...🌸🌸🌸...
*
Sementara di tempat lain, tampak seorang gadis tengah duduk di salah satu sudut perpustakaan pondok dengan tumpukan buku di depan nya.
"Assalamualaikum, Ukhti. Serius amat belajarnya, sampe nggak nyadar kita datang," ucap salah satu gadis dari dua orang yang datang menghampiri meja dimana Myesha tampak fokus membaca sebuah buku besar dan juga tebal.
"Waalaikumsalam, kalian? Kok cuma berdua? Indah sama Khitofah kemana?" tanya Myesha saat melihat hanya ada Nurma dan Amina yang mendatangi nya.
"Ada, mereka nunggu kita di taman. Kita belajar di sana yukk Sha, biar lebih segar dan nggak ngantuk. Kalau di sini bawaannya ngantuk terus," ajak Amina pada Myesha yang akhir akhir ini lebih suka menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan pondok.
"Boleh deh, sebentar. Aku ijin pinjam bukunya dulu sama Bu Laila," jawab Myesha uang lalu bangkit seraya membawa 3 buah buku yang ada di meja itu untuk ijin di bawa keluar dari perpustakaan.
"Ingat, jangan sampai rusak apalagi hilang ya," ucap Bu Laila, salah seorang staf wanita yang bertugas menjaga perpustakaan itu saat Myesha meminta ijin untuk membawa buku yang tengah dia baca untuk dibawa keluar.
"Siap Ustadzah, kalau bagitu saya pamit ya. Nanti ba'da Ashar saya kembalikan lagi buku nya,"
"Baiklah, semangat belajar nya ya,"
Dengan wajah yang berbinar. Myesha pun akhirnya keluar dari ruang perpustakaan bersama kedua teman nya untuk menuju ke taman pondok.
Namun saat bertemu dengan belokan, tanpa sengaja Myesha menabrak tubuh kekar seseorang yang membuat tubuhnya limbung hingga terjatuh dengan buku ditangan nya yang berhamburan.
Sreettt
Brugggkkkk
"Aww, ssstttt," ringis Myesha karena bokong nya berciuman dengan lantai.
"Astaghfirullahaladzim, kamu nggak apa apa?" tanya pria itu panik segera menghampiri namun tidak coba menolong Myesha yang tengah terduduk di lantai.
"Tolong bantu dia bangun, kenapa kalian malah bengong?" lanjutnya lagi pada kedua teman Myesha yang hanya terdiam tanpa sadar menatap wajah tampan nya dengan cukup lama.
"Astaghfirullahaladzim, iya baik Ustadz maaf kan kami," jawab Nurma langsung membantu Myesha untuk bangkit.
Set
Deg
Jantung Myesha berdebar kencang saat netra nya bertemu dengan netra Gus Ilham. Ternyata, pria yang baru saja di tabrak oleh tubuhnya adalah Gus Ilham.
Pria yang selama ini menjadi idaman dan incaran hatinya.
"Kamu nggak apa apa kan?" tanya Gus Ilham pada Myesha.
"Sakit sih, tapi tidak apa apa kok Ustadz. Masih bisa di tahan," jawab Myesha menundukkan kepalanya.
Meski sejujurnya, ingin sekali mengangkat kepalanya dan menatap wajah tampan itu lama lama. Namun, setelah beberapa waktu tinggal di sana.
Myesha semakin tahu, jika menatap wajah pria yang bukan mahram nya akan menimbulkan dosa. Maka, Myesha pun berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengangkat kepalanya meski hasrat untuk menatap wajah tampan itu kian menggebu tatkala raga mereka tengah saling berdekatan seperti sekarang ini.
"Syukurlah kalau begitu. Kalian mau kemana?"
"Kami mau ke taman Ustadz, mau belajar di sana sambil ngadem," jawab Nurma.
"Oh begitu, baiklah. Lain kali hati hati ya, kalau lagi jalan lebih baik simpan dulu buku nya biar nggak celaka seperti sekarang," nasihat Gus Iham yang di angguki oleh Myesha dan Nurma.
"Baik Ustadz, maafkan kelalaian saya," jawab Myesha.
Karena asik membaca hingga membuat Myesha tidak fokus pada jalanan yang tengah dia lewati saat ini. Hingga tanpa sengaja menabrak tubuh kekar Gus Ilham yang tengah berjalan di lorong yang sama.
"Iya sudah. Kalian boleh lanjutkan perjalanan kalian, saya pamit lebih dulu ya. Assalamu'alaikum." ucap Gus Ilham yang sesekali melirik Myesha yang masih tampak menundukkan kepala nya.
"Iya Ustadz, monggo. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,"
Ketiga gadis itu pun kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke taman. Hingga menjelang sore, ke lima gadis itu masih berbetah diri duduk di taman dengan buku di tangan masing masing.
"Assalamu'alaikum, Ukhti ukhti. Lagi belajar apa nih?"
Sapaan lembut dari seseorang akhirnya mengalihkan perhatian kelima gadis itu dari buku yang mereka pegang ke sumber suara.
Seorang wanita paruh baya dengan cadar menutupi wajahnya tampak berdiri tidak jauh dari mereka. Ke empat gadis yang sudah lebih dulu tahu siapa wanita paruh baya tersebut pun langsung berdiri dan menyalami nya dengan takzim.
"Waalaikumsalam Nyai, Nyai apa kabar? Sudah pulang ya dari luar kotanya?" jawab Amina yang lebih dulu menyalami Umma Mayra.
"Alhamdulillah baik, karena selalu dalam lindungan nya jadi insya Allah akan selalu baik. Iya, saya sama Pak Ustadz Ilyas sampai tadi siang di pondok." jawab Umma Mayra bijak.
Sementara Myesha sendiri masih duduk dengan tatapan penuh dengan kebingungan saat ke empat teman nya menyalami wanita bercadar yang berdiri di depan nya saat ini.
"Bangun Sha, salim dulu sama Nyai Mayra." bisik Khotifah menyenggol tubuh teman nya yang masih duduk di bangku taman.
"Astaghfirullahaladzim, maaf Nyai. Saya belum tahu kalau ini Nyai Mayra," ucap Myesha langsung berdiri dan menyalami wanita paruh baya itu dengan takzim.
"Nggak apa apa, Kamu yang bernama Myesha ya?" tanya Umma Mayra.
"Iya Nyai," jawab Myesha sambil mengangkat kepalanya, memberanikan diri menatap wanita paruh baya dengan cadar menutupi wajahnya itu.
Set
Deg
Jantung Umma Mayra berdetak kencang manakala menatap wajah Myesha. Wajah yang mengingatkan nya pada seseorang dari kisah di masa lalunya yang cukup kelam.
Kisah yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang sejarah perjalanan hidup seorang Mayra Adelia. Kisah dimana Mayra berada di titik terendahnya hingga memutuskan untuk berhijrah setelah keluar dari penjara karena terbukti mencelakai seseorang hingga hampir kehilangan nyawanya dengan di sengaja.
Dengan nada yang bergetar, Umma Mayra pun kembali bertanya pada Myesha prihal nama aslinya. Berharap jika Myesha adalah bagian dari orang di kisah masa lalu nya.
"Bisa tolong katakan, siapa nama lengkap mu Nak?" tanya Umma Mayra lagi demi meyakinkan lagi akan praduga nya prihal siapa Myesha benar adanya.
"Myesha Safeera Kusuma Wijaya Nyai, memang kenapa ya?" jawab Myesha dengan berbalik bertanya.
"Kusuma Wijaya? Oh ternyata bukan ya? Aku kira, dia putrimu Mas, wajahnya sangat mirip denganmu Mas Ardi." gumam Umma Mayra dalam hati.
Saat melihat wajah cantik salah satu anak didiknya yang mondok di sana. Wajah yang tidak akan pernah Umma Mayra lupakan seumur hidupnya.
Wajah yang menyimpan begitu banyak kenangan yang merubah nya dari wanita yang jahat dan tidak berperasaan hingga akhirnya memutuskan untuk hijrah.
Memperbaiki kesalahan dan memperbaiki diri menjadi jauh lebih baik lagi dari masa lalu yang cukup kelam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mamah Kekey
nama kakeknya dari Ardi...
2024-07-28
0
Hilmiya Kasinji
gak pakai nama bapaknya karna ada sebelum adanya pernikahan ya kak
2024-07-09
0
Zuhril Witanto
emang anaknya
2024-02-04
2