Lima belas menit perjalanan, Zain menghentikan motor sportnya di depan sebuah resatauran mewah.
" mau apa ?! " tanya Alika
" kita makan..aku lapar " jawab Zain hendak turun dari motornya.
" aku tidak mau makan disini "
" lalu..."
" terserah padamu...jika kau makan di sini silahkan, biarkan aku pergi " Jawab Alika, ini adalah kesempatan baginya pergi dari pemuda itu, pikirnya.
Alika sudah hendak turun dari motor mewah Zain itu tapi tiba tiba saja Zain mencekal lengannya.
" mau makan di mana ?! " tanya Zain Kemudian, kini giliran Alika yang menelan ludahnya dengan kesulitan.
Alika menghembuskan nafasnya.
" yakin kamu mau makan di tempat pilihanku ?! " Alika setengah mencibir membuat Zain mengerutkan keningnya. Tapi kemudian ia mengangguk juga.
Dengan dagunya Alika mengkode Zain untuk kembali melanjutkan perjalanan keduanya.
Sampai di sebuah alun alun Alika meminta berhenti, Zain menelan ludahnya sendiri melihat Alika berjalan kesebuah tenda makanan. Setelah memesan ia duduk lesehan di atas tikar yang di gelar di atas rumput.
Zain berdiri saja dengan sesekali mengedip ngedipkan matanya tanda ia kebingungan harus bersikap.
Ia tak pernah makan di tempat seperti itu, belum lagi harus duduk di atas tikar di ruangan terbuka. Zain menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal sebenarnya.
Alika diam saja tanpa meminta atau memperhatikan Zain. Ia sibuk melihat anak anak kecil yang berlarian di tengah alun alun.
" kau yakin mau makan disini ?! "tanya Zain sembari menyentuh pundak Alika, gadis itu memiringkan bahunya menghindari sentuhan Zain.
" tentu saja...kalau kau jijik, pergi saja " jawab Alika cuek membuat Zain geram di buatnya. Pemuda itu menghentakkan kakinya di tanah kemudian menjatuhkan pantatnya di sisi Alika.
Tak berapa lama pesanan Alika datang. Alika meletakkan piring berisi nasi pecel dengan lauk lengkap di hadapan Zain. Ada telur, ayam goreng, daging juga hati dan ampela ayam, jangan lupakan sayur yang di siram bumbu kacang sangat menggugah selera sebenarnya. Tapi bagi Zain yang tak pernah makan makanan seperti itu, ia bergidik ngeri.
Seketika Zain melototkan matanya melihat makanan itu. Sekali lagi Ia bergidik ngeri melihatnya.
" makanan apa ini, kenapa seperti banyak sampah disini " omel Zain sedang Alika menyantap makanannya tanpa menghiraukan Zain sedikitpun.
Zain berganti menatap Alika tak berkedip, bisa bisanya gadis itu makan begitu lahap sementara dirinya tersiksa begini.
" kemari kau " Zain menarik pinggang Alika untuk lebih dekat padanya.
" apa sih..." Alika mengerutkan keningnya tidak suka.
" a...." Zain membuka mulutnya.
Alika mengerutkan keningnya, ia bingung dengan tingkah Zain
" apa maksudnya ?! " pikir Alika tak paham
" suapi aku " pinta Zain kemudian, Alika terdiam
" hei...suapi aku " Zain mengulang kata katanya karena Alika yang hanya terdiam
" kau ingin aku menciummu di sini ?! Suapi aku " pinta Zain lagi.
" bukan di piring itu, tapi piringmu...pakai sendok mu " sambung Zain lagi ketika melihat Alika hendak mengambil piring yang tergeletak di tikar.
Alika menyuapi Zain dengan wajah masam, tapi ia tidak berani menunjukkannya pada Zain. Ia takut pemuda itu akan melaksanakan ancamannya.
Zain tersenyum tipis sambil mengunyah makanannya.
" enak juga... ternyata rasanya tak semengerikan penampilannya " oceh Zain sendirian karena Alika sama sekali tak menghiraukannya.
Drama makan di alun alun selesai, Zain melanjutkan masuk ke dalam sebuah masjid setelah sekali lagi mengancam Alika agar tidak menghilang seperti di perpus tadi.
Selesai melaksanakan shalat, Zain tersenyum untuk kesekian kalinya melihat Alika duduk di emperan masjid menunggunya.
" manis sekali " bisik Zain melihat Alika yang duduk menunggunya.
Ia jadi membayangkan jika ia sudah menikahi Alika nanti, kemudian gadis itu yang selalu menunggu kedatangannya membuat pemuda itu semakin senyum senyum sendiri. Zain mengulurkan tangannya membantu Alika untuk berdiri selanjutnya ia melanjutkan berkendaranya.
Pukul empat sore Zain memasuki gerbang asrama, dan begitu ia membuka helmnya sang satpam langsung mempersilahkan ia masuk.
" apa yang kau lihat ?! " tanya Zain ketika satpam itu terus memperhatikan Alika yang ada di boncengannya dan sepertinya tertidur.
" tidak ada tuan muda " jawab pak Sabar satpam asrama sembari menggeleng
" apa yang kau lihat ?! " Zain mengulangi pertanyaannya pada pak Sabar.
" tidak ada tuan muda " kembali pak Sabar menjawab dengan jawaban yang sama, meski pertanyaan membuncah di pikirannya.
Biasanya Ohan yang sering mencari Alika, meski keduanya tak pernah terlihat hanya berdua. Bahkan tadi siang Ohan balik dua kali hanya untuk mencari Alika.
Lalu sekarang, kenapa justru putra sang pemilik yayasan yang malah sedang bersama Alika.
Apa yang terjadi...cinta segitigakah. Pikir Pak Sabar.
" di mana kamarnya ?! " tanya Zain lagi.
" oh..yang itu tuan muda, nomor dua dari pojok " jawab Pak Sabar menunjuk kamar Alika.
Zain mengarahkan motornya kesana, ia tidak segera turun dari motornya. Zain berdiam diri di atas motor. Ia tahu Alika tertidur di bahunya karenanya ia tak langsung turun.
Selang hampir lima belas menit Alika terbangun, ia segera turun dari motor itu dengan menahan malu.
" bisa bisanya aku ketiduran " rutuk Alika dalam hati, baru saja ia hendak masuk kedalam Zain sudah masuk lebih dulu dan merebahkan tubuhnya di kasur tempa tidur Alika.
Alika mengerutkan keningnya.
" apa apan dia...." omel Alika, tentu saja hanya dalam hati. Ia mengambil pakaian ganti dan segera berganti di kamar mandi.
Sekeluarnya ia dari kamar mandi ia melihat Zain telah tertidur lelap di kasurnya.
Alika mengeluarkan buku dari tasnya dan segera membacanya.
Senin depan sudah unas, ia tidak boleh gagal monolognya.
Alika sangat serius membaca ketika tiba tiba sepasang tangan melingkar di pinggangnya.
Seketika Alika gemetar di buatnya, jantungnya berdegup lebih kencang.
Zain meletakkan dagunya di bahu Alika sembari terus memeluk gadis itu dari belakang. Dapat ia rasakan Alika yang gemetaran karena ulahnya.
" kau belajar terlalu keras " bisiknya di telinga Alika
" aku bukan kamu..." jawab Alika ketus, ia berusaha melepaskan diri dari pelukan pemuda itu tapi Zain justru semakin memperat pelukannya di pinggang gadis itu.
" katakan padaku...dimana kamu ingin kuliah ?! " kata Zain. Tapi Alika tak menjawabnya.
Tak mendapatkan jawaban dari Alika, pemuda itu pun diam sembari tangannya yang masih melingkar di pinggang Alika turut membuka lembar demi lembar buku yang di baca Alika membuat gadis itu berdecak kesal
Beberapa detik kemudian suara panggilan terdengar untuk Alika.
" lepasin...ada yang nyari aku itu " Alika menghentak tangan Zain di punggungnya dengan kasar lalu segera berdiri dan melangkah kearah pintu yang memang di buka oleh Alika. Zain menatap Alika penuh arti.
" iya bu Ani dan pak Sabar...ada apa ?! " tanya Alika dengan sopan
" itu mbk....barusan mas Ohan nanya " Kalimat pak Sabar terpotong.
" nanya apa ?! " Zain yang tiba tiba berdiri di belakang Alika melayangkan pertanyaan dengan tatapan membunuhnya sehingga membuat Pak Sabar dan bu Ani gelagapan.
" itu..itu...mas Ohan nanya apa mbak Alika sudah pulang apa belum " Pak Sabar menjawab menahan takut.
Beberapa kali bertemu Zain yang datang ke beberapa yayasan milik mereka bersama kedua orang tuanya, sedang pak Sabar yang selalu bertugas menemani membuat pria paruh baya itu tahu betapa dingin dan kerasnya watak tuan muda di hadapannya itu.
" lalu menurutmu dia sudah pulang atau belum ?! " Zain kembali melayangkan tanya
" sudah tuan muda " jawab pak Sabar sambil menunduk
" lalu....apa kau masih belum tahu harus menjawab apa ?! " bentak Zain.
" iya tuan muda...tapi masalahnya ini, ini sudah habis jam bertandangnya " Pak Sabar terpaksa memberanikan diri
" sialan kau....kau mengusirku hah ?!! " bentak Zain lagi
" maaf tuan muda..tapi ini peraturan yang...." kata kata pak Sabar kembali terputus, tapi kali ini karena jawaban Alika
" iya pak Sabar...sebentar lagi tuan muda juga sudah mau pulang kok " potong Alika sembari memberikan jaket kepada Zain sembari sedikit mendorong pemuda itu keluar pintu
Zain melotot kearah gadis itu.
" pulanglah....ini sudah malam, jangan marahi mereka karena mereka hanya menjalankan perintah." ucap Alika tak menggubris pelototan mata Zain padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Tuti Tyastuti
semangat al
2024-09-01
0