Sekertaris Yuna masuk ke dalam ruangan Presiden Direktur, ia berjalan menuju meja Ray, siap melaporkan sesuatu.
"Presdir. Kata mereka— nona Ana masih belum kembali." Ucap sekertaris Yuna.
Ray melepas kacamatanya, ia melihat jam tangannya, sudah waktunya makan siang.
"Dimana Yohan?" Tanya Ray.
"Assisten Yohan sepertinya masih belum kembali."
"Aku akan pergi untuk makan siang dengan istriku, sementara urusan perusahaan kau yang urus sampai Yohan kembali."
"Baik presdir. Tapi— presdir. Kenapa anda masih mempercayai assisten Yohan?" Tanya sekertaris Yuna.
Ray menghela nafasnya, ia telah memikirkan ini cukup lama.
"Anggap saja aku memberinya kesempatan kedua. Lagipula, Yohan ada difoto itu bukan berarti dia mengkhianatiku, itu hanya dugaan saja." Ujar Ray.
"Walaupun itu hanya dugaan. Tapi, anda harus tetap berhati-hati, presdir."
"Aku mengerti, kau tidak perlu khawatir."
"Baik presdir."
"Aku pergi dulu, jika ada masalah serius hubungi saja aku."
"Baik presdir."
•••
Direstoran Ana, Alex membuat gadis itu kesal, pria itu memesan banyak menu makanan dengan alasan karena itu gratis.
"Dia bisa membuatmu bangkrut kak." Bisik Kenan, mereka terus melihat Alex yang makan seperti orang kelaparan.
"Nafsu makanmu ternyata besar juga ya tuan Alex." Sindir Ana.
Alex hanya menatapnya dengan senyuman tanpa dosa.
"Aku tidak bisa menyia-nyiakan sesuatu yang gratis."
"Ck. Lain kali aku tidak akan meminta bantuanmu." Ucap Ana sembari meminum habis jus alpukat-nya.
"Kau bisa membuat perutku sakit kalau kau tidak ikhlas mentraktirku."
"Hei, Perutmu mungkin akan sakit karena kau terlalu banyak makan." Ujar Kenan.
"Baiklah baiklah, aku tidak akan makan lagi." Ujar Alex sembari mendorong perlahan piring-piring yang sudah kosong itu menjauh dari hadapannya.
"Dia mengatakan itu setelah memakan habis semuanya." Ucap Kenan.
"Hei bocah, bersikaplah sopan pada orang yang lebih tua darimu." Ujar Alex.
"Ah iya benar, kau memang terlihat sangat tua." Ucap Ana sembari tertawa mengejek Alex, diikuti oleh tawa Kenan yang setuju dengan candaan kakaknya itu.
Mereka terus sibuk mengobrol dan bercanda, sampai tidak tahu kalau mobil Ray terlihat memasuki area parkir restoran itu.
Tak lama kemudian, suami Ana itu masuk ke dalam restoran.
Awalnya Ray tidak menyadari keberadaan Ana yang duduk bersama Alex dan Kenan di meja paling ujung.
Tapi kemudian, suara tawa Ana yang terdengar khas ditelinganya, membuat Ray menoleh dan menyadari keberadaan Ana.
Pria itu menggeram kesal, ketika matanya menangkap sosok Alex yang juga duduk disana.
"Sepertinya kau benar-benar menepati perkataanmu waktu itu. Kau— selingkuh dibelakangku." Ucap Ray, membuat Ana, Kenan dan Alex menoleh ke arahnya.
Ray berjalan mendekat, ia menarik salah satu kursi dan duduk diantara Alex dan Ana.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ana.
"Menangkap basah istriku yang sedang berselingkuh dibelakangku."
"Kalau kau tidak suka, lain kali aku akan selingkuh di depanmu." Ucap Ana dengan santainya, membuat Ray manatap tajam ke arahnya.
"Kak, aku bawa kunci mobilmu, nanti biar aku saja yang membawanya pulang." Bisik Kenan pada kakaknya. Setelah itu, Kenan pergi dengan membawa kunci mobil Ana. Sebenarnya, pria itu sedang kabur karena tidak ingin ikut campur dengan pertengkaran orang dewasa.
"Kenan— "
Ana ingin menghentikan adiknya itu. Tapi, Kenan sudah terlihat berjalan menjauh dari restorannya itu.
"Kelihatannya— kau makan banyak sekali tanpa peduli dengan suamimu yang belum makan apapun." Ujar Ray sembari memandangi piring-piring kosong di depannya itu.
Ana melirik ke arah Alex, ia memberi pandangan pada Alex untuk memberitahu siapa yang sebenarnya memakan semua makanan itu.
"Engg— kak Ray. Sebenarnya— yang memakan semua makanan itu adalah aku. Ana hanya makan sedikit dan minum jus saja." Ujar Alex.
"Aku tidak bertanya padamu, pergilah! Jangan ikut campur urusan rumah tangga orang lain. Dan ingat! panggil istriku dengan benar. Dia itu kakak iparmu, lancang sekali kau memanggilnya hanya dengan menyebut namanya saja." Ucap Ray tanpa menatap adik beda ibunya itu.
Ana menggelengkan kepalanya pada Alex, melarang Alex pergi dari sana, gadis itu kembali memandang Alex dengan penuh arti,
Jangan pergi sialan! Kau harus membantuku menghadapinya.
Maaf, tapi aku tidak punya kekuatan untuk membantumu. — Alex balas menatap Ana dengan tatapan menyesal.
"Ehem." Ray berdehem kesal ketika melihat keduanya malah saling bertatapan.
"Aku akan pergi." Ujar Alex, ia bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan kedua suami istri itu.
"Kau terlihat tidak rela melihatnya pergi." Kata Ray.
"Bukan urusanmu!" Jawab Ana, ketus.
"Buatkan aku makanan. Aku lapar!" Ujar Ray.
"Pesan saja pada pelayan restoran."
"Aku ingin kau memasaknya sendiri untukku" Kata Ray.
"Aku bukan pembantumu!"
"Kau lupa dengan surat perjanjian itu?!"
Ana menatap Ray jengkel. Gadis itu terlihat mendengus kesal karenanya.
"Apa yang ingin kau makan?!" Tanya Ana.
"Apapun yang kau masak." Jawab Ray. Lalu kemudian, Ana berdiri dari duduknya. Gadis itu berjalan dengan langkah malas menuju dapur restoran.
Setelah beberapa menit berlalu, Ana datang dengan membawa semangkuk mie instan. Lalu, memberikannya kepada Ray.
"Kau memberiku mie instan? Apa hanya ini yang bisa kau masak?" Protes Ray yang membuat Ana menghela nafasnya, kesal.
"Saat aku bertanya padamu, apa yang ingin kau makan, kau bilang— apapun yang aku masak! Jadi, terserah aku ingin memasak apa. Kalau kau tidak mau, aku akan memakannya sendiri." Ujar Ana.
Gadis itu mulai mengambil sendok dan garpu. Tapi, ketika ia ingin memakan mie-nya, Ray langsung menarik mangkuk itu dan memakan makanan yang ada di dalamnya.
Melihat sikap Ray itu, Ana hanya bisa menghembuskan nafasnya, kemudian meletakkan garpu dan sendoknya ke atas meja sembari menatap Ray yang makan dengan lahap.
"Ray— kalau kau terus menggangguku, aku takut pada akhirnya kau akan jatuh cinta padaku." Kata Ana.
Perkataannya itu membuat Ray yang sedang makan, tersedak mie yang dimakannya.
"Kau sengaja mengatakannya saat aku sedang makan kan?! Kau sengaja membuatku tersedak ya?!"
Ana memandang Ray tanpa rasa bersalah, ia menatap pria itu dengan ekspresi datarnya.
"Sayang sekali."
"Apa maksudmu?"
"Kenapa kau tidak tersedak sampai mati?" Ucap Ana.
Ray membelalakkan matanya, ia menatap tajam ke arah gadis itu. Tapi, Ana sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan yang Ray berikan padanya. Ana membalas tatapan itu dengan tatapan tanpa dosa.
"Dasar psychopath." Cibir Ray.
"Jangan berharap aku mencintaimu." Ucap Ray, lagi.
"Aku tidak mengharapkannya. Aku hanya berkata kau bisa jatuh cinta padaku kalau kau terus menggangguku. Jadi, berhentilah mengusikku kalau kau tidak ingin jatuh cinta padaku." Ujar Ana.
Ray ingin membalas perkataan Ana itu. Tapi, ketika ia baru saja ingin membalas perkataan itu, tiba-tiba ponselnya berdering.
Sebuah pemberitahuan panggilan masuk dari sekertaris Yuna tertera di layar ponselnya.
"Pergilah, kau terlihat sangat sibuk." Ucap Ana.
"Benarkah? Tapi, sepertinya kau terlihat sangat kecewa."
"Berhentilah bercanda! Angkat panggilanmu dan pergi sini. Badanku sudah terasa gatal karena terlalu lama berdekatan denganmu!"
Ray ingin sekali memaki dan menyumpahi istri kurang ajarnya itu, tapi ia tak punya waktu untuk melakukannya. Lagipula, saat ini dirinya sedang berada di tempat umum, reputasinya akan hancur jika publik melihatnya sedang memaki istrinya dimuka umum.
"Aku akan pergi. Tapi bukan berarti aku melepaskanmu. Tunggu saja, aku akan menghukummu dirumah nanti." Ucap Ray sembari menampilkan sebuah senyum seringaiannya. Setelah itu, ia berlalu pergi dari dalam restoran.
Kepergian Ray membuat Ana menghembuskan nafasnya, lega. Akhirnya ia bisa terbebas dari pria itu, walau hanya untuk beberapa jam kedepan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Romatua Siburian
ada perjanjian tapi tak jelas mana pihak 1 masa pihak 2 yg kasar
2022-09-17
0
xyxy<3
ya ampun Ana masa iya badanmu gatal berdekatan dgn babang Ray🤣🤣🤣
2021-08-19
0
xyxy<3
Ana: Sayang sekali
Ray:Apa maksudmu?
Ana: Kenapa kau tidak tersedak sampai mati
Me:🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-08-19
0