...🌸🌸🌸...
*
Baik Myesha maupun Ilham sama sama dibuat tertegun saat netra kedua nya saling bertemu dan saling menatap satu sama lain selama beberapa saat.
Sebelum akhirnya, Ilham lebih dulu memutus pandangannya dengan mengalihkan perhatiannya ke arah sang Abah, yaitu Kyai Yusril.
Pemuda yang masih berpenampilan rapih ala kantoran itu kini berjalan memasuki ruangan dan berjalan mendekati Abah Yusril.
Pemuda yang membuat seorang gadis bernama Myesha dibuat tertarik. Bahkan gadis itu sampai nekad, untuk masuk ke sebuah pondok pesantren yang bernama Al Abdulrahman.
Tempat dimana pemuda itu tumbuh besar hingga menjadi seorang pengusaha muda dan juga menjadi salah satu pengajar di sana.
"Wa'alikumsalam warahmatullaahi wabarakatuh. Tumben sudah pulang Ham? Oh iya, perkenalkan ini Pak Ardi yang akan menitipkan putrinya di pondok kita," jawab Kyai Yusril sembari memperkenalkan tamu nya.
"Iya Bah, kebetulan kerjaan nya selesai lebih awal. Oh iya, selamat siang Bu, Pak, Dek. Selamat datang di pondok kami, semoga betah ya Dek," ucap Ilham menyapa ramah dengan mengatupkan tangan di dada saat berhadapan dengan Bunda Realyn dan juga Myesha.
Myesha sendiri hanya diam terpaku menatap wajah tampan yang saat ini tengah tersenyum hangat pada keluarga nya.
"Kenapa dia cuek begitu ya? Padahal kita kan saling mengenal. Bahkan aku sudah mengutarakan perasaanku padanya, tapi kenapa malah seperti orang asing begini?"
Gumam Myesha saat melihat sikap Ilham yang seolah olah tidak mengenalnya. Padahal, mereka saling mengenal bahkan Myesha terus menerus mengungkapkan perasaan nya dan meminta Ilham untuk jadi pacarnya.
*
*
Usai menitipkan putri sulungnya itu, Ayah Ardi dan juga Bunda Realyn pun pamit untuk pulang. Myesha tampak mengantarkan kedua orang tuanya dengan wajah yang sendu.
Sementara Gus Ilham sendiri langsung bergegas menuju ke gedung utama. Dimana para santriwan dan santriwati menimba ilmu tengah menunggu kehadiran nya.
"Jaga diri baik baik, ingat belajar dengan sungguh sungguh. Pulang lah dengan akhlak yang sudah jauh lebih baik dari sekarang. Ayah dan Bunda akan mengunjungimu di waktu senggang." ucap Ayah Ardi saat berpamitan pada putrinya itu.
Dan dengan sangat berat hati meninggalkan putri sulung nya di pondok Al Abdulrahman untuk belajar menjadi peribadi yang jauh lebih baik lagi.
"Iya Ayah, doakan semoga Shasa bisa betah dan bisa belajar lebih baik lagi selama di sini,"
"Aamin sayang, itu yang Ayah sama Bunda harapkan. Kalau begitu, kami pulang dulu ya. Jaga diri baik baik."
"Iya Ayah, akan aku usahakan."
Dengan langkah berat, akhirnya Ayah Ardi dan Bunda Realyn meninggalkan Myesha di sana seorang diri. Rasanya tidak tega meninggalkan putrinya hidup seorang diri di tempat asing.
Namun, mereka harus berbesar hati. Toh ini adalah keinginan Myesha sendiri, semoga dengan hidup di tempat asing. Myesha bisa jauh lebih mandiri dan tidak lagi bersikap manja dan semau nya sendiri.
Gadis yang saat ini berusia 23 tahun itu menatap nanar ke arah mobil kedua orang tua nya yang perlahan mulai menjauh, lalu menghilang di balik gerbang besar dan tinggi milik pondok Al Abdulrahman.
"Kamu baik baik saja kan Nak?"
Seketika Myesha dibangunkan dari lamunan nya oleh sebuah suara lembut dan bersahaja milik Nyai Aida. Wanita paruh baya yang merupakan istri dari pemilik pondok itu sendiri.
Nyai Aida menghampiri Myesha yang masih berdiri di teras rumah Kyai Yusril dengan raut wajah yang begitu sedih saat kedua orang tua nya pulang dari sana.
Untuk pertama kalinya Myesha hidup jauh dari keluarganya jadi pantas saja jika Myesha tampak begitu sedih.
"Aku baik baik saja kok Nyai, hanya saja memang sedikit aneh karena ini pertama kalinya aku pisah sama Ayah dan Bunda." jawab Myesha mencoba tersenyum meski itu sangat terlihat di paksakan.
"Tidak apa apa, itu hal yang normal. Nanti juga akan terbiasa, dari pada sedih sedih. Bagaimana kalau sekarang Ikut Nyai saja, untuk lihat lihat situasi di dalam pondok? Bagaimana, mau kan?" tawar Nyai Aida mencoba menghibur Myesha.
“Boleh Nyai, kebetulan saya juga penasaran bagaimana dengan keadaan pondok yang akan saya tempati ini,” jawab Myesha kini tersenyum penuh dengan ketulusan.
“Masya Allah, senyum kamu cantik sekali Nak. Semoga kamu bisa terus tersenyum seperti ini ya,”
“Terima kasih Nyai, Aamiin.”
Nyai Aida pun langsung membawa Myesha berkeliling sembari menjelaskan fasilitas apa saja yang ada di dalam pondok itu.
Selain pusat belajar dan mesjid tentu nya, di sana juga ada bangunan asrama yang di peruntukan untuk para santri nya tidur selama mondok di sana.
Di Samping bangunan utama, ada juga beberapa ruko yang diperuntukan untuk menjajakan hasil karya tangan para santri yang memiliki kreatifitas
Di sana juga ada satu swalayan yang menyediakan semua kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh para penghuni pondok dan warga sekitar.
*
*
Setelah beberapa saat mengelilingi pondok, akhirnya Nyai Aida dan juga Myesha pun tiba di sebuah gedung yang merupakan asrama putri yang akan di tempati oleh Myesha saat ini.
Ceklek
“Assalamu’ alaikum,” ucap Nyai Aida di ikuti oleh Myesha saat memasuki sebuah kamar yang cukup luas yang berisi kan 6 ranjang dan 6 lemari pakaian berukuran sedang.
Semua tampak tertata sangat rapi, namun kamar saat itu tengah kosong karena memang tengah jam pelajaran masih berlangsung.
“Nah, mulai saat ini Nak Myesha akan tinggal disini bersama penghuni lain nya. Tidak apa apa kan berbagi kamar? karena di sini memang seperti ini, kita belajar untuk saling berbagi,"
“Tidak apa apa Nyai, tapi kalau boleh tahu. Yang satu kamar dengan saya siapa saja ya Nyai?” tanya Myesha sambil membawa koper miliknya masuk kedalam kamar itu.
“Di sini ada yang bernama Nurma, Amina, Indah dan juga Khotifah. Mungkin sebentar lagi mereka akan datang karena sebentar waktunya istirahat sebelum tahfidz atau hafalan dimulai,”
“Oh begitu, baiklah. Terima kasih Nyai atas bantuannya, karena Nyai sudah mau di repotkan dengan mengajak saya berkeliling dan juga mengantarkan saya sampai kemari,”
“Tidak apa apa karena kebetulan Nyai Mayra dan Ustadz Ilyas nya tengah pergi keluar kota jadi sebagai ganti nya Saya yang menggantikan. Baiklah, sekarang istirahatlah nanti ikut dengan anak anak lain nya untuk mengikuti hafalan ya,”
“Baik Nyai, terima kasih.”
“Sama sama, Nyai pamit ya. Jika butuh bantuan dalam bentuk apapun jangan sungkan untuk mengatakan nya pada Nyai atau pada Nyai Mayra nanti jika beliau sudah kembali dari luar kota nya ya Nak,”
“Baik Nyai, terima kasih.”
Nyai Aida pun meninggalkan Myesha di kamar yang akan menjadi kamar nya sekarang. Sepeninggalan Nyai Aida, Myesha membawa koper miliknya ke salah satu ranjang yang tampak nya masih kosong dan belum ada penghuni nya.
Karena di meja yang ada di samping ranjang itu masih tampak kosong belum terisi oleh apapun. Tidak seperti empat meja yang lain yang sudah terisi oleh buku buku dan beberapa hiasan meja belajar ala anak anak gadis.
Myesha pun mendudukkan dirinya di ranjang yang akan dia tempati. Berulang kali Myesha kembali menghela nafas panjang dan berat manakala teringat jika mulai saat ini dia akan memulai kehidupan tanpa Ayah dan Bunda nya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara orang tengah berbincang mulai mendekat ke arah kamar itu. Tampak nya penghuni kamar itu sudah kembali untuk istirahat sejenak sebelum kembali ke pusat pembelajaran untuk melakukan hafalan rutin.
“Assalamualaikum,” seru ke empat gadis yang baru saja masuk kedalam kamar itu secara bersamaan.
“Waalaikumsalam, kalian sudah kembali?” jawab Myesha langsung bangkit dari duduknya.
Seketika keempat gadis itu diam terpaku saat mendapati seorang gadis muda yang cantik ada di dalam kamar yang mereka tempati.
“Kamu, siapa?” tanya salah satu dari keempat gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mamah Kekey
apakah Mayra kenal dengan myesha yah ...panggil Sasa aja Thor ribet nyebutnya...😂
2024-07-28
0
Hilmiya Kasinji
teman baru .... semoga gak ada perselisihan sesama teman
2024-07-09
0
Zuhril Witanto
nyimak dulu
2024-01-26
2