Malam sudah sangat larut, Ana baru saja pulang dari restorannya, ia merasa lelah di sekujur tubuhnya, gadis itu melangkah masuk kedalam rumah. Namun, ketika kakinya baru saja melangkah memasuki ruang tamu, terdengar olehnya suara keributan dari arah ruang keluarga.
Ana menghela nafasnya sejenak, ia akan mencoba mengabaikan keributan itu, lebih baik baginya untuk ikut campur.
Gadis itu kemudian kembali melangkahkan kakinya, ia terus berjalan menuju tangga yang tak jauh dari ruang keluarga.
"Ana" panggil ayahnya, membuat Ana mengurungkan niatnya untuk menaiki tangga itu, ia kemudian menoleh ke arah sang ayah.
"Ada apa?" Tanya Ana.
"Kemari." Pinta sang ayah.
Ana melangkah lesu menghampiri ayahnya yang berdiri di dekat ibu tirinya, ia sangat malas berada satu tempat bersama ibu tirinya yang suka pilih kasih itu.
"Apa?" Tanya Ana lagi.
"Ya ampun. Lihat anak ini, apa kau sama sekali tidak peduli dengan departemen store ayahmu saat ini?! Kau bahkan tidak berbuat apapun." Ujar Ibu tirinya itu sembari menatapnya dengan tatapan sinis.
Ana hanya diam tak peduli dengan ucapan si ibu tiri, ia mengalihkan pandangannya kembali pada sang ayah.
"Ayah— apa ayah lupa? Kemarin malam Ana sudah mengatakannya pada ayah. Ana akan membantu perusahaan ayah dengan uang tabungan Ana."
"Ana, kalau hanya mengandalkan tabungan dan penghasilan dari restoranmu saja, itu tidak akan mencukupi semuanya. Kau tenang saja, kita sudah menemukan jalan keluarnya." Ujar Rio, si kakak tiri.
"Sudah menemukan jalan keluar? Secepat ini? Kau sedang tidak ditipu lagi kan?! Kak— kau harus ingat! departemen store ayah jadi down seperti ini karena kebodohanmu yang mudah tertipu oleh para investor palsu." Kata Ana.
"Ana! Lancang sekali berbicara seperti itu pada kakakmu." Bentak Ibu tirinya. Tapi, Ana hanya diam tak menghiraukan.
"Kali ini bukan perusahaan kecil atau palsu yang menjadi investor kita." Ucap Ayahnya yang mulai menjelaskan pada Ana.
"Lalu perusahaan seperti apa yang mau membantu departemen store yang sudah sepi pembeli? Perusahaan level menengah pun pasti akan berpikir dua kali." Kata Ana.
"Kau tenang saja Ana, perusahaan yang akan membantu kita adalah perusahaan yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis, TNP group, mereka akan menjadi investor utama perusahaan departemen store keluarga kita." Ujar Rio.
Departemen store keluarga kita? Dia pikir— sekarang perusahaan itu sudah menjadi miliknya? Enak saja! itu perusahaan milik keluargaku, sialan!
Eh, tunggu— dia bilang apa tadi? TNP group menjadi investor utama perusahaan yang hampir jadi debu ini? Yang benar saja?!
Ana memperlihatkan wajah terkejutnya saat menyadari nama perusahaan besar itu disebut oleh kakak tirinya.
"Kau bercanda? Perusahaan seperti itu tidak mungkin mau melakukannya, jangan bercanda." Ujar Ana masih tak percaya.
"Dia serius Ana, mereka akan menjadi investor utama perusahaan keluarga kita, tapi— "
"Tapi apa ayah? Aku yakin perusahaan seperti itu tidak mungkin dengan mudah memberi modal tanpa ada untung besar bagi mereka. Pasti mereka memberi persyaratan atau sesuatu yang sejenisnya, katakan padaku ayah, apa benar begitu?" Ana menggoyangkan lengan ayahnya. Farhan - ayahnya itu kembali menghela nafas beratnya.
"Itu yang sedang kita diskusikan, persyaratan dari CEO-nya itu, dia ingin Rachel menikah dengannya. Tapi— Kau tenang saja, CEO perusahaan itu bukan orang yang sudah tua atau berkeluarga, dia seumuran dengan kakak." Ujar Rio.
Tenang? Tenang kepalamu! Bagaimana mungkin hanya dengan menikah dia mau menolong perusahaan ayah. Apa dunia bisnis sekarang seperti permainan? Sangat tidak logis**. — Pikir Ana.
"Tapi pernikahan itu hanya untuk menutupi gosip tentang tuan Ray yang dikatakan gay. Rachel hanya akan mendapat status sebagai istri di mata publik, sedangkan bagi tuan Raymond dia hanya akan menjadi— " Rionardo menggantungkan kata-katanya, ia sebenarnya merasa tidak senang dengan syarat ini. Karena, bagaimanapun juga, Rachel adalah adik kandungnya, ia tidak ingin kehidupan adiknya menjadi sangat menyedihkan karena pernikahan ini.
"Menjadi apa?" tanya Ana yang masih menatap kakak tirinya itu.
"Menjadi mainan bagi tuan Raymond" Rachel menyambung kata-kata kakaknya tanpa merasa sedih sedikitpun, ia malah terlihat senang dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Kalian gila?! Tidak tidak, kalian harus batalkan perjanjiannya." Ujar Ana.
"Hei, kau pikir semudah itu membatalkannya?! Lagipula, aku dan kak Rio sudah susah payah berjuang mendapatkannya dan kau dengan mudahnya menyuruh kami untuk membatalkan perjanjiannya, itu tidak akan terjadi." Kata Rachel sembari tersenyum sinis ke arah Ana.
"Lagipula, kalau kita membatalkannya, itu sama saja kita sedang mempermainkan tuan Raymond, jika dia tersinggung kita bisa hancur Ana." Ujar Rio yang terus mencoba membuat Ana dapat mengerti situasi saat ini.
"Tapi itu persyaratan yang tidak masuk akal, keluarga kita hanya akan terlihat rendah baginya. Bagaimana bisa kau begitu tenangnya mendapat persyaratan seperti itu?! Pernikahan itu bukan permainan, itu hal yang sakral." Kata Ana.
"Kak Ana, aku yang mengusulkan saran itu pada tuan Raymond. Aku yang meminta dia menjadikanku istrinya. Kau memangnya tidak tahu ya? Betapa beruntungnya aku bisa menikah dengan seorang Raymond Yuan Gavin? Walaupun hanya menjadi boneka dan mainannya saja, itu bukan masalah bagiku."
Ana menatap Rachel tak percaya, dia kerasukan setan ya? Benar-benar sudah tidak waras. — Pikir Ana.
"Kau terlalu polos untuk hal seperti itu, lagipula itu sama saja seperti menyelam sambil minum air." Kata Ibu tirinya yang sedang membantu Rachel untuk beradu kata dengan Ana. Wanita paruh baya itu bahkan tidak terlihat sedih sama sekali, disaat anak kandungnya akan menjadi mainan orang lain, ia terlihat begitu santai.
Ana tak dapat berkata-kata lagi dengan pemikiran kedua wanita sedarah itu, mereka benar-benar ibu dan anak yang sama-sama gila.
"Lagipula jangan berpura-pura khawatir terhadapku, bukankah kau sangat membenciku? Jadi— tidak perlu ikut campur dengan urusan pribadiku. Aku akan menikah dengan siapa itu bukan urusanmu."
Benar juga yang Rachel katakan, dia menikah dengan siapapun bukan urusanku, kenapa aku harus merasa khawatir padanya? Ayolah Ana, itu bukan urusanmu. Tapi— masalahnya bukan itu! Ini juga menyangkut harga diri keluargaku. Kalau Rachel bersikap seperti itu, sama saja keluarga ini seperti melahirkan benih rendahan. Aku tidak mau.
Ana tampak kalut dengan pikirannya, terlihat dirinya berulangkali menghembuskan nafas kesal.
"Terserah kalian sajalah. Aku sudah mengingatkan kalian— dan terutama kau Rachel, jangan bertindak bodoh, jaga nama baik keluarga ini. Aku tidak mau nama keluargaku menjadi rendah karena ulahmu." Ujar Ana yang mulai menyerah dengan perdebatan ini.
Gadis itu kemudian pergi dari hadapan mereka. ia melangkahkan kakinya menaiki tangga dengan hati yang kesal, masuk ke kamarnya, menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur, memejamkan matanya dan mencoba melupakan semua yang terjadi.
•••
"Tuan, semua yang anda perintahkan tadi sudah terselesaikan." Ray tersenyum puas.
"Bagus"
"Tuan, apa anda yakin akan menikah dengan perempuan itu? Kalau hanya ingin menutupi gosip— bukankah anda tidak harus menikah dengan perempuan itu? Atau— saya bisa mencari perempuan lain yang sesuai dengan anda." Kata Yohan yang masih terus merayu tuannya agar membatalkan persyaratan dari gila itu.
"Yohan." Reymond mengalihkan pandangannya pada sebuah lukisan singa yang sedang memburu mangsanya.
"Apa kau tahu kenapa raja singa di lukisan itu hanya memburu satu rusa itu saja, sedangkan di sana banyak rusa lain yang lebih dekat dengannya?" Tanya Ray.
"Maafkan saya tuan, saya tidak tahu"
"Itu semacam insting atau naluri."
"Apa tuan tertarik pada perempuan itu?" Tanya Yohan hati-hati. Ia berharap kalau Ray tidak menyukai perempuan rendahan seperti Rachel.
"Bukankah sudah kukatakan kalau ini adalah instingku! Aku merasa sesuatu yang menyenangkan akan terjadi jika mengikuti kemauan perempuan itu." Ray terdengar sangat kesal dengan Yohan yang masih belum paham dengannya.
"Maafkan saya tuan, maaf atas kebodohan saya."
"Lupakanlah maafmu itu. Aku juga tidak akan mencintai perempuan murahan dan rendahan seperti dia. Memiliki satu yang seperti itu dirumah saja— sudah membuatku merasa frustasi." Ujar Ray.
"Maksud tuan— ibu tiri tuan?"
"Jangan menyebutnya dengan kata ibu saat tidak ada media dan relasi bisnis pentingku. Apa kau belum paham juga?"
Yohan merutuki dirinya yang terus bertindak bodoh, ia merasa tidak seperti dirinya yang biasanya, padahal sebelumnya ia sangat pandai dan tidak pernah membuat tuannya itu marah ataupun kesal.
"Maaf tuan"
"Lupakan saja, ah iya! Tambahkan disurat perjanjian ini, kalau aku sebagai pihak pertama adalah raja yang harus dituruti semua perintahnya tanpa terkecuali, jika menolak maka departemen store mereka akan menjadi milik TNP group."
"Baik tuan"
"Gunakan kertas yang hanya terlihat tulisannya saat terkena air dan letakkan di akhir halaman surat perjanjian, katakan saja pada perempuan bodoh itu kalau halaman itu hanyalah kertas kosong yang akan diisi tentang kompensasinya jika terjadi perceraian."
"Baik tuan" Jawab Yohan yang di akhiri dengan senyuman, ia bersyukur, ternyata tuannya tidak sedang dibodohi, tapi tuannya itu sedang mencari target yang bagus untuk menjadi mainannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
✰͜͡v᭄pit_hiats
tinggal baca hungkul ge ah, sok rariwuehhh.. ahh baledog gera🙄🙄🙄🙄🙄
2021-08-03
0
Desak Fery
awalx emg mirip.tp setelah baca ini lebih menarik krn gavin lebih licik
2021-03-01
0
Heriani
up
2020-12-25
0