Ana seperti seorang detektif swasta yang sedang memantau pelaku kejahatan dari dalam mobilnya, saat ini dirinya berada di parkiran kampus Kenan.
Flashback on~
Mengulang kembali curhatan Kenan, pagi ini adik laki-lakinya itu datang ke restorannya dengan wajah masam. Kenan tiba-tiba datang dan langsung memeluk Ana.
"Ada apa denganmu?" Tanya Ana.
Kenan hanya diam tak menjawab.
"Kau sakit?" Tanya Ana lagi.
"Aku butuh pelukan kakakku saat ini." Ujar Kenan dengan nada sendunya.
"Kau ada masalah? Ceritakan pada kakak."
"Pacarku selingkuh." Keluh Kenan.
"Kau ingin kakak menghajarnya?" Tanya Ana sembari mengelus kepala Kenan.
"Tidak boleh kasar pada perempuan."
"Hei! Kakakmu ini juga perempuan."
"Kalau begitu— bantu aku untuk membalasnya."
"Sebenarnya, kakak tidak suka kau balas dendam pada siapapun. Tapi— kakak lebih tidak suka melihat adikku ini sedih." Ucap Ana dengan seringaiannya.
"Jadi kakak akan membantuku?"
"Hm, tentu, sudah— jangan menangis."
"Aku tidak menangis." Bantah Kenan, lalu melepaskan pelukannya.
Flashback off~
Kembali pada diri Ana yang masih menunggu target, gadis itu sesekali melihat spion mobilnya, menunggu sebuah mobil seorang laki-laki yang merupakan selingkuhan pacar Kenan.
Beberapa menit berlalu, mobil yang ditunggu Ana terlihat memasuki area kampus, Ana melihat plat mobil itu, memastikan dirinya tak salah target.
Oke! Beraksi! — Ucap Ana dalam hati.
Ana keluar dari mobilnya, ia mengibaskan rambut panjangnya dan memakai kacamata hitam. Ia menunggu si pria dalam mobil itu keluar, namun saat pria itu keluar, Ana terkejut dengan sosok itu, Alex?!
Ana menurunkan kacamatanya untuk memastikan kalau penglihatannya tidak salah.
"Apa aku salah lihat?" Gumam Ana.
"Itu memang Alex, oh— jadi dia laki-laki yang merebut pacar adikku. Baiklah, begini juga lebih mudah untukku menjalankan rencana balas dendam." Ucap Ana.
Gadis itu kemudian berjalan ke arah Alex yang tengah membelakanginya.
Karena Alex bukan orang asing lagi baginya, Ana langsung menarik rambut pria itu.
"Aww— Beraninya kau menarik rambutku?! Kau tidak tahu siapa aku?!" Ucap Alex yang masih membelakangi Ana.
"Alex Ivander Gavin."
Mendengar suara yang familiar ditelinganya, Alex langsung menoleh kebelakang, ia melihat Ana menatap dirinya dengan tatapan tajamnya.
"Ah— kakak ipar. Bisakah kau melepaskan tanganmu? Aku kesakitan." Pinta Alex.
"Jangan memanggilku kakak ipar, kau itu lebih tua dariku."
"Iya iya baiklah, Ana— lepaskan tanganmu." Ujar Alex.
Ana melepaskan tangannya dari rambut Alex. Lalu kemudian, gadis itu berkacak pinggang dan menatap Alex dari atas sampai bawah.
"Jadi— ini laki-laki perebut pacar orang." Ucap Ana.
"Perebut pacar orang? Siapa? Aku?"
"Siapa lagi?! Kau berani sekali merebut pacar adikku! Kau ingin mencoba tinjuku ya?!" Ujar Ana sembari menunjukkan tinjunya pada Alex.
"Tunggu tunggu. Maksudmu Rena itu pacar adikmu?"
"Kau berpura-pura tidak tahu— agar kau terhindar dari tinjuan mautku ya?!"
"Aku memang tidak tahu! Aku bersamanya karena dia suka uangku."
"Cih, menjijikan. kau ini— ternyata budak cinta." Ucap Ana seraya memandang Alex dengan raut wajah menyindirnya.
"Hei hei! Aku tidak menyukainya, aku bersamanya karena dia hanya sebatas koleksiku."
"Koleksi? Astaga— aku pikir kau ini pria yanh setia pada pasangannya. Tapi ternyata, kau ini seorang playboy kelas kakap."
"Tapi, jika pasanganku itu dirimu, aku pasti akan setia." Ujar Alex.
"Kau sudah bosan hidup?!" Bentak Ana yang membuat Alex tertawa menanggapinya.
"Baiklah, karena kau tidak menyukainya, bisakah kau tinggalkan gadis itu?" Tanya Ana.
"Of course, bukan masalah."
"Tapi dengan cara yang ekstrim."
"Maksudmu?"
"Kemari."
Ana menggerakkan jarinya, memberi instruksi kepada Alex untuk mendekat.
Setelah Alex mendekat ke arahnya. Ana mulai membisikkan idenya pada Alex untuk membalas dendam seorang gadis yang telah berani mempermainkan adiknya.
"Jadi, saat dia datang, katakan padanya bahwa aku itu tunanganmu, dan katakan juga kalau kau hanya bermain-main dengannya, lalu putuskan dia dengan kalimat yang kejam."
"Ck. Bukankah itu terlalu mendramatisir. Tapi aku baru tahu, kau itu ternyata seorang pendendam ya."
"Aku tidak pernah peduli kalau ada serangga yang menggigitku. Tapi— akau akan sangat peduli kalau ada serangga yang menggigit adikku. Aku tidak akan hanya diam saja. Apalagi perempuan itu cinta pertama Kenan. Kau tahu? Setiap hari adikku itu selalu memuji perempuan itu. Tapi ternyata— perempuan yang selalu dipujinya itu adalah sejenis rubah, keterlaluan sekali."
"Jika saja— aku punya kakak sepertimu. Aku sangat iri pada adikmu." Ucap Alex.
"Maaf, tapi aku juga tidak akan peduli dan tidak akan suka dengan adik tiri."
"Wah lihatlah— mulut mu itu sangat kejam sekali, hatiku terluka mendengarnya."
Ana mengalihkan pandangannya tak peduli dengan perkataan Alex. Ia kembali fokus menunggu kedatangan targetnya.
"Apa itu yang bernama Rena?" Tanya Ana pada Alex ketika dirinya melihat Kenan sedang mengejar seorang gadis.
Mereka mendekat ke arah mobil Alex.
"Ya, itu dia." Jawab Alex.
"Bersiaplah untuk menjadi aktor."
"Kalau aktingku bagus berjanjilah untuk mentraktirku."
"Oke, setuju."
Ana terus mengamati Rena yang berjalan kearahnya dan Alex.
"Sayang~ kau sudah datang, aku merindukanmu." Ucap Rena sembari memeluk Alex.
Di Saat Rena sedang sibuk memeluk Alex. Ana, Alex dan Kenan saling memberi kode kalau langkah pertama telah berhasil.
"Rena— lepaskan pelukanmu." Ujar Alex yang kemudian mendorong tubuh Rena menjauh darinya.
"Kenapa? Kau biasanya suka kalau aku memelukmu. Apa kau marah karena laki-laki itu mengikutiku? Dia itu hanya penggemarku, kau tahu kan— kalau aku punya banyak penggemar di kampusku."
Ana yang mendengar perkataan Rena merasa jijik dan juga mual, ia tidak habis pikir bagaimana adiknya bisa menyukai perempuan seperti ini.
"Aku tidak peduli, aku datang kemari hanya untuk meminta kartu ATM-ku kembali."
"Kenapa kau memintanya kembali?" Tanya Rena dengan nada sedihnya.
"Karena aku tidak suka." Ana menjawab pertanyaan Rena, membuat gadis itu menatap Ana sinis.
"Dia itu siapa?" Tanya Rena pada Alex.
"Tunanganku. Wanita yang aku cintai." Jawab Alex.
Ana membalas tatapan Rena dengan senyum miringnya.
"Cepat kembalikan kartu kredit tunanganku." Ujar Ana.
"Sayang~ kau tidak bisa berbuat seperti ini padaku! Apa kau lupa, apa yang telah aku berikan padamu?! Aku memberikan semua yang berharga dari diriku untukmu!"
Semua yang berharga dari dirinya? Ah kau sangat keterlaluan Alex. — Batin Ana.
Alex menatap Ana seolah ingin mengatakan jika itu tidak benar.
Aku tidak peduli itu benar atau tidak, yang terpenting kau berakting dengan benar! — Ana mengekspresikan kata-katanya itu melalui tatapannya.
"Sayang~ aku mohon jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu." Ucap Rena, gadis itu memeluknya lagi.
"Ehem." Ana berdehem, "Cepat ambil kembali kartu ATM-mu, aku akan menunggumu didalam mobil, jangan membuatku menunggu lama!" Ujar Ana.
Gadis itu berpura-pura menampilkan ekspresi kesalnya. Kemudian, ia membuka pintu mobil bagian depan, lalu duduk disana menunggu Alex.
Diluar mobil, Alex merebut tas milik Rena, mencari kartu ATM-nya, setelah mendapatkannya, ia langsung masuk ke dalam mobil.
Rena mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil Alex. Tapi, mobil itu tetap melaju meninggalkan area kampus. Meninggalkan Rena yang terlihat sangat kesal.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kenan sembari berjalan mendekat ke arah gadis itu.
Rena menoleh kearah Kenan, ia langsung merubah ekspresi kesalnya menjadi sedih.
Gadis itu memeluk Kenan,
"Kenan, kau masih mencintaiku kan? Aku juga. Maafkan aku yang selingkuh, tapi aku bisa menjelaskannya, aku dipaksa untuk bersama laki-laki itu." Katanya.
Kenan melepas pelukan Rena, ia menatap gadis itu sinis.
"Maaf. Hubungan kita sudah berakhir." Setelah mengucapkannya, Kenan berjalan meninggalkan Rena.
"Tapi kita saling mencintai." Teriak Rena, membuat semua orang yang ada di halaman kampus itu menoleh kearah mereka.
"Mencintai? Setelah kau selingkuh dengan pria lain lalu dicampakkan olehnya, kau kembali padaku dan mengatakan jika kau mencintaiku? Kau pikir aku ini pria bodoh?! Lupakan tentang kita yang pernah bersama."
Kenan mengatakannya dengan suara lantang, beberapa orang yang mengenal mereka tampak berbisik-bisik, semuanya membicarakan Rena, ternyata ia perempuan jahat yang tidak tahu malu.
Puas dengan semua pembalasannya pada gadis itu. Kenan berjalan pergi dari sana, ia berlari menghampiri mobil Alex yang menunggunya di depan gerbang kampus.
"Ternyata adikku bisa berbicara jahat juga." Kata Ana sembari melihat Kenan yang berlari kearah mereka.
"Tentu saja dia bisa, bukankah kau yang mengajarkannya."
Ana memukul lengan Alex kesal,
"Jangan membuatku marah."
"Emosional sekali." Gumam Alex.
Kenan telah masuk ke dalam mobil Alex, pria itu kemudian duduk di kursi bagian tengah mobil.
"Kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Ana, Kenan menganggukkan kepalanya dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.
"Baguslah."
"Oke, jadi kemana kau akan mentraktirku?" Tanya Alex, ia menagih janji Ana.
"Terserah kau saja."
"Kudengar kau punya restoran, bagaimana kalau kau traktir aku di restoranmu saja?"
"Ya baiklah, aku akan mengambil mobilku dulu."
"Sekarang pakai mobilku saja, ambillah mobilmu setelah kita selesai makan. Aku akan mengantarmu kemari nanti."
"Oke."
Setelah itu, mobil Alex mulai melaju menuju restoran Ana.
Dalam perjalanan menuju restoran Ana, mereka bertiga terlihat saling memuji dan menyindir satu sama lain, hingga suara tawa selalu terdengar diantara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
cocok bertiga
2021-11-07
0
Oi Min
Bagus..... Rubah betina mmang hrs dimusnshkan
2021-01-07
1
Dina Ambar
Seru
2020-08-27
0