Wine

Angkasa masuk ke kamarnya, langsung menjatuhkan dirinya ke kasur. Sudah lelah bekerja, sekarang dibuat semakin lelah karena orang-orang di rumahnya. Seakan-akan Tuhan tak begitu ingin dirinya beristirahat.

Sophia masuk ke kamar Angkasa sambil membawa nampan berisi air putih juga obat untuk Angkasa. Yang dirinya dengar dari Agatha, Angkasa memiliki masalah dalam pola tidurnya. Konon kata Agatha, semenjak tumbuh dewasa Angkasa harus meminum obatnya jika dia benar-benar ingin tidur dengan nyenyak.

"Tuan Muda, aku membawakan obat yang kamu butuhkan," ucap Sophia berdiri di ambang pintu. Ia tak berani melangkah lebih dalam karena takutnya itu akan mengganggu tuannya.

"Simpan saja di atas nakas!" perintah Angkasa masih enggan untuk membalikkan badannya yang dalam posisi tengkurap.

Meski sedikit malas, Angkasa memaksakan dirinya untuk membalikkan badannya sehingga miring ke kanan demi melihat maidnya menyimpan obat.

Sophia mencondongkan badannya demi menyimpan nampannya dengan baik, pakaian maidnya yang kebesaran otomatis terbuka dan menampakkan sedikit buah dadanya.

Angkasa membulatkan matanya tatkala melihat itu, ia menatap ke wajah Sophia dan sekali lagi menatap ke buah dadanya Sophia. Detik berikutnya ia langsung memalingkan wajahnya.

"Sial, mata suciku ternodai oleh buah dadanya yang kecil," umpat Angkasa membenamkan wajahnya ke bantal.

"Apa masih ada yang bisa aku bantu, Tuan Muda?" tanya Sophia.

"Kau bilang kau akan melayaniku di mana pun dan kapan pun, kan?" Angkasa tidur terlentang, tangannya di simpan di belakang kepala dijadikan sebagai bantal, pandangannya menatap pada Sophia.

Sophia menganggukkan kepalanya berusaha untuk terlihat anggun.

"Ambilkan wine itu untukku!" perintah Angkasa menujuk botol wine yang terletak di meja di bawah tv. Wine itu bekas minumnya semalam yang belum sempat dirinya kumpulkan lagi bersama wine koleksinya.

Sophia pun berjalan untuk mengambil wine yang di mana botolnya terbuat dari kaca yang bening sehingga air wine nya dapat dilihat dengan jelas.

"Apa ini jenis minuman yang biasa orang-orang kaya minum?" tanya Sophia sambil memegang botol wine itu seraya berjalan pada Angkasa.

"Iya. Tapi itu hanya wine murah. Rasanya pun tak seenak itu." Angkasa mendudukkan dirinya, menyandarkan punggungnya ke tumpuan ranjang.

"Berapa harganya?" tanya Sophia memberikan botolnya pada Angkasa namun Angkasa menolaknya.

"Hanya lima ribu dollar."

"Hanya?" ulang Sophia tercengang. Hanya untuk sebotol wine yang kecil dan sedikit isinya, harganya setara dengan gajinya di sini.

"Orang kaya benar-benar bodoh. Membeli minuman sekecil ini dengan harga yang mahal, jika aku kaya aku lebih baik membelikan uangnya untuk makanan dan pakaian, atau mungkin membangun rumah yang banyak," celetuk Sophia seakan buta bahwa Angkasa saat ini ada di hadapannya.

"Kau yang bodoh karena kau tidak tahu apa itu kesenangan," ucap Angkasa tak terima karena dirinya merasa dirinyalah yang dikatai bodoh.

"Tuangkan lah minuman itu untukku!"

"Di mana gelasnya?" tanya Sophia melihat ke sekitarnya.

Dari kolong ranjangnya, Angkasa mengambil gelas mini lalu memberikannya pada Sophia.

Sophia mencoba membuka tutup botol wine tersebut, namun sekuat tenaga dirinya keluarkan pun itu tetap sulit baginya.

"Aku tidak bisa," keluh Sophia menghela napasnya, memberikan botol itu pada Angkasa.

Angkasa menggertakkan giginya dengan kuat untuk menahan dirinya dari senyuman. Sophia mengeluh seperti anak kecil, lucu sekali.

Tidak Angkasa, kau harus sadar. Dia itu pelayan bodoh. Batin Angkasa.

"Kau sudah berjanji akan melayaniku. Bagaimana mungkin hanya membuka tutup botol saja tidak bisa. Berusahalah! Aku tidak mau tahu pokoknya itu harus dibuka olehmu," ucap Angkasa telak.

Angkasa duduk selonjoran dengan kaki yang menyilang juga tangan yang melipat.

Sophia tak ada pilihan lain selain berusaha lagi. Kali ini dirinya benar-benar mengeluarkan semua tenaganya bahkan tenaga dalam pun ia keluarkan.

Tutup botol wine akhirnya terbuka, namun sayang isinya tumpah ke bajunya hingga menyisakan sedikit di dalam botol tersebut.

Angkasa mendesah. Ia menghadapkan tubuhnya pada Sophia, kakinya menyentuh lantai, dan punggungnya sedikit dicondongkan.

"Bodoh!" Angkasa merebut botol tersebut dari Sophia, menuangkan semua wine yang tersisa ke dalam gelas. Dan itu memang hanya sampai satu gelas mini.

"Maafkan aku!" lirih Sophia membungkukkan badannya.

Angkasa mengangkat kepalanya, langsung disuguhi buah dada Sophia yang terlihat, air wine yang membasahi dadanya semakin membuat dada Sophia semakin terlihat menggoda. Tanpa sadar Angkasa menjatuhkan botol wine nya.

"Berdirilah! Jangan menundukkan dirimu seperti itu lagi," ucap Angkasa memalingkan wajahnya dari Sophia. Hampir gila dirinya karena Sophia.

Apa mungkin Sophia melakukannya dengan sengaja untuk menggodanya? Lalu setelah itu dia mengambil hatinya, mencintai sepenuh hati, setelah itu Sophia merampas semua hartanya dan kabur.

Tidak, tidak, Sophia terlalu bodoh untuk melakukan itu.

"Kau ingin mencobanya?" Angkasa menawarkan gelas wine itu pada Sophia.

"Apa itu enak?" tanya balik Sophia.

"Jika tidak enak, aku tidak mungkin hingga mengoleksinya."

"Tapi aku tidak pernah mencobanya," ungkap Sophia memegang gelas tersebut.

"Maka cobalah sekarang!" Angkasa menunjuk dengan dagunya.

"Pelan-pelan saja!" saran Angkasa melihat Sophia yang ragu-ragu meminumnya.

Sophia menempelkan bibirnya di gelas, ia mencicipinya sedikit dan rasanya terasa enak, sebab itu ia menelan dalam jumlah yang banyak. Namun siapa sangka rasanya malah menjadi pahit dan tak enak, membuat tenggorokannya terasa terbakar dalam sekejap.

"Aku akan mati," ucap Sophia menjatuhkan dirinya ke lantai seraya memegangi lehernya.

Angkasa terkekeh kecil.

"Jangan berlebihan! Bahkan alkoholnya tak sebanyak itu."

"Apa kamu ingin melihat koleksi wine ku yang lain? Kau mungkin akan terkejut hingga pingsan setelah melihat semua wine milikku," tawar Angkasa beranjak berdiri dari kasurnya.

Sophia merasakan denyut nyeri di kepalanya, namun tak begitu ia hiraukan karena rasa nyerinya pun hilang kembali. Ia berdiri dan mengikuti ke mana Angkasa mengajaknya.

Angkasa membuka lemari bajunya, di balik baju-bajunya ada tanda pengenal wajah. Angkasa mencocokan dengan wajahnya kemudian tembok itu pun terbuka.

"Masuklah!" ajak Angkasa meminta agar Sophia masuk lebih dulu. Setelah dirinya masuk, ia langsung menutup lemarinya, dan pintunya pun otomatis tertutup.

Mata Sophia melebar. "Apa ini ruang bawah tanah?" tanya Sophia menoleh ke sampingnya melihat pada Angkasa.

"Anggap saja begitu." Angkasa mengangkat dua bahunya.

"Siapa saja orang yang pernah kamu tahan di sini?" tanya Sophia saat itu juga langsung ditoyor Angkasa.

"Jika tempat tahanannya sebagus ini, maka semua orang akan suka rela meminta dirinya untuk ditahan. Ini adalah ruangan pribadiku. Agatha dan Arthur yang tahu tempat ini, tapi hanya kau yang pernah aku ajak ke dalam sini."

"kenapa kamu membawaku ke sini?"

"Karena kau bodoh."

"Baiklah. Aku memang bodoh," balas Sophia berjalan-jalan melihat sekelilingnya.

Interiornya tak kalah mewah dari ruangan di rumah ini, atau mungkin ruangan ini jauh lebih megah.

Ada tv besar dan kursi panjang yang mewah yang menghadap ke tv, ada akuarium kecil namun ikan-ikannya begitu cantik, dan ada juga kulkas, selain itu hal yang paling membedakan tempat ini dengan ruangan lainnya di sini ada tempat seperti bar. Meja panjang, kursi yang dapat diputar-putar, dan banyak sekali botol minuman yang terdapat di lemari.

Angkasa meminta Sophia untuk mengikutinya masuk ke meja bar.

"Kenapa tiga botol ini di simpan di tempat yang terpisah?" tanya Sophia melihat pada wadah yang terbuat dari kaca yang melindungi tiga botol. Baginya itu sama saja.

"Itu hanya simbol. Yang ini adalah bir, yang tengah adalah wine, dan yang ujung itu adalah wiski."

"Apa mereka minuman yang sama?"

"Sia-sia saja aku menjelaskan padanya." Angkasa menatap sayu Sophia.

"Dari namanya saja sudah berbeda, lalu bagaimana mungkin itu sama, huh?" Angkasa melayangkan tatapan side eyes.

"Apa perbedaan dari mereka?"

"Bir adalah minuman yang memiliki kadar alkohol yang cukup rendah. Kamu tidak akan mabuk kalau hanya minum satu tegukan saja."

Angkasa menuangkan bir yang dilihat Sophia tadi ke dalam gelas kecil, ia meletakkannya di meja untuk dirinya minum nanti.

Angkasa melangkahkan lagi kakinya untuk menunjukkan lagi koleksinya. Sophia merasa kalau Angkasa menuangkan bir itu untuknya karena itu ia pun meminumnya hingga tandas.

"Aku mengoleksi beberapa bir, namun tidak terlalu banyak karena aku tidak terlalu suka. Namun aku mengoleksi cukup banyak jenis wine."

Angkasa mengambil salah satu wine yang cukup menarik perhatiannya. Ia mengambil gelas dan kemudian menuangkannya lagi lalu meletakkannya di meja. Itu juga untuk nanti dirinya minum.

Dan untuk kedua kalinya Sophia salah paham lagi. Ia meminum wine yang Angkasa baru saja letakkan di meja hingga tandas. Lalu ia kembali mengikuti Angkasa.

"Aku miliki beberapa jenis wine seperti red wine, white wine, rose wine, dan ada juga fortified. Fortified sendiri memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi berbeda dengan jenis red wine atau white wine. Akhir-akhir ini aku pun sedang menyukai jenis fortified ini."

Angkasa menuangkan wine berjenis fortified ke dalam gelas lagi. Ia tidak tahu apakah nanti akan meminumnya atau tidak, tapi kalau sudah di dalam gelas itu akan mempermudahnya untuk nanti bila ingin minum.

Untuk kali ketiga Sophia meminum wine.

"Dan kita bertemu dengan si Screaming Eagle Cabernet Sauvignon 1992. Wine yang cukup membuatku tergila-gila olehnya. Aku hanya pernah mencicipinya sekali karena aku tidak ingin minuman ini habis."

"Tidak ada satu pun orang yang pernah kuberi minuman ini, namun karena kau masih polos dan belum pernah mencoba jenis wine apa pun maka aku akan memberikan mu satu tegukan saja."

Angkasa menuangkan wine tersebut ke gelas, isinya tak begitu penuh karena mungkin nanti Sophia tidak akan menyukainya. Apalagi dia tidak pernah merasakan wine. Sedikit saja, ketimbang nanti dibuang sayang, kan.

"Minumlah!" pinta Angkasa membalikkan badannya untuk memberikan wine tersebut pada Sophia.

Sophia yang limbung merebut gelas itu dari Angkasa lantas meneguknya. Setelahnya ia melempar gelas itu ke sembarang arah. Andai tak Angkasa tahan mungkin saat ini Sophia sudah terkapar di lantai.

"Oh my Goodness!" Angkasa menepuk jidatnya.

"Kau memang benar-benar bodoh. Tuhan, bantu aku! Apakah ada obat yang bisa menolong dia dari kebodohannya!" raung Angkasa mengangkat badan Sophia agar naik ke pangkuannya. Ia menggendong Sophia ala bridal style.

"Aku tidak meminta mu untuk meminum semua minumannya, lalu kenapa kau meminumnya? Dasar gadis bodoh."

Sophia dengan mata yang terpejam, pipi yang merah padam, bibirnya melengkung lebar mendengarkan Angkasa berbicara. Jari telunjuknya tanpa sadar membelai pipi Angkasa.

"Pangeranku!" rancau Sophia terus membelai rahang Angkasa.

"Kamu tahu, kamu itu tampan, laki-laki paling tampan yang pernah kutemui semasa hidupku. Ketika kamu tersenyum, itu sangat seksi tapi sayangnya malah membuat matamu menyipit hingga kelihatan tak punya mata."

"Ketika kamu bicara, bibirmu itu bergerak ke atas dan ke bawah. Kadang kala terlihat seperti mulut angsa yang sedang berbicara ketika kamu terus memerintah ku. Berisik sekali."

"Dan ketika kamu berjalan, kakimu terlihat sangat indah. Tinggi sekali seperti sebuah bambu yang sedang berjalan."

"Ah, pangeranku!" rancau Sophia.

"Sial, kau ini sedang memujiku atau mengejekku, hah? Jika kau melakukan ini ketika sadar, sudah ku hukum kau dengan berat. Bersyukurlah karena kau mabuk maka aku akan mengampuni mu."

Angkasa menidurkan Sophia di kasurnya. Ia tak mungkin untuk saat ini membawa Sophia ke luar sana, jadi untuk sementara waktu Sophia akan tidur di kamar tersembunyi nya. Tentu dirinya pun harus ada untuk mengawasi.

"Oh, tidak...oh, tidak...nyang-nyang-nyang-nyang-nyang...," senandung Sophia sambil tertawa tak jelas.

"Lihat! Bahkan ketika kau mabuk, kau menyanyikan lagu anak kecil yang bahkan mungkin anak kecil pun tak mengerti dengan nyanyianmu. Hah, dasar gadis bodoh," ucap Angkasa memerhatikan Sophia.

"Tapi sepertinya kali ini aku lebih bodoh karena mengajak mu masuk ke sini," lanjutnya.

Follow Ig : maeee331

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!