Zain terus melangkah maju mendekat kehadapan Alika dengan tatapan mata tak berkedip, antara rasa rindu yang menggebu juga rasa cemburu yang terasa mencekat lehernya.
" mau apa kau....berhenti di sana " suara Alika terdengar bergetar karena menahan takut, melihat tatapan mata Zain kepadanya benar benar membuatnya bergidik.
Alika terus melangkah mundur hingga tubuhnya terantuk dinding, ia tak bisa lagi mundur ke belakang.
" apa kau menghindariku dan selalu bersama dengan Ohan selama ini ?! " Zain bertanya dengan suara yang terdengar bergetar pula karena menahan kecemburuan. Pemuda itu benar benar berusaha mati matian mengendalikan amarahnya yang telah sampai ke ubun ubun. Andai Alika tahu itu
Matanya terkadang terlihat begitu sakit dan sangat menyedihkan, namun kemudian terlihat begitu penuh kemarahan dan mengerikan.
" apa kau mendadak bisu atau mendadak tuli hingga kau tidak bisa menjawab pertanyaanku hah..." Zain mulai terdengar membentak dan semakin membuat tubuh Alika seketika bergetar ketakutan.
" beraninya kau menghindariku seperti ini " Zain meraih kantong plastik berisi makanan yang tadi di belikan Ohan untuknya kemudian melemparkannya kesembarang arah.
Alika memanfaatkan kesempatan itu untuk berlari kearah kamar mandi, namun terlambat....ia kalah cepat dengan Zain, sungguh Zain telah membaca niatnya sejak awal.
Zain berhasil lebih dulu meraih pergelangan tangannya dan menariknya dengan kuat serta menghentaknya hingga membuat tubuh gadis itu menabrak dada bidang Zain.
Sebagai seorang putra dari keluarga kaya, tentu saja Zain memiliki postur tubuh yang proporsional. Maka tidak heran di usianya yang masih 20 tahun ia sudah memiliki tubuh yang bagus dan menawan.
Belum lagi karena memang kegiatan faforitnya seperti balap liar ataupun berkelahi yang seakan turut membantu membentuk tubuhnya yang atletis.
Alika panik bukan main begitu tubuhnya berada dalam rengkuhan Zain, ia menendang bahkan memukul dengan membabi buta pemuda itu.
Ia memalingkan kepalanya kekanan dan kekiri berkali kali ketika Zain dengan paksa berusaha men**** bibirnya.
Alika mati matian menghindari ciuman Zain itu padanya.
" lepaskan aku brengsek....bajingan, lepaskan aku...aku bukan budak seksmu, dasar bajingan " Alika terus mengumpat kepada Zain. Ia benar benar tak tak tahu lagi harus bagaimana menolak pria ini.
Hingga kemudian Zain berhasil meraih tengkuk Alika dan mendaratkan ciuman dibibir gadis cantik bermata bulat itu. Untuk kesekian kalinya pria dingin itu berhasil menguasai bibirnya.
Zain terus memepet tubuh Alika ke dinding, tangan kirinya menahan kedua tangan Alika keatas kepalanya dan tangan kananya menahan tengkuk Alika hingga membuat Alika tak bisa lagi menghindari ciuman darinya.
" kau hanya milikku....kau dengar itu, beraninya kau berhubungan denga orang lain selain aku " Zain berkata masih dengan kemarahan setelah ia melepaskan ciumannya, namun masih memposisikan Alika di posisi yang sama
" aku bukan milikmu, aku berhak menentukan pilihanku sendiri...aku tidak pernah menyukaimu kau dengar bajingan " bantah Alika tak kalah penuh amarah dengan tatapan penuh kebencian dan kemarahan.
Sungguh berbanding terbalik dengan Zain. meski tatapannya terlihat tajam namun bisa di lihat dengan jelas ada kerinduan yang dalam di mata itu pada gadis di hadapannya itu.
" kau sadar dengan apa yang kau katakan, kau lupa siapa aku bagimu ?! " Zain berkata sambil mendengus
" tentu saja aku sadar..kau bukan siapa siapa bagiku , kau hanya orang yang memaksakan dirimu padaku....aku mencintai orang lain " teriak Alika lagi. Entah ada yang mendengar atau tidak pertengkaran keduanya
Tapi yang jelas tadi ketika Zain menerobos masuk kedalam asrama di pos jaga ada pak Sabar, akan tetapi setelah kejadian tempo hari yang membuat Zain mengintimidasinya.
Sudah dapat di pastikan jika pak Sabar tak akan berani berbuat apa apa.
Sedang tetangga kamar Alika, mereka di jamin tak akan mampu mendengar apapun karena disetiap kamar menggunakan bahan dinding yang betkualitas hingga mampu meredam suara keras.
Hal itu di tujukan oleh sang pemilik yayasan semata mata agar para penghuni asrama dapat belajar secara maksimal. Karena rata rata penghuni asrama adalah anak anak berprestasi yang akan menjadi aset perusahaan pemilik yayasan atau bahkan yayasan sendiri.
Zain seakan tak mampu lagi mengendalikan dirinya, kata kata Alika sangat menghujam hingga ke ulu hatinya.
Dengan kasar ia kembali meraup bibir gadis di hadapannya itu.
Dengan tanpa melepaska tautan di bibirnya dengan bibir Alika, Zain membawa tubuh Alika keatas tempat tidur.
Menindih dan terus mengeksplor bibir hingga leher Alika. Tak ia hiraukan lagi tangisan Alika yang akan membuat siapa saja yang mendengarnya akan turut merasa pilu.
Entah sejak kapan dan bagaimana Zain telah benar benar mampu menguasai tubuh gadis itu.
Jauh di lubuk hatinya, ia merasa ngilu menatap wajah yang kini berada di bawah kungkungannya tersebut menangis pilu. Wajah Alika yang berderai air mata dan sama sekali tidak mau menatapnya sungguh membuatnya perih.
Zain memejamkan mata dengan terus menghentak tubuh Alika. Dirinya berharap, tak perduli meski usia keduanya yang masih belia ia ingin Alika mengandung anaknya.
Hanya itulah satu satunya jalan baginya membuat Alika tetap berada di sisinya dan menjadi miliknya.
Zain menjatuhkan tubuhnya disisi Alika, entah telah berapa kali ia menggagahi gadis itu, Zain kemudian menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis yang kini memalingkan wajahnya darinya itu.
" apa sekarang kau sudah tahu siapa aku bagimu ? Apa sekarang kau sudah tahu siapa yang memilikimu ?! " tanya Zain kepada Alika, namun kali dengan nada sangat pelan dan halus sembari menyingkirkan anak rambut di bahu Alika untuk kemudian mengecupnya berkali kali.
Alika tak menjawabnya sama sekali, ia masih sesenggukan, tubuhnya terasa remuk redam. Zain benar benar menghukumya sedemikian rupa.
Meski Zain melakukannya dengan sangat pelan dan halus dan dapat Alika rasakan betapa pemuda itu sangat memujanya dalam setiap sentuhannya pada tubuhnya, ia tetap merasa sakit hati dan terhina.
Tak dapat ia percaya...untuk kedua kalinya pemuda itu berhasil memaksakan kehendaknya padanya.
Ya Tuhan...ampuni segala dosaku, rintihnya dalam hati penuh dengan kepiluan.
Zain menutupi tubuh polos Alika dengan selimut.
Ia mencium kening gadis itu cukup lama meski dirinya tak mendapat respon apapun dari gadis itu sebelum akhirnya ia memakai boxernya dan melangkah kearah dapur.
Cukup lama ia berada di sana dan datang kembali kepada Alika dengan semangkuk mie kuah yang masih mengepul di tangannya yang kemudian ia letakkan di atas meja kecil di sisi pembaringan Alika itu.
Zain sedikit menarik tubuh Alika untuk kemudian ia dudukkan dan ia sandarkan di dinding. Alika masih diam tak ada penolakan atau pun persetujuan darinya. Hanya diam....
Sekali lagi Zain menatap gadis di hadapannya itu. Alika masih saja diam dan seakan tak sadar dengan tatapan Zain padanya.
" apa kau menggodaku dan ingin aku melakukannya lagi padamu ?! " tanya Zain, Alika semakin melengoskan wajahnya ke samping.
" lihatlah dadamu ini...kau benar benar ingin kita mengulanginya lagi ?! " Zain kembali melayangkan pertanyaan pada Alika sembari menaikkan selimut di dada Alika yang melorot.
Merasa tersentuh, Alika seakan tersadar dari lamunannya. Segera ia menarik selimut itu menutupi tubuhnya hingga ke leher dengan mata yang menatap penuh kemarahan dan kebencian pada Zain.
Zain menyunggingkan senyuman demi melihat tingkah Alika di hadapannya itu.
Entah mengapa ia merasa senang karena Alika yang telah cukup lama menatapnya. Meski ia sadari tatapan gadis itu penuh kemarahan padanya.
Kali ini Zain yakin, gadis itu akan mulai berusaha menerima dirinya.
Dan setidaknya ia telah mampu menarik perhatian Alika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Tuti Tyastuti
oh ya ampun zein
2024-09-01
0
🌺zahro🌺
aku bacanya samjil tahan nafas thor
2023-09-29
0