Bab.18

...🌸🌸🌸...

*

"Tapi___,"

"Rezeki jangan ditolak Kak, pamali kalau kata orang tua jaman dulu. Sudah, lebih baik pulang dengan Pak Ilham saja. Akan jauh lebih aman,’ sambung Mahesa saat melihat sang kakak yang begitu enggan diantar pulang oleh Ilham.

“Aman memang, Tapi tidak aman untuk hati Kakak Dek,” gumam Myesha dalam hati.

Meysha pun akhirnya pasrah saat Ilham kekeh untuk mengantarkan nya pulang. Hingga kedua pasangan itu pun menaiki mobil masing masing.

Mahesa yang ikut dengan mobil Sifa, sedangkan Myesha ikut dengan mobil yang dibawa oleh Ilham.

“Titip Kak Myesha ya Pak Ilham, tolong antar ke rumah sampai selamat dan tidak kurang apapun,”

“Baik Pak Mahesa, anda tenang saja. Insya Allah saya amanah kok,”

“Alhamdulillah kalau begitu. Kak, aku pergi dulu ya Kakak hati hati nanti tolong sampaikan sama Bunda kalau aku antar Sifa pulang dulu baru pulang ke rumah,”

“Iya Dek, hati hati.”

Kedua pasangan itu pun akhirnya berpisah dan mulai meninggalkan area restoran untuk pergi ke tempat tujuan mereka masing masing.

Sepanjang perjalanan, Myesha pun memilih untuk diam dengan pandangan ke samping. Rasanya, jantung Myesha mau lepas saja rasanya, saat harus duduk berdampingan dengan Ilham dalam satu mobil yang sama.

“Katanya mau main ke pondok? kok belum datang datang? padahal Umma sama Yangti sudah menanyakan terus loh,” ucap Ilham membuka suara lebih dulu dan membangunkan Myehsa dari lamunan nya.

"Hah, apa?" tanya Myesha kaget hingga tidak bisa mencerna apa yang di katakan oleh Ilham.

"Katanya mau main ke pondok? Kenapa belum kesana juga. Umma sama Yangti sudah nungguin," lanjut Ilham lagi.

"Gus sudah bilang sama beliau beliau?"

"Tentu saja, tidak ada yang aku sembunyikan dari Umma dan Yangti. Jadi kapan mau kesana?"

"Tidak tahu, Mahesa akhir akhir ini sibuk jadi belum sempat mengantar,"

"Kalau bagitu, bagaimana kalau sekarang kita kesana. Umma sama Yangti pasti senang kedatangan kamu,"

"Hah? Lah kok,". Ucap Myesha yang kaget saat Ilham langsung menodongnya untuk datang ke pondok saat ini juga.

"Tidak usah, nanti saja kalau saya benar benar senggang Gus. Tapi tidak sekarang," cegah Myesha namun tampak nya hal itu tidak dihiraukan oleh Gus Ilham.

Ilham terus melajukan mobilnya menuju ke arah pondok dimana dirinya dan keluarganya tinggal selama ini.

"Tanggung, sebentar lagi sampai." jawab Gus Ilham dengan begitu santainya.

Tanpa mau peduli bagaimana ketar ketir nya hati Myesha saat ini. Melihat kegelisahan di wajah Myesha, Ilham pun akhirnya kembali membuka suaranya.

"Tenanglah, aku sudah memberi kabar pada Pak Ardi kalau hari ini kamu akan mampir duku ke pondok. Ketemu Umma sama Abi," lanjut Ilham yang semakin membuat Myesha semakin resah saja.

"Hah, kok bisa?" tanya Myesha yang mendadak tidak tahu harus bagaimana menyikapi kejadian saat ini.

Belum juga Ilham menjawab, mobil yang di bawa oleh Ilham sudah mulai memasuki kawasan pondok Al Abdulrahman.

Myesha menatap nanar kawasan yang cukup memberikan nya pengalaman berharga dalam hidupnya saat ini. Dimana dirinya tahu akan batasan terhadap pergaulan dan berinteraksi dengan lawan jenis yang bukanlah mahram nya.

Dimana dia mempelajari rasa ikhlas dan berpasrah diri pada sang maha penciptanya. Dan juga, tidak pernah berharap kepada manusia yang hanya akan menciptakan rasa kecewa dan sakit yang luar biasa.

"Ayo turun, Umma sama Yangti ada di dalam. Kebetulan ada keluarga Om Hilman juga, jadi kamu bisa sekalian berkenalan dengan keluarga beliau." ucap Ilham sembari membuka seatbelt yang tengah dia pakai sebagai pengaman saat berkendara.

"Hah, be_berkenalan? Untuk apa?" tanya Myesha bingung, tidak tahu kemana arah pembicaraan Ilham saat ini.

"Sudah, turun saja." jawab Ilham langsung turun dari mobilnya yang di ikuti oleh Myesha.

Ilham pun segera melangkah menuju ke arah rumah utama. Dan benar saja, rumah itu kini tampak ramai oleh penghuninya.

"Tunggu," cegah Myesha menarik sedikit kemeja yang di pakai oleh Ilham di bagian pinggang nya.

Seketika, Ilham pun langsung menghentikan langkah kakinya lalu menatap tangan mungil Myesha yang saat ini tengah memegang ujung kemejanya.

"Apa sebaiknya kita kembali saja? Di Rumah utama sedang kedatangan tamu, tidak enak kalau sampai saya datang. Itu pasti mengganggu," ucap Myesha yang merasa sungkan untuk masuk.

Entahlah, Myesha masih bingung akan alasan apa yang akan dia berikan saat bertemu dengan Nyai Aida dan juga Nyai Mayra nanti.

Jujur, ini terlalu tiba tiba dan Myesha belum siap untuk kembali bersua dengan kedua wanita baik hati yang selama Myesha tinggal di sana sudah mengajari banyak hal.

Tanpa menghiraukan kembali permintaan dari Myesha. Ilham pun langsung meraih tangan Myesha yang ada di pinggang nya lalu membawa nya dalam genggaman.

Bahkan Ilham mengabaikan hukum yang selama ini dia pelajari, jika dia tidak boleh bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Ilham menarik tangan gadis itu untuk segera mengikutinya masuk ke dalam rumah utama keluarga Abdulrahman.

Myesha yang awalnya enggan masuk pun akhirnya pasrah saja saat Ilham menarik tangan nya untuk di bawa masuk kedalam rumah bersama dengan dirinya.

"Assalamu'alaikum," ucap Ilham menyerukan salam tanpa melepaskan genggaman tangan nya di tangan Myesha.

"Waalaikumsalam, sudah pulang Ham? Masya Allah, Nak Shasa? Ini Nak Shasa kan?" jawab Umma Mayra yang langsung sumringah saat melihat Myesha datang bersama dengan putranya Ilham.

"Assalamu'alaikum Nyai? Nyai apa kabar?" jawab Myesha langsung melepaskan tangan nya dari genggaman tangan Ilham untuk menyalami Nyai Mayra dengan takzim.

"Waalaikumsalam, Nak. Alhamdulillah Nyai dalam keadaan sehat. Ayo sini, ikut bergabung bersama kami. Kebetulan ada paman nya Ilham datang dari Jawa, sekalian saja berkenalan,"

Tanpa menunggu jawaban dari Myesha, Nyai Mayra pun akhirnya membawa Myesha masuk ke bagian dalam rumah. Lebih tepatnya ke ruang keluarga rumah itu.

Dan benar saja, disana tampak begitu ramai. Selain ada Kyai Yusril dan Nyai Aida. Di Sana juga ada keluarga paman nya Ilham yaitu Om Hilman beserta istri dan anak anaknya.

"Assalamu'alaikum, Kyai, Nyai apa kabar?" sapa Myesha saat tiba di ruangan keluarga rumah itu.

"Waalaikumsalam, Masya Allah. Ini Nak Myesha? Alhamdulillah kami baik Nak, kamu sendiri bagaimana? Kemana saja selama satu tahun ini? Kenapa baru berkunjung?" tanya Nyai Aida yang langsung bangkit dari duduknya untuk menghampiri Myesha.

Myesha pun menyalami dengan takzim nenek dari Gus Ilham itu. Lalu beramah tamah dengan anggota keluarga lain nya yang ada di sana.

"Calon mu Ham? Wah cantik sekali. Pintar kau pilih calon istri," celetuk Om Hilman saat melihat keponakannya itu membawa seorang wanita ke pondok untuk pertama kalinya.

"Insya Allah, doakan saja Om." jawab Ilham ambigu yang membuat Myesha menyorot tajam ke arah nya.

"Kami hanya berteman kok Om," jawab Myesha yang akhirnya membuka suara.

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

jangan2 myesha mau di khitbah

2024-02-05

2

sherly

sherly

sepertinya Ilham Sdh melakukan lobi yg sangat kuat dgn ayah Ardi dan Mahesa makanya dia gampang dpt ijin ngajak sha ke pondok .. tp aku ngk sreknya Krn si Gus tu megang tangan sha...

2023-12-29

3

Nendah Wenda

Nendah Wenda

myesha gitu bagus👍👍

2023-12-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!