Ana tampak sibuk memeriksa beberapa lembar kertas di depannya.
Ana adalah gadis hebat yang mampu menjalankan bisnisnya sendiri dari nol, setelah melewati beberapa kali rintangan, ia akhirnya bisa sukses seperti ini karena jerih payahnya selama dua tahun terakhir.
Suka duka ia lalui untuk membangun bisnisnya, gigih dan tetap optimis itu adalah sifat turunan dari mendiang sang ibu.
"Kak Ana." Kenan masuk ke dalam ruangan Ana dengan senyum cerianya.
"Eh, kenapa tiba-tiba datang kemari? Ada apa?" Tanya Ana sembari meletakkan sebuah dokumen yang di pegangnya itu ke atas meja kerjanya. Ia kemudian berjalan ke arah sofa yang ada di sana.
"Duduklah." Ucap Ana.
Kenan menuruti perintah kakaknya itu, ia kemudian duduk di sebelah Ana.
"Apa kau sudah makan?" Tanya Ana.
"Sudah, sebelum kemari aku makan bersama teman." Kenan menjawabnya dengan senyum yang tak seperti biasanya.
"Ah kau ini, teman atau pacar?" Tanya Ana sembari menepuk pelan bahu adiknya itu.
Kenan tertawa ringan,
"Aku baru saja menyatakan perasaanku padanya. Ah! sampai sekarang pun jantungku— rasanya masih berdebar sangat kencang." Ujar Kenan yang mampu membuat Ana tersenyum lebar.
"Kakak tidak melarangmu untuk mempunyai kekasih, asalkan itu tidak menggangu kuliahmu, tidak masalah. Dan kau juga harus bisa mengatur waktu dengan baik, jangan lupa untuk tetap belajar." Kata Ana yang dibalas anggukan kepala oleh Kenan.
"Iya, aku mengerti." Jawab Kenan.
t**ok.tok.tok**
"Bos, boleh saya masuk?"
"Masuklah."
"Kak, kalau begitu aku pergi pulang duluan ya. Kakak kelihatannya sibuk sekali, aku tidak ingin mengganggu." Ujar Kenan.
"Apa kau kecewa?"
"Ah tentu saja tidak, lagipula— aku datang kemari hanya mampir untuk memberitahukanmu hal itu." Jawab Kenan.
"Ck. Dasar kau ini. Kalau begitu pergilah." Ucap Ana yang tampak berpura-pura marah pada adiknya itu. Kenan hanya bisa tertawa ringan, pria itu kemudian meninggalkan ruangan.
"Bos, ada tamu VIP." Kata pegawainya itu dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Tamu VIP? Apa sebelumnya dia sudah menghubungi kita untuk menyiapkan tempat?"
"Belum, pria itu tiba-tiba datang dan dia langsung menanyakan ruangan VIP. Setelah itu, dia masuk kesana dan meminta kami untuk memanggil pemilik restoran." Jawab karyawan itu.
Setelah mendengar penjelasan dari karyawan seniornya itu, Ana berjalan keluar ruangan, di luar tampak para karyawan-nya telah berbaris rapi menunggu perintah.
"Saya meminta kerja sama kalian, tolong pegawai senior ikut saya masuk ke dalam ruangan itu." Ujar Ana sembari melangkahkan kakinya menuju ruangan khusus VIP.
Mendengar perkataan Ana, beberapa pegawai seniornya langsung mengikutinya dari belakang.
Sebelum masuk keruangan itu, Ana berhenti sejenak, ia menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskanya perlahan. Kemudian, sebuah senyum ramah terukir di wajahnya.
"Selamat siang tuan— " Ana menggantungkan kalimatnya karena terkejut melihat siapa yang duduk di dalam ruangan itu.
"Ah jadi ini restoranmu ya?" Pria itu menatap Ana dengan senyum palsunya.
Apa yang dia lakukan disini?! Apa tujuannya datang kemari?! Dia ingin membuat masalah denganku ya?! Oh tidak, kau harus sabar Ana, sabar, kau harus profesional, sekarang kau sedang bekerja, tidak boleh terbawa emosi dari masalah keluarga**. — Batin Ana.
Gadis itu kemudian kembali memasang senyum ramahnya, ia membungkuk hormat pada pria bernama Ray itu.
"Selamat siang, tuan Raymond." Ana memberi isyarat pada karyawannya untuk memberikan buku menu kepada Ray.
"Silahkan pesan makanan anda. Jika tuan Ray membutuhkan rekomendasi, kami akan merekomendasikan beberapa makanan yang biasa dipesan oleh VIP." Ujar Ana yang mulai menjelaskan satu persatu menu populer yang biasa dipesan oleh pelanggan VIP-nya.
"Beri aku air putih." Ucap Ray dengan raut wajah tanpa dosa.
Air putih? Apa?! dia pesan air putih? Hanya air putih?!! Jika hanya ingin minum air putih beli saja di mini market atau ambil di rumahmu sendiri! Kenapa harus susah payah datang ke restoran ku?! Apa yang sedang kau rencanakan bedebah sialan! — Batin Ana.
"Maaf tuan, jika anda hanya ingin minum air putih, bukankah lebih baik anda duduk di tempat biasa, tidak perlu masuk ke dalam ruang VIP." Ucap Ana.
"Jadi— maksudmu aku tidak pantas masuk ke dalam ruangan ini?!"
Cih, apa-apaan sikapnya itu. Ya, tentu saja kau pantas! sangat pantas sekali. Tapi— sifat burukmu itu membuat ruangan ini ber-aroma tidak sedap, aku tidak suka itu. — Batin Ana.
"Bukan seperti itu tuan, masalahnya—"
"Yohan! Aku rasa pelayanan direstoran ini sangat buruk."
Setelah mendengar ucapan dari tuan-nya. Assistennya itu tampak mengetik sesuatu pada minipad-nya. Ana yang langsung tahu apa itu, ia merebut minipad itu dari tangan Yohan.
"Maaf tuan, anda tidak bisa seenaknya memberikan review buruk pada restoran kami. Anda bahkan belum memesan apapun, bagaimana anda bisa memberikan nilai pada restoran kami."
"Aku sudah memesan air putih tadi, tapi kau malah mengusirku keluar."
Apa yang sebenarnya dia inginkan?! Ah! Ingin sekali aku mencekik lehernya! — Batin Ana.
"Tuan— saya tahu bukan sekali ini tuan datang ke tempat makan dengan ruang VIP, tentu tuan lebih paham dari saya bagaimana prosedur ruangan khusus seperti ini." Ujar Ana.
Perempuan ini sedang menyindirku ya? Ia menganggapku seolah aku ini baru pertama kalinya datang ke tempat VIP?! Rasanya kesal sekali mendengarnya. — Batin Ray.
"Tuan, apa anda ingin pergi ke tempat makan lain?" Tanya Yohan, ia merebut kembali minipadnya dari tangan Ana, untung saja Ana sudah menghapus tulisan review buruk tadi.
"Tidak perlu. Aku akan makan disini! Aku pesan semua yang ada di dalam daftar menu." Ray mengatakan itu sembari menatap Ana, tatapannya itu seakan mengatakan 'jangan menghinaku, aku bahkan mampu membeli restoranmu'.
Ana membalasnya dengan senyum sinis, namun hanya sesaat, selanjutnya ia menampilkan senyum ramahnya kembali.
"Baik tuan, apa ada yang anda perlukan lagi tuan?"
"Pergilah sebelum nafsu makanku hilang karena melihat wajah burukmu itu."
Tikus sialan ini! Beraninya mengatakan wajahku buruk! Kau tahu?! Semut saja berkata kalau aku ini berwajah malaikat, matamu itu mungkin bermasalah tuan Raymond! — Batin Ana kesal.
"Baik tuan, mohon tunggu pesanan anda, kalau begitu saya permisi." Ana mundur perlahan, kemudian berbalik untuk membuka pintu ruangan itu dan pergi dari sana setelah menutupnya kembali.
Di luar ruangan VIP, Ana tampak mengibaskan tangan berulangkali di wajahnya. Rasa emosinya membuat dirinya merasa gerah.
"Bos, baru sekali ini saya melayani VIP yang membuat emosi seperti itu." Ujar salah satu karyawan seniornya.
Ana menatap karyawannya itu sejenak, kemudian ia menepuk bahu karyawannya itu berulang kali, memberikan semangat.
"Bukankah dia presdir TNP group?"
"Ah iya, dia— Raymond Yuan Gavin?"
"Aku tidak percaya, bisa melihatnya disini."
Obrolan gosip dari para karyawannya itu pun dimulai. Tapi Ana hanya diam saja, ia sudah cukup malas untuk berkata-kata lagi, rasanya— seluruh energinya telah terkuras habis karena menghadapi pria tadi.
"Apa bos mengenalinya juga?"
"Apa?" Tanya Ana sembari meneguk segelas air dingin yang di berikan oleh karyawan-nya.
"Apa bos dari awal juga sadar kalau dia itu presdir TNP group?"
Ana tampak menghela nafasnya sesaat, ia kemudian menatap para karyawan itu.
"Kalian jangan hanya bergosip saja, cepat lakukan pekerjaan kalian. Kalau kalian terlambat menghidangkan makanannya, dia pasti akan menjadi sangat merepotkan. Cepat, kembali bekerja." Ujar Ana.
"Baik bos." para karyawan itu kemudian berhambur pergi dari sisi Ana, mereka kembali ke posisinya masing-masing.
Melihat karyawan sudah pergi dari pandangannya, Ana kembali meminum air dinginnya, batu es yang ada di dalam gelas itu pun tak terasa dingin dimulutnya. Biasanya, ia akan merasa ngilu saat menggigit batu es itu. Tapi, kali ini emosinya mampu membuat Ana seolah mati rasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
gw demen nih awal2 kek gini,.....tom jery
2021-11-07
0
Oi Min
Gue suka gaya loe....
2021-01-07
0
Juli Mahtin
ana aq suka cara mu
2020-09-07
0