Tiga bulan berlalu,
Liana duduk termenung di dalam kamar mandi seraya menatap benda putih panjang di tangannya yang menunjukkan dua garis merah.
Liana hamil lagi.
Liana benar-benar harus menarik nafas panjang berulang kali. Salah Liana juga yang tidak memakai alat kontrasepsi padahal dirinya dan Adit lumayan sering berhubungan belakangan ini.
Tapi Liana benar-benar tidak siap dengan kehamilannya kali ini. Bahkan Arka juga masih ASI hingga sekarang. Belum lagi cicilan di koperasi karena renovasi rumah kemarin, membuat kepala Liana semakin terasa pening.
Penghasilan satu-satunya di keluarga kecil ini hanyalah dari gaji Adit yang mungkin hanya akan tersisa satu sampai satu setengah juta sebulan setelah di potong angsuran ke koperasi.
Liana harus bagaimana sekarang?
****
"Aku ingin menggugurkannya saja, Sha," ujar Liana putus asa.
Kebetulan Shasha sedang berkunjung ke rumah Liana, jadilah sekalian Liana curhat pada teman masa kecilnya tersebut.
"Jangan, Liana! Anak ini yang kelak akan membuat Adit tetap bertahan dan memilih kamu," nasehat Shasha yang membuat Liana mengernyit tak mengerti.
"Masalah di keluarga kecilmu belum selesai, Liana. Setelah ini ada hal besar yang harus kamu hadapi. Aku harap kamu akan benar-benar kuat kali ini." Shasha menggenggam erat tangan Liana seakan sedang memberikan kekuatan pada sahabatnya tersebut.
"Ada satu rahasia besar yang disimpan oleh Adit. Kau akan mengetahuinya tak lama lagi," imbuh Shasha lagi dengan raut wajah prihatin.
"Shasha, aku tak mengerti," ujar Liana kebingungan.
"Bukankah Adit selalu mengidam-idamkan anak perempuan? Kehamilanmu ini harus tetap kamu pertahankan, Liana. Kamu tidak pernah tahu calon bayi yang kini ada di rahimmu ini laki-laki atau perempuan. Bagaimana jika ternyata dia adalah calon bayi perempuan yang diidam-idamkan oleh Adit?" Jelas Shasha bijak.
Sesaat Liana terdiam.
Shasha benar. Adit sangat ingin punya anak perempuan. Dan calon bayi ini semoga adalah perempuan, sesuai yang Adit inginkan.
Liana mengangguk,
"Aku akan mempertahankan dan merawatnya, Shasha," ucap Liana dengan mata berkaca-kaca.
Shasha langsung memeluk Liana.
"Syukurlah jika akhirnya kau mengambil keputusan yang benar tersebut, Liana. Percayalah, anak ketigamu ini yang kelak akan membuat rumah tanggamu semakin harmonis," ujar Shasha masih memeluk Liana.
"Terima kasih, Shasha. Karena sudah memberikan aku semangat," ucap Liana tulus. Shasha hanya mengangguk.
****
"Hamil lagi?" Entah mengapa ekspresi Adit kali ini seperti tidak senang saat Liana menyampaikan kabar kehamilannya. Mungkin suami dari Liana itu juga terkejut dan merasa belum siap.
"Lalu bagaimana? Apa kita gugurkan saja?" Tanya Liana yang kembali goyah dengan pendiriannya.
Tempo hari saat di depan Shasha, Liana mengatakan kalau dirinya akan mempertahankan janin ini. Tapi sekarang rasa ragu itu mendadak kembali mencuat di hati Liana.
Liana bingung,
Liana stres,
Liana merasa hilang arah.
Liana bahkan tidak bisa tidur seminggu belakangan karena memikirkan kehamilan ketiganya ini. Mengurus Atta dan Arka saja, Liana sudah keteteran. Dan sebentar lagi bakalan ada anak ketiga.
Apa Liana sanggup?
Apa Liana bisa?
Entahlah, Liana merasa benar-benar stress.
"Tidak! Kenapa kamu berpikiran seperti itu?" Adit malah memojokkan Liana.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku benar-benar stress, Dit!" Keluh Liana mulai emosi.
"Semua sudah terlanjur. Ya sudah kita terima saja," ujar Adit seraya mengenakan jaketnya. Adit bersiap berangkat ke tempat kerja pagi ini.
"Sudahlah! Kamu jangan stress berlebihan seperti itu! Kemarin saat hamil Arka kamu juga mengeluh ini itu, nyatanya saat Arka lahir semuanya baik-baik saja," imbuh Adit lagi dengan nada enteng.
Liana hanya berdecak dan tak menyahut.
"Aku pergi kerja dulu," pamit Adit seraya mengulurkan tangannya pada Liana.
Liana segera mencium punggung tangan suaminya tersebut tanpa berkata apapun. Pikiran Liana masih benar-benar kacau.
****
Liana baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya, saat mendengar ponsel Adit berbunyi.
Apa ponsel Adit tertinggal di rumah?
Liana mencari-cari sumber suara dari ponsel Adit yang rupanya ada di laci nakas. Bergegas Liana melihat siapa yang menelpon.
Nomor asing?
Liana mengangkatnya,
"Halo ayah sayang, sudah sampai di kantor?" Suara perempuan dari seberang telepon langsung membuat darah Liana mendidih.
Dan apa kata wanita ini barusan? Ayah sayang?
"Ayah, kok diam?" Tanya wanita j*lang itu lagi.
"Heh, wanita j*lang yang kegatelan! Apa kamu sedang menggoda suamiku?" Sahut Liana galak.
Tut...tut..tut...
Sambungan telepon langsung terputus.
Liana membuka ponsel Adit dengan kasar dan segera memeriksa riwayat chat.
Dan Liana langsung terbelalak tak percaya. Adit rupanya sering chat dengan nomor yang barusan menelponnya. Bukan hanya itu, mereka bahkan juga menggunakan panggilan ayah bunda.
Mendadak Liana ingat pada si jal*ng Mela. Bukankah dulu Adit dan Mela juga pernah chat dengan panggilan menjijikkan itu?
Liana segera meraih ponselnya untuk memeriksa siapa pemilik nomor sialan itu.
Dan saat Liana mengetikkan nomor tersebut di ponsel Liana, yang muncul memanglah nama si Mela brengsek itu.
'Dasar wanita brengsek, j*lang kegatelan. Masih tidak kapok juga menggoda Adit' Liana terus saja menggerutu dalam hati.
[Heh, jal*ng kegatelan! Belum kapok juga ya kamu menggoda suamiku? Apa kamu itu sudah benar-benar sudah tidak laku dan tidak punya harga diri?]-Liana-
[Dasar l*nte kegatelan]-Liana-
[Saya tidak menggoda Adit, mbak! Adit yang mengancam saya dan melarang saya meninggalkannya] -Mela-
[Halah! Dasarnya kamu aja yang kegatelan. Dasar wanita j*lang murahan!] -Liana-
[Saya berani bersumpah, mbak. Saya tidak ada niat mengganggu rumah tangga mbak dan menghancurkannya. Saya juga akan nikah bentar lagi,] -Mela-
[Aku pegang omongan kamu. Awas kamu kalau sampai gangguin suamiku lagi. Aku hancurin juga rumah tangga kamu!] - Liana-
'Keterlaluan kamu, Adit!' Liana menahan geram di hatinya. Ibu dua anak itu akan benar-benar memarahi Adit sore ini.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir hari ini.
Jangan lupa like, komen, dan vote 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Yuli Silvy
y gtu klo udah selingkuh sekli bakal buat berkali kali LG🤦♀️
2023-09-03
0
Sulati Cus
ternyata salah memberi kesempatan, itulah knp aku anti dg perselingkuhan, bagiku riada kesempatan dan ma'af lbh baik pisah krn selingkuh ibarat penyakit kambuhan
2022-05-19
0
Amanda Ayunda
kebanyakan ujian perselingkuhan terjadi saat hamil ya pas habis lahiran
2022-01-06
0