Alergi Barang Mahal

"Ke mana kamu akan membawaku, Tuan?" tanya Sophia setelah berada di atas mobil yang sedang melaju. Di sampingnya ada Angkasa yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Kau diam saja atau aku akan menghukum mu!" peringat Angkasa begitu kesal hingga urat-urat diwajahnya nampak terlihat.

"Aku melakukan kesalahan apa?" tanya Sophia dengan suara yang bergetar. Tubuhnya kedinginan ditambah sekarang tertimpa angin.

"Diam saja. Tingkahmu yang menyebalkan benar-benar membuatku frustasi. Aku sudah tidak tahan dengan semua ini," ketus Angkasa masih memalingkan wajahnya dari Sophia.

Mana mungkin ia bisa melihat pada Sophia, sementara Sophia seperti bertelanjang dada. Sial, sial, sial, bahkan ketika dihadapkan pada wanita seksi pun itu tidak membuat bagian bawahnya bergerak sedikitpun, tapi hanya karena melihat tubuh Sophia yang basah itu membuat bagian bawahnya berkedut-kedut dan semakin mengeras. Katakan! Bagaimana ia tidak frustasi dengan hal seperti ini.

"Pakai ini!" Angkasa melemparkan selimut berwarna biru dongker pada Sophia agar tubuh Sophia tak terus dirinya lihat.

"Tuan Muda, izinkan aku sedikit berbisik padamu!" Sophia mendekatkan dirinya pada Angkasa, begitu pun Angkasa yang mencondongkan kepalanya lebih dekat pada Sophia. Ia penasaran dengan apa yang akan dibisikkan oleh Sophia.

"Apa kamu menjual jiwamu pada iblis atau semacamnya agar bisa memiliki kekayaan sebanyak ini? Beritahu aku agar nanti aku akan mencobanya," bisik Sophia begitu serius. Ya, dirinya lebih dari penasaran pada kekayaan yang dimiliki majikannya.

Bukan hanya rumah mewah dan banyak pekerjaan, mobil yang sedang dinaikinya pun terkesan mewah dan ketika duduk pun terasa nyaman bagai sedang duduk di kursi mewah di rumah. Menurutnya mustahil ada manusia yang bisa sekaya tuannya tanpa ada bantuan semacam setan ataupun iblis.

Angkasa menundukkan kepalanya ingin sekali ia menangis. Benar-benar gadis bodoh yang menyebalkan, tapi anehnya dirinya malah seakan terikat pada gadis bodoh di sampingnya sekarang.

"Aku lebih baik berbicara dengan tembok ketimbang berbicara denganmu," seru Angkasa menatap jalanan dengan sayu. Selain suka, ada kalanya ia muak melihat wajah Sophia. Kadang kala diwajahnya itu terpancar jelas kebodohan otaknya.

"Tuh, kan benar kataku. Beritahu, kan aku di tembok rumah mu yang mana kamu menyimpan iblis yang membantu kekayaanmu? Beritahu aku agar aku bisa meminta kekayaan juga padanya."

Angkasa memejamkan matanya, tangan kirinya terangkat menunjukkan jari tengahnya tepat di mata Sophia.

"Tuan Muda benar-benar pemarah. Itu pasti akibat dari dia yang bersekutu dengan iblis," gumam Sophia menyandarkan kepalanya ke kaca mobil satunya lagi.

Urat Angkasa di keningnya semakin tercetak jelas mendengar apa yang baru saja Sophia ucapkan. Iblis, iblis, bapakmu iblis. Batin Angkasa.

Aku ingin bertanya padanya ke mana dia akan membawaku, tapi aku tahu dia tidak akan menjawabnya dan justru akan marah-marah. Batin Sophia.

Mobil pun berhenti di depan sebuah butik pakaian yang cukup besar dan megah. Angkasa turun setelah menyuruh Sophia turun.

"Selamat datang di toko kami!" sambut para pegawai toko butik yang sudah akrab dengan Angkasa.

Tak ayal mereka akrab karena toko ini adalah toko andalan Angkasa. Angkasa akan datang ke sini jika butuh keperluan style wanita untuk hadiah kepada adiknya ketika diperlukan.

"Tempat ini sangat mewah dan megah, apakah pantas kaki orang miskin sepertiku menapak di sini?" tanya Sophia pada dirinya sendiri.

"Bawa dia pergi melihat semua pakaian yang ada di sini!" Angkasa mendorong Sophia pada para pegawai. "Aku akan menunggu di ruang tunggu," ucap Angkasa kemudian pergi.

"T-tapi Tuan, tempat ini sangat mewah. Aku pikir aku tidak cocok berada di sini," kata Sophia memegang ujung jas Angkasa.

"Kenapa kamu tidak berhenti khawatir? Cepat pilih semua baju yang kamu inginkan. Aku masih harus pergi ke kantor setelah ini," cetus Angkasa memijat keningnya.

"Tapi...." Sophia memutar-mutar ibu jari kakinya di lantai, tatapannya menunduk.

"Ugh, kau selalu saja merepotkan ku." Angkasa berniat memukul kepala belakang Sophia, namun ia mengurungkan niatnya melihat Sophia yang ketakutan.

Para pegawai malah asik berdesas-desus tentang hubungan apa yang dimiliki antara gadis itu dan Angkasa. Pasalnya tak pernah ada wanita yang dibawanya ke sini.

"Tuan, apakah dia itu kekasihmu? Dia gadis yang cantik dan lucu," tanya salah seorang pegawai sengaja menambahkan pujian agar Angkasa tak merasa tersinggung dengan pertanyaan.

"Ya, dia cantik dan lucu, tapi sayang otaknya tidak bekerja," ucap Angkasa hanya dirinya sendiri yang mampu mendengar itu karena suaranya yang sengaja ia pelankan. Ia menatap Sophia yang masih saja bergetar kedinginan.

Angkasa mengambil salah satu pakaian yang ada secara acak lalu memberikannya pada Sophia. "Cobalah ini!"

"Mari, ikut bersama saya!" pinta pegawai lainnya.

Barulah sekarang Angkasa bisa duduk dengan tenang.

"Tuan, kita memiliki jenis kopi varian baru. Apakah Tuan ingin mencobanya?" tawar salah seorang pegawai yang ditugaskan untuk mendampingi Angkasa.

"Ya, buatkan saja."

Sementara itu saat ini Sophia seorang diri di ruangan yang di depannya terdapat kaca besar, ia menanggalkan semua pakai basahnya. Sebelum memakai pakaian yang diberikan tuannya, Sophia melihat terlebih dahulu harganya.

"Lima belas ribu dollar," teriak Sophia membulatkan matanya tak menyangka dengan harga kaos tipis seperti ini tapi harganya begitu selangit.

Namun karena tak ingin membuat tuannya marah ia pun memakainya. Setelah selesai ia keluar untuk menunjukkannya.

Angkasa melihat penampilan Sophia dari atas sampai bawah. Itu lebih baik daripada penampilan awalnya.

"Pilihlah lagi pakaiannya. Kamu boleh memilih sesuka hatimu!" pinta Angkasa lalu menyeruput kopinya.

Sophia menggelengkan kepalanya berkali-kali, ia juga terus saja menundukkan kepalanya.

"Ada apa denganmu?" tanya Angkasa mengerutkan keningnya melihat Sophia yang justru malah kelihatan tak bahagia.

"Bolehkah aku berbicara denganmu?" Sophia melihat semua para pegawai yang ada di ruangan ini.

Angkasa mengerti, ia pun meminta agar para pegawai keluar. Barulah sekarang Sophia menghampiri Angkasa, dia menekuk lututnya di bawah kursi tuannya.

"Aku pikir tempat ini terlalu mahal. Baju seperti ini saja seharga lima belas ribu dollar. Jika di pasar, mungkin ini hanya seharga seribu dollar. Ayo, kita keluar saja dari sini!" ucap Sophia pelan.

Karena tak kuasa menahannya, akhirnya Angkasa memukul kepala belakang Sophia.

"Semua pakaian di sini berkualitas. Tentu saja mahal."

"Pergilah memilih lagi pakaianmu. Aku sudah mengatakannya padamu kalau aku harus pergi setelah ini."

"Kalau begitu berikan saja uangnya padaku! Aku akan mendapatkan dua belas pakaian di pasar dengan uang lima ribu dollar saja," sahut Sophia.

"Aku tidak suka jika pegawaiku memakai barang murahan. Cepatlah!" Angkasa menarik tangan Sophia untuk berdiri kemudian ia membawa Sophia untuk keluar dari ruangan ini.

"Tapi, Tuan sepertinya aku alergi barang mahal. Lihatlah! Tubuhku jadi merah dan gatal-gatal setelah memakai pakaian ini," keluh Sophia menggaruk tangannya, juga memperlihatkannya pada Angkasa.

"Kau banyak sekali bicara! Tubuh mu gatal-gatal itu karena tadi kamu menyiramkan air untuk tanaman ke tubuhmu. Mustahil ada manusia yang alergi dengan barang bagus."

Angkasa yang mencekal tangan Sophia kini sedang memilih pakaiannya. "Aku membeli ini semua, itu semua, dan itu juga,"

ungkap Angkasa menujuk hampir semua pakaian yang ada.

"Dan aku juga ingin membeli pakaian dalam untuk ukurannya. Untuk atas dan bawahnya. Aku akan membeli semua yang tersedia saat ini," tambah Angkasa.

Sophia hanya bisa terdiam pasrah. Meski memang bukan uangnya, tetap saja ia merasa sangat disayangkan. Huh, ketika orang kaya dan orang miskin disatukan benar-benar tidak bisa satu frekuensi. Dalam segala hal pun terus saja berbeda.

Selesai berbelanja Sophia bersama supir diantarkan ke rumah, sementara Angkasa dijemput oleh Cooper untuk kembali bekerja.

"Apakah kamu tidak rugi membeli pakaian untuknya sebanyak itu?" tanya Cooper di tengah perjalanan.

"Aku merasa lebih rugi jika milikku ereksi dan mengeras karenanya tapi dia tidak akan bisa membantuku untuk menuntaskannya," jawab Angkasa.

Seperti biasa untuk makan Angkasa akan pulang terlebih dahulu ke rumahnya. Ia saat ini dalam keadaan bahagia karena dirinya telah berhasil meningkatkan lagi saham perusahaannya.

Sayang seribu sayang kebahagiaannya sirna ketika melihat tukang kebun di rumahnya memakai pakaian yang bagus dan terlihat masih baru. Ia pun memanggil tukang kebun tersebut. Dirinya sangat yakin kalau Sophia berulah kembali.

"Dari mana kamu mendapatkan pakaian ini?" tanya Angkasa yakin bahwa pakaian yang dipakai pegawainya itu adalah pakaian yang baru saja dibelinya bersama Sophia tadi siang.

"Oh, ini dari Sophia. Sophia menjual pakaian dengan kualitas yang bagus tapi harga yang murah. Semua orang membelinya, karena itulah aku juga membeli salah satunya. Pakaian ini sangat nyaman dipakai."

Angkasa bergegas masuk ke rumahnya, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Arthur. Arthur memakai celana yang berkilau juga.

Angkasa berdiri di lawang pintu kamar Sophia. Sophia sedang sibuk menghitung uangnya.

"Aku kaya...," ucap Sophia mengipas-ngipas uang ke wajahnya.

"SOPHIAAAAAA!"

^^^Follow Ig : maeee331^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!