Tamu Bulanan Sophia

Tidak ada yang berani membahas soal kemarin di hadapan Angkasa. Kantor biasa saja seperti kemarin malam tidak terjadi apa-apa, para mitra Angkasa yang kini berada di ruang rapat pun hanya mengeluarkan suaranya untuk membahas tentang bisnis.

"Opini yang anda ucapkan memang cukup menarik perhatian saya, namun coba pikirkan ulang! Masalah sebenarnya bukan di mana letak bangunannya, tapi bagaimana cara kita membuat sebuah pabrik yang tidak merusak lingkungan?" Angkasa melihat screen proyektor yang ada di belakangnya.

"Kita tidak bisa membangun suatu usaha yang menguntungkan kita, namun merugikan orang lain. Seperti ucapan anda tadi, kita bangun saja di desa terpencil. Namun ide tersebut saya pribadi tidak menyetujuinya karena kita belum menemukan solusi terbaik tentang pembuangan limbah. Bayangkan para penduduk desa yang tiba-tiba terserang penyakit karena ulah kita. Mereka mungkin asing, lalu bagaimana jika mereka adalah orang terkasih kita? Akankah kita membiarkan mereka mati karena ulah kita sendiri."

"Jadi saya rasa jangan terlalu terburu-buru untuk membangun karena membangun adalah hal mudah. Kita tuntaskan dulu segalanya. Ada rencana, ada solusi. Barulah kemudian kita membangun," pungkas Angkasa seketika menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi.

|

|

|

"Di mana Sophia?" tanya Angkasa pada Agatha. Kini dirinya sudah duduk di meja makan untuk menyantap menu makan siangnya.

"Dia berada di kebun bersama adiknya."

"Siapa yang memerintahkan dia bekerja? Bukankah aku sudah peringatan kalian semua agar Sophia tidak dipekerjakan sebelum dia sembuh!"

"Tapi Tuan Muda, dia bekerja atas keinginannya sendiri. Dan kami sudah mencoba untuk mencegahnya, namun Sophia kekeuh ingin bekerja. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya, akan tetapi sepertinya Sophia dalam keadaan bad mood," ungkap Agatha mundur satu langkah setelah usai menyajikan semua makanannya.

"Panggil dia ke sini!" pinta Angkasa duduk menyilangkan kakinya di bawah meja, menahan dirinya untuk makan sebelum Sophia datang.

"Apa Tuan Muda memanggilku?" tanya Sophia raut wajahnya benar-benar seperti orang yang sedang marah, ia memegang, mengelus, dan meremas perutnya berulang kali.

"Kau lapar?" tanya Angkasa memperhatikan Sophia yang sejak tadi meremas perutnya, raut wajahnya juga tak sekali menunjukkan kesakitan.

"Tidak, Tuan."

"Duduklah!" pinta Angkasa menujuk kursi di meja makan di depannya. Kursi duduknya sisi sama sisi sehingga membuat mereka berhadapan, sementara kursi samping dan samping dibiarkan kosong hampir terbengkalai setiap kali makan.

"Bagaimana tanganmu?" tanya Angkasa memotong hati angsa. Hari ini dirinya begitu menginginkan hidangan yang satu ini.

"Masih ada," balas Sophia memperlihatkan tangannya yang dibalut perban.

"Apa masih sakit?" tanya Angkasa sembari memejamkan matanya.

"Tidak sesakit perutku," balas Sophia memiringkan kepalanya, bibir bawahnya maju, dan tangannya pun tak berhenti meremas perutnya. Kenapa juga rasa sakitnya harus kembali menyerang ketika bersama tuannya, seperti hasil merencanakan saja. Rencana Tuhan yang ini benar-benar buruk baginya.

"Kenapa dengan perutmu?"

"Aku kedatangan tamu bulanan. Sangat menyebalkan, ini menyakitkan."

"Astaga, jadi selama ini kau melayani tamu mu sebulan sekali?"

"Ck, bukan itu maksudku. Maksudku adalah aku sedang haid. Aku tidak mood untuk melakukan apa pun termasuk makan," jawab Sophia ketus langsung membenturkan kepalanya ke meja.

"Oh, begitu rupanya." Angkasa menyuapkan sepotong hati angsa ke mulutnya. Nikmat sekali rasanya.

"Tapi kau harus makan, jika tidak perutmu akan kesakitan dan kelaparan. Makanlah sedikit," pinta Angkasa menujuk berbagai menu di mejanya.

Sophia menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil membekap mulutnya. Tidak, ya tidak. Tuannya ini tidak mengerti wanita yang sedang haid. Dia tidak tahu saja kalau dirinya sedang haid, dirinya tak suka dipaksa dalam berbagai hal. Inginnya hanya marah-marah dan mengamuk, sebab inilah dirinya memilih bekerja saja, tapi tuannya malah memintanya ke sini.

"Sophia, aku tidak ingin kau sakit terus menerus. Atau kau sengaja, ya membuat diri mu terus kesakitan dan semakin sakit setiap harinya lalu di saat kau sudah parah kau menunjukkan dirimu ke awak media dan merusak citra baikku di hadapan semua orang dengan mengatakan bahwa bekerja dengan Angkasa tidak pernah diberi makan dan sebagiannya, hah?" tuduh Angkasa menancapkan pisau ke hati angsa dengan tangan yang mengepal.

"Oooy...Tuan Muda berpikir terlalu jauh. Aku tidak tahu dengan awak media atau apa pun itu, aku hanya sedang tidak mood untuk makan. Tuan Muda sama saja menyebalkan seperti orang-orang, aku tidak ingin melihatmu lagi," pekik Sophia lantas mengangkat dirinya dari kursi meja makan.

Sophia turun dan bersembunyi di bawah kolong meja. Pokoknya hari ini dirinya marah pada semua orang dan tidak ada yang boleh mendekatinya.

"Astaga." Angkasa memegang kepalanya. Seperti mengurus anak kecil saja.

Pun Angkasa beranjak keluar dari kursi, mengambil satu piring makanan, kemudian mengitari meja makan dan akhirnya jongkok di hadapan Sophia.

"Makan meski hanya satu suap saja!" Angkasa menyodorkan satu potong steak di garpu. Alih-alih menerimanya, Sophia malah membekap mulutnya dengan tangannya sendiri.

"Jangan seperti anak kecil! Makan."

Sophia menatap manik mata Angkasa, melihat Angkasa yang menahan kesal Sophia akhirnya luluh dan membuka mulutnya. Ia memakan daging tersebut dari suapan Angkasa.

"Bagiamana?" tanya Angkasa melihat pipi Sophia yang bergerak naik turun gara-gara sedang mengunyah. Itu pun lucu di matanya.

"Biasa saja," sahut Sophia membuang muka dari Angkasa. Ini enak luar biasa, tapi gengsi kalau harus mengatakannya dengan jujur, kan tadi dirinya sudah menolak untuk makan.

"Makan lagi!" Angkasa kembali menyuapi Sophia.

"Oh, Tuhan semoga kau selamanya memberkati rumah ini dengan rasa manis dari mereka berdua," do'a salah seorang maid yang mengintip dari pintu dapur hanya untuk melihat tuannya dan Sophia.

"Mereka sangat menggemaskan. Oh, Tuhan aku ingin sekali mereka bersama," sahut yang satunya lagi.

"Apa yang kalian lihat?" tanya Agatha menghalangi keduanya dengan tubuhnya.

"Agatha, tidakkah kau melihat bahwa mereka itu sangat lucu dan menggemaskan? Oh anakku, semoga kau bisa seberuntung Sophia juga."

"Berhenti melihat mereka, itu akan membuat mereka tak nyaman. Bekerja kembali!" perintah Agatha menutup rapat pintunya. Ia membalikkan badannya karena penasaran juga bagaimana antara Angkasa dan Sophia saat ini.

Bibirnya menyungging tersenyum kecil melihat mereka. Makan di bawah kolong meja, seperti anak kecil saja. Tapi memang itu lucu dan menggemaskan. Tuannya tidak pernah melakukan hal itu selama hidupnya. Sophia benar-benar mengubah kehidupan tuannya.

Angkasa menyapukan ibu jarinya di bibir Sophia yang belepotan karena bumbunya. Mata keduanya saling menatap.

"Sudah ah, itu manis sementara aku ingin makan makanan yang pedas," ucap Sophia.

"Aku akan mengambilnya," ucap Angkasa langsung berdiri. Ia memasukkan ibu jari bekas membersihkan mulut Sophia ke mulutnya.

"Manis," ucap Angkasa menyunggingkan senyum. Tidak apa toh tidak ada siapa-siapa di sini.

Sophia mengangkat setengah tubuhnya untuk keluar dari kolong meja, sial kepalanya malah membentur meja, alhasil dirinya pun keluar sambil merintih kesakitan.

"Ceroboh," ucap Angkasa menyilangkan tangannya di dada, berdiri di hadapan Sophia.

"Tuan, banyak bintang di kepalaku," adu Sophia tidur terlentang di lantai.

"Ya, baguslah kalau begitu, jadi hidupmu selalu dikelilingi cahaya bintang."

"Aku akan kembali bekerja. Kau jangan bekerja sebelum seluruh tubuhmu pulih atau aku akan memecat mu. Aku bukan Tuan yang kejam yang akan mempekerjakan seseorang yang sakit," ucap Angkasa sambil melenggang pergi dari rumahnya.

"Tuan Muda, tanganku berdarah karena tanpa sengaja tergunting ketika memotong rumput,-" adu seorang pekerja laki-laki muda berharap akan dapat simpati seperti yang dilakukannya tuannya pada Sophia.

"Itu hanya luka kecil. Laki-laki tidak boleh lemah. Bekerjalah kembali setelah mengobati lukamu," perintah Angkasa lantas meninggalkannya.

"Oh, Tuan benar-benar tidak adil. Sophia adalah maid kesayangan Tuan Muda," ketus pekerjaan tersebut sambil berjalan kembali untuk bekerja.

^^^...Follow Ig : maeee331...^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!