Tersiksa

Sudah terhitung tujuh hari ia dan Eva  terlibat dalam  kondisi yang tidak mengenak kan , meskipin Eva masih tetap menerima panggilan ataupun sekedar membalas pesannya namun  jelas terlihat perbedaan  sikap Eva dari sebelumnya.

Perubahan sikap Eva yang tampaknya sudah mulai jenuh ,dengan seringnya perselisihan diantara mereka  membuat ia kelimpungan. Eva seperti sengaja membangun tembok diantara keduanya, dan mulai menghindar seperti siang itu Eva yang tengah berada di pantri kantor bersama Rini langsung ambil ancang ancang melihat Tyo  hendak masuk kedalam.

Rini  yang melihat ada sesuatu yang tidak beres dengan hubungan keduanya, tampak serba salah.

" Aku  duluan ya Va, Tyo." Ujar Rini bergegas, keluar dari pantry meninggalkan kedua sahabatnya.

" Rin.... tunggu." Seru Eva  yang buru buru hendak menyusul Rini, namun Tyo dengan sigap menghadang di depan pintu pantry

" Tolong beri jalan Mas, saya mau lewat." Ujar Eva.

" Tidak!... sebelum kita selesaikan semua ini,  sampai kapan kamu  siksa Mas seperti ini sayang?," Tanya Tyo.

"Mas tolong, nanti jadi bahan fitnah berdua duaan di  ruangan tertutup, minggir atau saya teriak" Ancam Eva sambil  berusaha menerobos keluar.

" Silahkan berteriak... Mas tidak peduli! sampai kapan kamu akan  menghindar seperti ini hmm? ,tidak capek bermain kucing kucingan dengan Mas?,"Ujar Tyo sambil memandang tajam kearah Eva,sementara kedua tangannya memegangi  lengan  Eva.

" Ok fine... sekarang katakan apa maunya Mas?, saya juga capek seperti ini terus."  Tukas Eva.

" Mas mau kita selesaikan, masalah kita that's all."Jawab Tyo.

"Apa yang mau di selesaikan?, Oouh Mas merasa ada masalah diantara kita? atau Mas merasa bersalah?." Cecar Eva.

" Sayang please ...be mature can? kita selesaikan ini baik baik okay?."Pinta Tyo

" Ok  kita ketemu di luar setelah jam pulang kantor, sekarang tolong beri saya jalan." Ujar Eva dengan datar.

Keduanya memutuskan untuk bertemu di cafe langganan mereka seusai jam kantor,  setelah melalui perbincangan dan di warnai perdebatan yang panjang, akhirnya mereka kembali rukun, pertemuan itu di tutup dengan makan malam.

Namun tanpa mereka sadari sepasang mata menatap mereka dengan penuh kebencian, pemilik sepasang mata yang penuh kebencian itu tidak lain adalah Dyah!.

Wanita cantik yang begitu agresif untuk mendapatkan perhatian Tyo,sehingga rela menjadi selimut hidup Tyo dan tentu saja tujuan akhirnya untuk merebut Tyo dari Eva.

" Oouuh ini yang kamu bilang pekerjaan kantor menumpuk?, ini yang kamu bilang sibuk? kamu memang pemain tapi jangan lupa  aku pelatihnya!." Dengus Dyah sambil mencengkeram  gelas dalam gengamannya hingga buku buku jarinya terlihat memutih karena kuatnya cengkeraman yang ia lakukan., bibirnya bergetar dan matanya terlihat memerah.

Baru saja sekitar lima menit Tyo meningalkan apartemen Eva, Dyah menghubunginya dengan ogah ogahan Tyo menekan tombol accept di ponselnya.

" Hallo baby, apa kabar?." Sapa Tyo berusaha seramah mungkin untuk menghindari  pertengkaran dengan Dyah.

" Erhhhm, mesranya pasangan religius, panggilannya apa tuh?Abi dan Ummi? seperti artis yang lagi heboh kasus kdrt itu ya?."  Sahut Dyah dengan sinis,

Tyo  terkejut sama sekali tidak menyangka jika Dyah tahu ia baru saja jalan berdua dengan Eva, Tyo terdiam beberapa saat ,tidak menyahut nyinyiran Dyah.

" Kenapa diam? heran darimana aku bisa tahu Abi dan Ummi baru saja ngedate?, tenang aku bukan penguntit kok  kebetulan aku berada di cafe yang sama dengan Abi dan Ummi hhehe." Dyah masih saja meledek.

Tyo menjadi jengah karena Dyah terus saja memanggilnya ,dengan sebutan bernada mencemooh.

" Stop! kalau kamu menghubungiku untuk memancing keributan, aku matikan telefonnya!," Ancam Tyo.

" Jadi mesti gimana honey?..... honey bukit kembar ini sudah lama tidak kamu daki ,aku kangen mendaki bersama  begitu?!." Sahut Dyah yang tidak juga berhenti bertingkah menjengkelkan.

" Stop! really sickening , sorry aku tidak ada waktu untuk hal sampah!." dengus Tyo sambil menutup telefon.

Dyah tidak menyerah ia terus mengganggu dengan melakukan panggilan terus menerus membuat Tyo frustasi di di buatnya, dengan gusar Tyo memarkirkan mobilnya di  depan sebuah minimarket, untuk menerima panggilan Dyah.

" Apa sih maumu?!."  Ujar Tyo ketus.

" Jangan galak galak dong honey, andrenalinku semakin terpacu kalau kamu galak begitu arggghh... arghhh....." Sahut Dyah dengan tingkah yang semakin membuat darah Tyo mendidih

" Bangsaaat! jangan pancing emosiku!,"Dengus, yang mulai kehilangan kontrol.

" Naah gitu dong  gas full, jujur aku tidak suka kedekatan kamu dengan wanita itu!." Pekik Dyah.

Tyo  terperangah mendengar ucapan Dyah benar benar tidak bisa berkata apa apa lagi, ia tidak menyangka jika niatnya  untuk sekedar having fun dengan Dyah  kini justru berbalik 360 derajat ,dan dengan terang terangan  Dyah menyatakan rasa tidak sukanya terhadap kedekatannya dengan Eva.

"App-apa?.... tunggu  ada yang perlu di luruskan diantara kita, bukankah seperti yang kamu bilang  kita melakukan itu semua atas dasar suka sama suka dan saling menikmati tanpa tendensi apapun? apalagi sampai melibatkan perasaan?." Tanya Tyo bertubi tubi.

" Kamu itu naif atau benar benar dungu hah!... kamu fikir aku mau melakukan hal seperti itu tanpa melibatkan perasaan? Jujur awalnya  karena faktor alkohol, tapi lama kelamaan aku  suka sama kamu." Tukas Dyah.

"Kamu suka sama aku?....... aku fikir kamu pun sama denganku ,hanya sekedar having fun tidak lebih." Sergah Tyo.

" Jadiii? ....aku mbok anggep opo?  genda'an mu?! , sekedar tempat untuk menyalurkan hasrat mu? a **!." Cecar Dyah dengan menyebut nama binatang berkaki empat dalam bahasa jawa.

" Maaf jujur aku memang naif !, aku terlalu percaya dengan kata katamu, waktu kejadian pertama kita melakukan hal itu." Sahut Tyo polos

" Jadi kamu tidak pernah punya perasaan apapun? ,selain rasa ingin bersenang senang menyalurkan  nafsu bejatmu tidak lebih?."Tanya Dyah dengan nada yang sama sekali tidak enak untuk di dengar.

Tyo terdiam seribu bahasa, perbendaharaan katanya seolah olah menghilang begitu saja dari kepalanya, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia juga merasa  kasihan dengan Dyah dengan apa yang telah terjadi. Ia tahu  bahwa sikapnya bisa di golongkan  sebagai pecundang tapi dari awal ia memang tidak ada niat sedikitpun untuk membagi cintanya dengan wanita lain.

Hatinya telah terpaut pada Eva, sedangkan dengan Dyah murni untuk sekedar having fun meski ia sadar  itu terdengar sangat tidak berperikemanusiaan, dan melecehkan harkat dan martabat kaum wanita pada umumnya.

" Kenapa diam? jawab!."Pekik Dyah  sekencang kencangnya yang membuat telinga Tyo berdengung.

" Maaf ... jujur aku aku tidak tahu,harus menjawab apa atas pertanyaanmu,dari awal kamu sudah tahu aku sudah memiliki wanita lain, tapi kamu terus mendekat." Sahut Tyo.

" Oouuh jadi dengan kata lain kamu menyalahkan aku? aku yang gatal?,apa kamu tidak menikmati semua itu? munafik cuiiiih!."  Sergah Dyah masih dengan nada emosi.

" Aku tidak munafik, jujur aku menikmati apa yang kita lakukan, tapi niatku hanya sekedar having fun, tidak ada perasaan  dan hati yang terlibat di dalamnya ." Sahut Tyo akhirnya bisa mengeluarkan isi hatinya.

Tidak di sangka sangka jawabannya membuat Dyah semakin mengamuk, sumpah serapah  keluar dari mulutnya  tanpa jeda, tapi Tyo tidak membalas karena sejujurnya ia pun merasa bersalah.

" Terserah kamu mau memaki  aku dengan sebutan apa pun, tapi yang jelas aku tidak mau berpura pura." Tukas Tyo.

" Fine aku mengerti... tapi kalau aku hamil apa kamu tetap mau menyangkal dan tidak mau akui anak ini?."Ujar Dyah yang sontak membuat Tyo kebakaran jenggot,

" Jangan bercanda kamu!... kamu mau menjebak aku?, jujur melihat reaksimu waktu kali pertama  kita melakukan hal itu  aku sudah bisa menebak siapa kamu,, jadi apa ada jaminan kalau itu darah daging aku?."Tantang Tyo.

" Bedebah! serendah itu kamu memandang aku?!.aku tidak semudah itu menyerahkan tubuhku! aku hanya mau melakukan  dengan orang yang aku suka, kamu kira aku pelacur jalanan?." Bentak Dyah semakin meradang

" Dyaaah... maaf aku tidak bermaksud merendahkan kamu tapi aku rasa bukan hanya aku ,yang akan  berasumsi demikian mengingat sikap mu pada saat itu." Seloroh Tyo.

" Tidak perlu bertele tele, kamu mau bertanggung jawab atau tidak?!."Pekik Dyah

" Fine ....aku bukan pecundang, jika memang itu darah dagingku aku mau bertanggung jawab, tunggu anak itu lahir  kita lalukan tes dna." Kini Tyo balik menantang Dyah, ia tidak mau kehilangan wibawanya dimata Dyah.

" Baguslah kalau kamu punya nyali, setidaknya perempuan bodoh itu sedikit beruntung karena lelakinya adalah orang yang  cukup gentleman."Tukas Dyah masih dengan nada nyinyir.

" Siapa yang kamu sebut bodoh hmm?, dia tidak bodoh! dan jangan pernah sangkut pautkan dia dengan masalah diantara kita mengerti kamu!." Bentak Tyo dengan geram, hatinya terasa sakit saat Dyah menyudutkan Eva dengan sebutan yang tidak pantas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!