Pagi hari, kembali terdengar suara bising dari rumah itu, bahkan rasanya kali ini lebih gaduh dari semalam.
tok.tok.tok
Ana enggan membuka pintu kamarnya, ia masih merasa mengantuk, semalaman dirinya tidak bisa tidur dengan tenang, karena pikirannya dipenuhi dengan masalah yang sedang terjadi.
"Kak! Kak Ana!" Suara itu membuat Ana membuka matanya lebar, 'Kenan?' gumam Ana dalam hatinya.
Dengan gerakan cepat, Ana turun dari tempat tidurnya, gadis itu berjalan lunglai menuju pintu kamarnya, lalu kemudian membuka pintu kamar itu.
Disana terlihat sosok pria muda yang merupakan adik kandungnya, Kenan berdiri dihadapan Ana dengan raut wajah panik.
"Ada apa? Kenapa kau terlihat panik seperti itu?" Tanya Ana khawatir.
"Itu— di rumah ada tuan Raymond."
"Raymond? siapa?" Tanya Ana yang masih belum bisa mengoneksikan kepalanya dengan baik.
"Raymond Yuan Gavin! CEO TNP group, dia datang kerumah kita, sekarang diruang tamu"
Ana menyatukan kata-kata adiknya itu satu demi satu, perlahan lintasan ingatan perdebatan semalam mulai kembali mengelilingi pikirannya.
Maksudnya Raymond yang minta syarat aneh itu? Sekarang apalagi yang akan terjadi? Astaga— kenapa keluarga tiriku suka sekali membuat masalah!?! Menyebalkan. — batin Ana
"Eh? Kakak mau kemana?" Tanya Kenan, ketika melihat Ana yang tiba-tiba berlalu melewatinya begitu saja. Gadis itu berjalan keluar kamar menuju ruang tamu.
Ana menuruni tangga sembari menunjukkan aura dingin dan ekspresi datarnya. Dengan santai, gadis itu kemudian duduk di kursi sofa yang berada tepat di depan Ray. Ia memandang pria itu cukup lama, mengeluarkan pancaran ketidaksukaan yang begitu kentara.
Beraninya dia menatapku seperti itu. — pikir Ray dalam hatinya.
Detik selanjutnya, Ana berpura-pura tersenyum sopan pada Ray. Kemudian, ia tampak bersiap-siap untuk mengatakan sesuatu yang sepertinya sudah lama ingin ia katakan.
"Sebelumnya saya ingin minta maaf pada anda. Karena kemungkinan besar perkataan saya nantinya akan menyinggung hati kecil tuan Raymond. Saya— "
"Ana!" Keluarganya yang lain tampak sangat panik, mereka khawatir kalau Ana mengatakan sesuatu yang dapat membuat Ray marah.
Gadis ini sepertinya tidak takut sama sekali padaku. Yaa— cukup menarik. Baiklah, kita lihat saja apa yang akan dikatakannya, apa dia juga akan memohon untuk dinikahi olehku? — pikir Ray
Tidak boleh takut Ana! Kau sudah melakukan hal yang benar. Bagaimana mungkin aku hanya akan diam saja saat keluargaku dibodohi olehnya. Walaupun Rachel adik tiriku, tapi— namanya juga sudah tercantum di dalam daftar keluarga. Aku hanya tidak ingin harga diri keluargaku dipandang rendah oleh pria angkuh ini. — Ana terus berusaha meyakinkan dirinya untuk tetap percaya diri dan teguh pendirian.
"Jika anda mengajukan persyaratan yang tidak bermartabat seperti itu, lebih baik anda batalkan saja kontrak bisnis ini." Kata Ana.
Gadis itu mengatakannya tanpa ekspresi takut sedikitpun. Padahal, sebenarnya hatinya itu merasa sangat takut, ia takut kalau tindakannya ini akan menambah masalah yang sedang terjadi.
Benar-benar diluar dugaanku. Tadi berani menatapku dengan tatapan seperti itu, lalu sekarang berani menyuruhku sesuka hatinya. — Batin Ray.
"Kak Ana! Apa maksud perkataanmu itu?! Berhenti berpura-pura peduli padaku! Kau pikir— kau itu siapa?! Jangan mencampuri urusan pribadiku!" Ujar Rachel sembari berdiri dari duduknya. Gadis itu berniat menampar wajah Ana, tapi ketika dirinya ingat bahwa ada seorang Ray di hadapannya, Rachel memilih untuk mengurungkan niat buruknya itu.
Ana yang tadinya melihat Rachel berdiri dengan membawa segenggam emosi pun ikut bangkit dari duduknya. Tanpa gentar, ia menatap ke arah Rachel yang saat ini berdiri di samping ibu tiri Ana.
"Kau pikir— semua ini hanya tentang urusan pribadimu? Tidak! Ini semua juga menyangkut masalah harga diri keluarga kita! Apa kau tidak paham maksud dari persyaratannya itu? Kau hanya akan menjadi budak baginya, begitupun juga dengan keluarga kita! Seumur hidup hanya akan terus menuruti semua perkataannya!" Kata Ana.
Ibu kandung Rachel yang mendengar perkataan Ana itu pun semakin terselimuti oleh rasa kesal dan emosi, hingga membuatnya tak dapat mengendalikan diri lagi, tangan itu— tangan wanita paruh baya itu menampar wajah Ana, menimbulkan bunyi suara 'plak' yang terdengar cukup keras di telinga semua orang.
Seluruh ruangan pun terkejut melihat hal itu, mereka semua terkejut dengan tindakan yang wanita paruh baya itu lakukan. Kecuali— Ray, pria itu satu-satunya orang yang terlihat menikmati setiap adegan yang menurutnya sangat menarik.
"Adikmu itu sudah mengorbankan dirinya untuk membantu perusahaan keluarga! Tapi kau selalu saja menjadi pembuat masalah! Astaga, kau pikir— kau ini yang paling pintar dan maha benar ya?!" Tanya Yurina— ibu tiri Ana itu dengan nada suara penuh sindiran dan ejekan.
Dalam waktu beberapa menit, Ana hanya terlihat diam membisu. Namun, pada detik waktu berikutnya, gadis itu menatap tajam ke arah Yurina— ibu tirinya itu. Ana memegang lengan wanita itu dengan kuat, hingga membuat wanita paruh baya itu meringis merasa kesakitan.
"Jika bukan karena kau dan anak perempuanmu yang suka menghabiskan uang, dan juga anak laki-lakimu yang mudah tertipu. Perusahaan keluargaku tidak akan mengalami krisis seperti ini! Jadi— berhenti bersikap kalau dirimu itu adalah ibuku dan jangan pernah berpikir kalau kau itu nyonya dirumah ini!" Balas Ana dengan perkataan tajamnya.
Ana melepaskan cengkramannya pada tangan ibu tirinya itu. Lalu kemudian, ia berjalan meninggalkan ruang tamu itu. Tapi beberapa langkah kakinya berjalan, Ana tiba-tiba berhenti sejenak untuk mengucapkan sebuah peringatan pada ibu tirinya.
"Aku bisa saja mematahkan tangan orang yang baru saja menamparku. Tapi— hanya wanita rendah yang melakukan hal rendah seperti itu, sangat menjijikan bagiku."
Setelah puas mengatakannya, ia kembali melangkah pergi, diikuti Kenan yang terlihat khawatir dengan kakaknya itu.
Di dalam kamar, Ana jatuh terduduk dilantai, ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
"Kakak!" Kenan panik dengan kondisi kakaknya, pria itu sesegera mungkin mendekati kakaknya yang terjatuh di lantai. Terlihat olehnya, wajah Ana telah memucat.
"Aku baik-baik saja, tapi— bisakah kau bantu kakak berdiri?!" Pinta Ana.
Dengan gerakan cepat, Kenan sesegera mungkin membantu kakaknya itu berdiri. Tapi, saat ia merasa kalau Ana terlalu lemah, Kenan akhirnya memilih menggendong sang kakak. Pria muda itu membaringkan kakaknya di atas tempat tidur dengan hati-hati.
"Apa masih sulit bernapas?" Tanya Kenan.
Ana menggelengkan kepalanya, ia tersenyum pada adiknya itu.
"Tidak, terimakasih."
"Oh iya! Sepertinya— aku perlu membalas penyihir tua itu?"
"Tidak— tidak Kenan, biarkan saja mereka."
"Tapi perbuatannya itu sudah sangat keterlaluan! Beraninya dia menampar kakak di depan tamu." Ujar Kenan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Aku baca lagi karna aku lupa ceritanya spt apa 😌😌😌
2021-10-22
0
Azzalfa Haura Nazhyfa
suka wanita yg g bs di tindas
2021-07-27
0
Elly
aku suka sama cerita wanita tangguh dan tegar walaupun rapuh didalem tapi tidak ditunjukan didepan orang lain
2021-07-22
0