan antara Om dan Keponakan itu. Entahlah, Myesha tidak tahu harus berkata apa.
Pertemuan pun berlangsung cukup lama, hingga kumandang adzan Magrib pun mulai terdengar dan membuat Myesha sadar jika dia sudah ada di sana cukup lama dan di haruskan untuk pulang.
"Nyai, saya ijin pamit ya? Sudah magrib dan saya harus segera pulang," ucap Myesha akhirnya meminta ijin untuk pulang pada Nyai Mayra.
"Sholat magrib berjamaah di sini dulu Sha. Nanti setelah sholat, aku antar pulang." sela Ilham yang mendengar Myesha berpamitan dengan Umma Mayra.
Akhirnya, karena waktu nya pamit bertepatan dengan waktu sholat. Myesha pun urung untuk pulang dan memilih untuk sholat berjamaah di mushola pondok bersama yang lain.
Saat memasuki mushola, pandangan Myesha menelisik satu persatu orang orang yang masuk. Terutama para kaum hawa yang akan ikut mengisi tempat di bagian perempuan.
Namun, Myesha harus menelan kekecewaan saat tidak ada satu pun dari teman sekamarnya dulu datang ke mushola untuk sholat berjamaah.
Bahkan sampai mushola itu kembali kosong karena penghuninya sudah mengisi ruang makan untuk makan malam bersama.
Tidak ada satu orang pun yang dulu menjadi teman satu kamar Myesha ada di sana. Entah kemana ke empat gadis itu itu. Hingga Myesha benar benar pamit pun Myesha sama sekali tidak bertemu dengan ke empat teman nya.
"Shasa pamit dulu ya Nyai, kapan kapan Shasa main lagi ke mari," ucap Myesha saat berpamitan dengan keluarga Ilham.
"Iya Nak, hati hati di jalan. Kabari Nyai kalau sudah sampai ya. Ham hati hati bawa mobilnya ya, pastikan Nak Shasa selamat sampai rumah kedua orang tua nya," pesan Umma Mayra pada putra sulungnya itu.
"Siap Umma, Ilham jamin. Shasa akan tiba di rumah dalam keadaan utuh tidak kurang satu apapun," jawab Ilham yang sudah berdiri di samping mobil dan siap untuk pergi.
"Myesha pamit dulu ya semua nya. Assalamu'alaikum,"
"Waalikumsalam warahmatullah,"
Myesha pun akhirnya kembali masuk kedalam mobil Ilham yang akan mengantarkan nya pulang. Sebenarnya Myesha ingin pulang sendiri dengan menggunakan taksi. Hanya saja, Ilham melarang keras dan tidak membiarkan Myesha pergi tanpa dirinya.
"Aku yang ijin untuk membawamu pergi. Maka aku juga yang harus mengantarkan mu pulang sampai rumah."
Itulah yang Ilham katakan hingga Myesha pun akhirnya luluh dan bersedia untuk di antar pulang oleh Ilham.
Setelah keduanya duduk dengan nyaman di dalam mobil. Ilham pun mulai melajukan mobilnya untuk mengantarkan Myesha pulang ke rumah orang tuanya.
Hening selama beberapa saat hingga akhirnya Myesha membuka suara untuk menanyakan keberadaan ke empat teman nya yaitu Nurma, Indah, Amina dan juga Khotifah.
"Mm, Gus."
"Iya, kenapa?"
Deg
Sumpah demi apa, jantung Myesha hampir saja lepas dari porosnya saat Ilham menjawab dengan nada yang lembut dan hangat.
Rasanya, ingin kembali jatuh cinta pada pria tampan itu. Namun, Myesha kembali di sadarkan. Jika dia bukan wanita idaman dari pria itu, hingga Myesha pun harus membentengi diri agar tidak jatuh pada jurang yang sama.
"Boleh tanya sesuatu?"
"Boleh, tanya saja."
Lagi, kenapa nada bicara nya seperti itu? Bikin hati dan jantung tidak baik baik saja. Gumam Myesha dalam hati.
"Gus tahu teman sekamarku dulu? Kok tadi aku tidak melihat mereka di pondok? Apa mereka sudah keluar dari pondok?" cecar Myesha saat Ilham memberi kesempatan untuk bertanya.
"Satu satu dong nanya nya, hhmm. Coba sebutkan siapa nama mereka? Aku soalnya kurang tahu yang mana saja teman sekamarmu dulu,"
"Indah, Khotifah, Nurma sama Amina? Gus tahu tentang mereka?"
"Oh empat gadis itu? Setelah kamu pergi, tidak lama mereka juga ikut keluar dari pondok. Ada yang mau lanjut ke Kairo ikut jejak kamu dan ada juga yang menikah karena sudah mendapatkan jodohnya." jelas Ilham.
"Oh, begitu."
"Apa kamu tidak berkomunikasi dengan mereka?" tanya Ilham balik.
"Sempat, tapi hanya dengan Nurma. Itu pun sebelum aku pergi dan setelah pergi aku kehilangan kontak dengan Nurma," jelas Myesha.
Keheningan pun kembali terjadi. Baik Ilham maupun Myesha sama sama bingung harus memulai pembicaraan tentang apa.
Hingga tanpa terasa mobil yang Ilham bawa sudah memasuki halaman rumah Keluarga Kusuma Wijaya. Dan saat Ilham memarkirkan mobilnya di depan rumah Myesha, bertepatan juga dengan adzan Isya berkumandang.
"Assalamu'alaikum," ucap Myesha saat tiba di rumah kedua orang tua nya.
"Waalaikumsalam, baru pulang Sha? Di antara siapa?" tanya Bunda Realyn yang kebetulan membukakan pintu rumah nya.
"Iya Bun, ini sama___,"
"Assalamu'alaikum Bu Realyn, maaf baru sempat mengantar Myesha pulang tadi kami sholat jamaah dulu di pondok." jawab Ilham menyela obrolan antara ibu dan anak itu.
"Waalaikumsalam, eh Pak Ilham. Terima kasih sudah mengantar Shasa pulang, maaf kalau sudah merepotkan. Tapi, tadi bilang pondok? Pondok mana?"
"Pondok yang pernah Shasa singgahi satu tahun yang lalu Bun. Tadi Shasa mampir kesana untuk menyapa Nyai Aida sama Kyai Yusril." jelas Myesha pada sang Bunda.
"Oh iya, Bunda baru ingat. Pantesan Bunda berasa pernah lihat wajah Pak Ilham. Ternyata dulu kita pernah bertemu di pondok," seru Bunda Realyn yang baru menyadari jika mereka pernah bertemu di pondok yang di datangi oleh Myesha untuk belajar agama satu tahun yang lalu.
"Sepertinya begitu, tapi maaf Bu. Saya lupa kalau pernah bertemu dengan Ibu Realyn dan juga Pak Ardi." jawab Ilham yang memang tidak ingat pernah bertemu dengan kedua orang tua dari Myesha.
"Baiklah, berhubung Myesha sudah saya antar sampai rumah dengan selamat. Kalau begitu saya pamit dulu Bu," lanjut Ilham yang merasa harus segera pulang.
"Sholat Isya dulu di sini Nak Ilham. Tidak baik menunda sholat, ayo. Kita jemaah bersama di mushola rumah," sahut seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari arah dalam dengan menggunakan pakaian yang lengkap untuk beribadah dan hal itu sontak membuat Myesha kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Athallah Linggar
Ga salah ya om,ni kan yg ke 2? cuma yg pertama gagal nikah,jhn boong loh om dosa
2024-02-06
2
Zuhril Witanto
kayaknya Ilham bakalan gercep
2024-02-05
1
Susi Yuliani
Alhamdulillah..... Mg jd jodohnya aamiin
2024-01-23
0