Yohan terus melihat tuannya dari kaca mobil, Ray sejak keluar dari restoran milik Ana tadi terus tertawa sendiri.
"Yohan, lain kali kita akan makan disana lagi."
"Baik tuan." Jawab Yohan.
"Jadi sekarang— menurutmu bagaimana perempuan itu?"
"Dia terlihat profesional dalam bekerja, mandiri dan dewasa, dia sangat berbeda dengan adik tirinya." Kata Yohan.
Ray kembali tertawa ringan,
"Tentu saja berbeda, mereka tidak ada hubungan darah sedikitpun."
"Benar tuan, tapi dia tetap perempuan yang tidak sopan dan keras kepala."
"Ah itu bukan masalah, dengan begitu aku merasa seperti hidup kembali, selama ini semua orang menatapku takut, orang yang bersikap biasa padaku sudah pergi semua." Ujar Ray sembari menatap ke arah luar jendela mobilnya, pria itu tampak menghela nafas beratnya, mengatakan kata 'pergi' mengingatkannya pada sosok ayah dan ibu yang sudah lama pergi meninggalkannya.
"Yohan."
"Iya tuan."
"Bagaimana jika aku menikahi perempuan itu saja?" Tanya Ray, dalam hatinya, ia merasa tertarik dengan Ana, ia merasakan aura menyenangkan saat bertemu perempuan itu.
"Apa itu juga semacam insting tuan untuk menemukan kesenangan saja?"
"Bukan. Ini seperti raja singa yang melakukan locked target. Aku tertarik dengannya karena memang menginginkannya." Jawab Ray dengan nada santainya.
"Tuan— apa tuan yakin untuk menikah? Bukankah tuan Ray berkata ingin menikahi satu gadis di dunia ini, yaitu gadis masa kecil tuan?"
Mendengar perkataan dari Yohan itu Ray kembali terdiam,
Aku memang ingin menikahi satu perempuan dan itu adalah malaikatku, Angel. Tapi sampai sekarang aku tidak menemukannya. Siapa dia dan dimana dia, aku juga tidak tahu, yang aku tahu dia itu Angel, malaikatku. — Batin Ray.
"Bagaimana jika dia sudah melupakanku dan menikahi pria lain?" Tanya Ray yang berasumsi sendiri.
"Jika tuan berpikir seperti itu, pasti tuan tidak akan mencarinya sejak dulu."
Ray membenarkan perkataan assistennya itu, dia memang masih berharap bertemu dengan angel, tak peduli gadis itu sudah memiliki pasangan atau belum, saat ini ia ingin bertemu dengannya, Ray ingin melihat malaikatnya.
"Angel gadis yang sabar dan tidak pernah marah, jika nanti aku bertemu dengannya, aku akan menceraikan istriku kemudian menikahinya, asalkan dia masih mengingatku dan menyukaiku, dia pasti mengerti." Kata Ray.
Itulah masalahnya tuan. Karena nona angel seorang gadis yang baik, jika kalian bertemu kembali pun, ia tidak akan menikahi tuan. Gadis baik tidak mungkin tega melihat perempuan lain menderita karenanya. Dia pasti akan melarang tuan untuk bercerai. — Batin Yohan.
"Apa anda benar-benar yakin akan menikah tuan? Saya merasa gosip seperti itu hanya masalah kecil, anda bisa mengatasinya tanpa menikah."
"Yohan, kau terlihat senang sekali saat orang membicarakan gosip tentang kita, kau membujang sampai berumur 30 tahun. Sedangkan aku— aku saat ini sudah sangat dewasa untuk menikah. Umurku sekarang 28 tahun, jika orang-orang terus melihatku kemana-mana bersamamu dan belum juga memiliki istri, mereka akan percaya dengan gosip itu."
"Bukankah mencintai sesama jenis— "
"Cukup cukup jangan berkata seperti itu, kau membuatku merinding, jangan bilang kau itu benar-benar gay? Pantas saja kau menjadi orang yang paling ribut saat aku memutuskan untuk menikah." Ujar Ray yang menyela perkataan Yohan.
Pria itu tampak bergidik ngeri menatap Yohan yang sedang menyetir.
"Saya masih normal tuan. Saya hanya tidak suka melihat anda menikahi wanita penghibur itu."
"Kalau begitu biarkan aku menikah, aku juga tidak akan menikahi penyihir kecil itu, aku akan menikahi perempuan lain." Ujar Ray dengan senyum seringaiannya ketika mengingat wajah Ana kembali. Yohan yang melihat senyum itu dari kaca mobil merasa heran dengan tuannya saat ini.
"Maksud tuan perempuan yang mana?"
Ray mencibir Yohan, assistennya itu selalu saja membuatnya kesal disaat yang tidak tepat.
"Tentu saja pemilik restoran tadi."
"Nona Keana?"
Ray mengangguk, "Tentu saja, dia sangat menarik."
"Apa tuan menyukainya?"
Ray tertawa terbahak-bahak saat Yohan menanyakan hal itu padanya,
"Tidak mungkin, hatiku ini hanya milik malaikatku, selamanya hanya miliknya." Kata Ray sembari tersenyum menatap langit jingga sore itu, awan putih yang berjalan, kenangannya bersama gadis kecil selalu menghangatkan hatinya.
"Lalu apa rencana tuan?"
"Dia hanya pengganti adiknya. Dia tetap akan menjadi seorang budak yang menggantikan posisi adiknya."
"Kenapa anda memilih nona Keana daripada nona Rachel tuan?"
"Kenapa banyak bertanya, tentu saja karena dia lebih menarik untuk dijadikan budakku dari pada adiknya itu. Apa kau tidak penasaran bagaimana seekor anjing gila yang dijinakkan?"
"Maafkan saya yang terlalu banyak bertanya tuan."
"Sudahlah. Ganti rutemu, kita pergi kerumah orangtua perempuan itu. Aku akan mengatakan pada mereka kalau aku ingin menikahi perempuan itu, bukan adik tirinya."
"Baik tuan."
•••
Ana berjalan lunglai menuju rumahnya, kepalanya pusing, badannya terasa sakit semua, dan lagi, hatinya masih dipenuhi amarah karena Ray.
Hah! pria sialan itu sangat menguras tenagaku, dia menyebalkan sekali, aku berharap tidak bertemu dengannya lagi! Dia bisa membuatku mati muda karena darah tinggi! — Batin Ana.
Ana membuka pintu rumah, tepat saat ayahnya menampar wajah Rachel. 'plak' suara tamparan itu membuat mulut Ana ternganga tak percaya, ia tak pernah melihat ayahnya semarah itu.
"Sayang! Ku mohon hentikan! Dia anakku! Jangan menamparnya lagi, kumohon maafkan dia!" Ibu tirinya itu tampak menghalangi ayahnya yang masih belum puas melampiaskan amarahnya.
"Bagaimana bisa kau melakukan ini?!! Kau benar-benar telah merusak nama baik keluarga!" Ayah Ana berteriak, ia tak dapat menahan emosinya pada Rachel.
"Kumohon maafkan dia sayang." Wanita itu terus merengek meminta ayah Ana untuk memaafkan Rachel.
"Apa yang kau kerjakan dirumah selama ini?! Bagaimana kau mendidik anakmu itu? Bagaimana bisa anak ini hamil diluar nikah?!!"
Ana yang mendengarnya pun semakin terkejut, ia melangkah mendekat ke arah ruang tamu itu. Ana menatap Rachel tak percaya.
"Apa yang akan kita katakan pada tuan Raymond?!!"
Ayah Ana itu, kini seperti orang yang sudah kehilangan akal sehatnya, perasaan Ana campur aduk saat melihat ayahnya menjadi seperti itu.
"Aku akan menggugurkannya." Ucap Rachel tanpa rasa bersalah, ia terlihat santai saat mengatakan tentang menggugurkan kandungannya.
"Tidak! Apa kau gila?! Kau ingin membunuh anakmu sendiri?!" Ujar Ana.
Ana sangat menolak pemikiran Rachel, sekalipun ia tidak berharap adanya anak haram dikeluarganya, tapi bayi dalam kandungan Rachel itu adalah makhluk kecil yang tak berdosa, ia punya hak untuk tetap hidup, sekalipun bayi itu anak haram.
"Lalu aku harus bagaimana?! Apa yang harus aku lakukan?!" Rachel menangis histeris, ia juga merasa frustasi dengan apa yang terjadi.
Ana membantu Rachel untuk duduk di sofa, sebenci apapun ia pada adik tirinya itu, tetap saja ia merasa iba melihat kondisi Rachel sekarang ini.
"Tenangkan dirimu dulu, pasti ada solusi, kita bisa mencoba meminta syarat lain pada pria itu." Ujar Ana sembari mensejajarkan dirinya dengan Rachel yang kini telah duduk di kursi sofa.
"Tidak mungkin semudah itu! Tuan Ray bukan orang yang mudah dibujuk." Kata Rio.
Apa dia pantas di sebut kakak?! Orang lain susah payah menenangkan adiknya yang putus asa seperti ini, tapi dia malah membuat adiknya semakin down. — Batin Ana, ia menatap Rio kesal.
"Siapa pria itu?!" Tanya Ayah Ana yang masih saja ingin melampiaskan amarahnya pada Rachel. Ibu tiri Ana pun sampai terlihat kewalahan menenangkan sang ayah, jika saja Rio dan Kenan tidak membantu, pasti Rachel sudah habis oleh ayah Ana.
"Aku tidak tahu." Jawab Rachel yang masih gemetar, matanya tak henti-hentinya mengeluarkan deraian air bening.
"Apa kau tidak punya jawaban lain?! Kau pikir dengan menjawab 'tidak tahu' dapat menyelesaikan semuanya?!" Kenan yang biasanya hanya diam, kini angkat bicara.
Ana menggelengkan kepalanya ke arah adik laki-lakinya itu, 'jangan ikut campur'. Kenan yang melihatnya kembali diam, menuruti permintaan kakaknya.
"Katakan Rachel! Siapa ayah anak itu?!" Tanya ayah Ana, lagi.
Rachel semakin menangis, membuat semua orang dibuat geram olehnya, apa susahnya menyebutkan nama pria yang sudah menghamilinya.
"Rachel katakan saja, katakan siapa dia, siapa pria yang membuatmu seperti ini?" Rio pun ikut menanyakan hal yang sama. Tapi, Rachel tetap diam tak menjawab, bibirnya itu hanya bisa mengeluarkan suara isakan saja.
"Rachel~" Ana memanggilnya lembut, ia menepuk-nepuk bahu Rachel, memberikan dukungan pada gadis itu.
"Tak apa, katakan saja ya." Ujar Ana.
"Katakanlah nak, siapa pria yang berani menghamilimu?" Kini ibu Rachel pun juga ikut menanyakanya.
"Aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak tahu! Kenapa kalian menanyakan hal yang tidak bisa kujawab!" Rachel menepis tangan Ana yang masih terus mengelus bahunya.
"Apa maksudmu Rachel?" Tanya Ana yang tidak mengerti dengan perkataan Rachel.
"Tidak. Jangan katakan kau itu memang wanita penghibur."
Semua orang diruangan itu terdiam, menatap Rachel yang masih menangis.
"Rachel katakan kalau itu tidak benar!" Ibu Rachel berteriak histeris pada anaknya itu. Ia mengguncang tubuh anaknya, berharap Rachel menjawab tidak, namun pada akhirnya perempuan itu menganggukkan kepalanya lemah. Seolah tak ada jawaban lain, Rachel memilih untuk menerima dugaan itu.
"Jadi katakan pada kami, siapa pria terakhir yang tidur bersamamu?" Rio bertanya pada Rachel, namun adiknya itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Astaga— aku sangat ingin mencakar wajahnya." Kenan sepertinya orang yang paling geram dengan Rachel, melihat perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya terus-menerus, membuat ubun-ubunnya seakan mendidih.
"Kenan." Ana kembali mengingatkan Kenan untuk tidak ikut campur.
"Dia itu membuat orang lain merasa kesal kak. Apa mulutnya itu tidak bisa berkata-kata lagi?!" Ujar Kenan.
"Jika kalian bertanya siapa pria terakhir yang tidur bersamaku, aku bisa menjawabnya tapi bukan berarti dia ayah dari anak ini. Karena semalam, kemarin malam, lalu kemarinnya lagi dan seterusnya aku tidur dengan pria yang berbeda setiap malamnya! Apa kalian puas dengan jawabanku?!" Pernyataan Rachel itu semakin membuat terkejut semua orang. Entah dia berkata jujur atau tidak, tapi kenyataan bahwa gadis itu telah mengatakannya dengan mulutnya sendiri, orang pasti akan mempercayainya.
"Waah— Kau ternyata sangat hebat di ranjang ya nona Rachel." Suara tepuk tangan dari seorang pria, membuat hening semua orang.
Ray muncul dari balik pintu masuk rumah, tidak lama setelah Ana masuk kerumahnya, Ray datang, pria itu melihat pintu rumah yang terbuka, lalu ia mendengar suara keributan dari dalam. Pria itu pun akhirnya memutuskan untuk mendengarkan semua keributan itu dari luar dan menunggu saat yang tepat untuknya masuk ke dalam rumah itu.
Seperti bom waktu yang akhirnya meledak, itulah Ray, pria yang ditakutkan atas masalah yang sedang terjadi ini.
Lalu, Bagaimana mereka akan menjelaskan kekacauan ini pada presiden direktur TNP group itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
syukurlah,....rey tahu sendiri.....
2021-11-07
0
Rulikyuni
menurutku beda ama dania saga, klo ana lebih strong drpd dania
2021-09-13
0
✰͜͡v᭄pit_hiats
resep yeh mun ges kieu th... sok dur der kadinya🎤🎤🎤🎤🎤
2021-08-03
0