Bab.14

...🌸🌸🌸...

*

"Assalamu'alaikum, maaf Pak Mahesa saya terlambat. Selamat ya atas pertunangan nya," ucap pria yang baru saja tiba itu, menyalami Mahesa sampai memeluk tubuh tegap Mahesa.

Lalu beralih ke arah Asifa dengan mengatupkan kedua tangan nya di dada untuk mengucapkan selamat pada gadis itu.

"Wa'alikumsalam, tidak apa apa Pak Ilham, terima kasih sudah menyempatkan datang," jawab Mahesa menyambut pelukan dari rekan bisnis nya itu.

"Selamat ya Mbak. Semoga lancar sampai hari pernikahan nanti," lanjut Ilham pada Asifa.

"Aamiin, terima kasih Pak sudah berkenan hadir. Silahkan di cicipi jamuan nya, maaf hanya ala kadarnya Pak." jawab Asifa mempersilahkan Ilham untuk mencicipi jamuan yang sudah di sediakan oleh keluarganya.

"Baiklah, kebetulan saya sudah lapar. Kalau begitu saya cicipi dulu hidangan nya,"

"Iya baik Pak, silahkan."

Ilham pun bergegas menuju ke meja prasmanan, dimana beberapa menu makanan sudah tersedia di sana untuk di nikmati oleh apra tamu undangan dan juga rombongan dari calon mempelai pria.

Karena merasa lapar setelah perjalanan jauh dan melelahkan, Ilham pun segera mengambil beberapa menu makanan yang ada di sana untuk dia simpan di piring yang tengah dia bawa.

Setelah selesai mengisi piring nya dengan menu makanan berat, kini Ilham pun beralih ke meja makanan tambahan. Menu bakso cuanki menarik perhatian nya saat ini.

Ilham pun akhirnya beranjak mendekati meja yang sudah terisi dengan beberapa mangkuk bakso cuanki. Dan saat Ilham mengambil satu mangkuk yang sudah siap di ambil, tiba tiba satu tangan seseorang pun ikut mengambil mangkuk yang sama dengan Ilham.

Hingga kedua tangan itu pun saling bersentuhan dengan ketidak kesengajaan. Hingga kedua pemilik tangan itu pun saling menoleh dan...

Deg

Jantung keduanya seolah olah terhenti dengan tangan yang masih saling memegang mangkuk yang sama.

Keduanya saling terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya keduanya saling tersadar dan kaget saat menyadari jika tangan mereka kini saling berpegangan.

"Astaghfirullah, Maaf." ucap keduanya secara bersamaan, dan saling menarik tangan masing masing.

Kecanggungan pun terjadi pada keduanya. Bahkan keduanya seolah olah linglung dan tidak tahu apa yang akan mereka lakukan saat ini.

"Kamu duluan," ucap Ilham akhirnya membuka suara lebih dulu dan membiarkan Myesha mengambil mangkuk bakso itu lebih dulu.

"Baiklah, terima kasih. Permisi," jawab Myesha yang bergegas mengambil mangkuk berisi satu porsi bakso itu lalu segera beranjak dari sana meninggalkan Ilham dengan kebingungan nya harus bersikap seperti apa setelah satu tahun tidak bersua dengan gadis yang dulu begitu terang terangan mendeklarasikan rasa suka nya terhadap Ilham.

Bagi Myesha sendiri, Rasanya masih terlalu sulit jika harus di hadapkan kembali dengan Ilham. Rasa kecewa dan juga patah hati yang dia alami satu tahun yang lalu masih begitu membekas dengan begitu nyata hingga terlalu sulit menyembunyikan jika dirinya tidak baik baik saja saat harus kembali bertemu dengan Ilham.

Myesha pun kembali ke meja yang tadi dia tempati bersama dengan kedua orang tuanya yang masih setia duduk di meja itu. Hingga beberapa saat, Ayah Ardi pun berdiri dari duduknya untuk berbincang dengan rekan bisnis yang kebetulan juga hadir di acara pertunangan anaknya.

Sementara Ilham sendiri tampak celingukan, mencari meja yang kosong yang bisa di tempati untuk makan menu makanan yang sudah ada di tangan nya.

Sampai perhatian nya tertuju pada seorang pria paruh baya yang tengah melambaikan tangan ke arah nya, sebagai tanda jika pria paruh baya itu tengah memanggilnya untuk mendekat.

"Nak Ilham sini," seru seorang pria paruh baya itu. Pria yang sedang berdiri tidak jauh dari meja yang di isi oleh dua orang wanita yang sepertinya adalah keluarga dari pria paruh baya yang saat ini tengah melambaikan tangan ke arahnya.

Ilham pun tersenyum sungkan, namun tetap melangkah menghampiri pria paruh baya yang tengah memanggilnya itu untuk lebih mendekat lagi.

"Selamat siang Pak Ardi, selamat atas pertunangan Pak Mahesa nya. Maaf saya datang terlambat dan tidak bisa mengikuti prosesnya dari awal." ucap Ilham pada pria yang ternyata ayah dari Mahesa, sekaligus rekan bisnis nya sebelum di gantikan oleh Mahesa.

"Tidak apa apa, sayang tahu kalau Nak Ilham begitu sibuk. Apa Nak Ilham mau makan? Bagaimana kalau bergabung di meja saya saja. Kebetulan kursi nya masih ada yang kosong dan meja yang lain juga tampaknya masih penuh," lanjut Ayah Ardi mempersilahkan Ilham untuk bergabung di meja yang di isi oleh istri dan anak perempuan nya.

"Iya Pak, tapi apa tidak masalah nih Pak. Itu kan meja khusus untuk Bapak beserta keluarga?" tanya Ilham sungkan.

"Tidak masalah, kita ini sudah lama saling mengenal. Malah, saya sudah menganggap Nak Ilham seperti keluarga sendiri. Ya siapa tahu juga nanti takdir malah beneran menjadikan kita keluarga," lanjut Ayah Ardi yang di tanggapi oleh Ilham dengan senyuman.

"Ya sudah, ayo. Lebih baik kita kesana, biar Nak Ilham bisa segera makan,"

"Baik Pak, terima kasih sebelum nya,"

"Tidak apa apa, jangan sungkan."

Kedua pria beda usia itu pun akhirnya beranjak menuju meja yang di maksud oleh Ayah Ardi. Ayah Ardi pun langsung memperkenalkan Ilham kepada anak dan istrinya.

"Nah, Nak Ilham perkenalkan ini istri saya. Dokter Realyn dan itu anak sulung saya, namanya Myesha," ucap Ayah Ardi saat mereka sudah ada di depan meja yang di tempati oleh Bunda Realyn dan juga Myesha.

Set

Deg

"Uhukkk, uhukkk,"

Seketika, Myesha di buat tersedak oleh makanan nya sendiri saat Ayah Ardi memperkenalkan Ilham kepadanya.

Baik Ilham maupun Myesha sama sama dibuat terkejut dengan kehadiran satu sama lain di meja yang sama.

"Loh sayang, kamu kenapa Nak. Ini minum," ucap Bunda Realyn yang sigap memberikan minum kepada putri sulung nya.

"Makasih Bun," ucap Myesha setelah meminum air yang di berikan oleh Bunda nya.

"Pelan pelan dong makan nya Nak. Jangan buru buru gitu, nggak ada yang akan merebut makanan mu," sambung Ayah Ardi hingga membuat wajah Myesha merona karena malu ditegur di depan pria yang masih tersimpan rapih namanya di dalam hati.

"Iya, maaf Ayah." jawab nya menundukkan kepalanya demi menyembunyikan rona merah di wajah nya.

Sementara Ilham sendiri hanya bisa memperhatikan interaksi ibu dan anak itu dalam diam. Dan sungguh, pemandangan itu mampu membuat Ilham mengembangkan senyumnya. Gemas sekali rasanya saat melihat wajah cantik Myesha yang tengah merona.

"Oh iya, Nak Ilham ini rekan bisnis Ayah. Kebetulan dia tidak kebagian kursi jadi Ayah ajak bergabung saja. Nggak apa apa kan?" lanjut Ayah Ardi setelah Myesha jauh lebih tenang.

"Tentu saja tidak apa apa. Ayo Nak, silahkan duduk. Perkenalkan ini putri sulung kami, Myesha." jawab Bunda Realyn kembali memperkenalkan putrinya pada Ilham.

"Kenapa Ayah memperkenalkan kami? Apa Ayah tidak ingat jika Ayah pernah bertemu dengan Gus Ilham?" gumam Myesha saat Ayah Ardi memperkenalkan mereka.

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

bakal calon mantu tuh...🤭

2024-07-28

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

udah lupa kali mey

2024-02-04

2

Nendah Wenda

Nendah Wenda

mungkin pak Ardi lupa maklum paktor u

2023-12-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!