no more suffer

Jalanan jakarta malam itu tampak lengang sehingga membuat perjalan Tyo lebih singkat, meskipun sedang tidak saling sapa tapi Eva tetap menyambutnya saat ia  datang  mengunjunginya.

" Masuk Mas.." Ujar Eva mempersilahkan.

Keduanya beranjak masuk menuju ruang tamu, tidak banyak kata yang terlontar dari mulut keduanya.

" Mau minum apa Mas?...teh atau kopi seperti biasanya?, biar saya buatkan." Ujar Eva sejurus kemudian.

" Kopi saja ,itu pun jika tidak merepotkan." Sahut Tyo  canggung.

" Saya tidak pernah merasa di repotkan, ya sudah  tunggu sebentar saya buatkan dulu." Tukas Eva seraya beranjak ke dapur minimalisnya.

Mereka sedikit canggung setelah saling mendiamkan beberapa waktu lamanya, keduanya lebih banyak diam , sampai akhirnya Tyo mencairkan suasana canggung diantara keduanya.

" Kamu kuat ya sayang mendiamkan Mas begitu lama, tidak kangen dengan Mas hmm?." Celetuk Tyo usai menyesap kopi yang di hidangkan oleh Eva.

Eva menarik nafas panjang  ,sesaat kemudian dia menyahut ucapan Tyo.

" Saya harus bagaimana Mas?.... sedangkan saya bertanya hal sepele pun Mas malah membentak bentak saya,kalau di tanya kangen ya sudah pasti saya kangen, tapi saya memilih diam dari pada semakin runyam." Seloroh Eva dengan  sendu, jelas terlihat wanita di depannya sedang berusaha untuk kuat agar airmatanya tidak tumpah.

Tyo  merasa bersalah setelah mendengar jawaban Eva, ia pandangi wajah Ayu yang tampak sedih di depannya  rasa bersalah kian mendera hatinya, ia segera  meminta maaf atas  sikapnya belakangan ini,  dan menceritakan ada apa  di balik perubahan  sikapnya .

" Jadi Mas bagaimana ,keadaanya sekarang?." Tanya Eva tampak Prihatin setelah mendengar penejelasan Tyo tentang mantan kekasihnya.

" Keluarganya bilang...dokter sudah memperingatkan  waktunya tidak lama lagi, kemonya gagal hanya tinggal menunggu waktu." Sahut Tyo dengan sendu jelas tersirat di raut wajahnya,rasa duka yang mendalam atas keadaan mantan kekasihnya itu.

"Innalillahi wainnailaihiroji'un." Ucap Eva.

Keesokan harinya Tyo mendapat kabar dari Ibunya Litha kondisi Litha terus drop, seperti permintaan Litha Tyo dengan berat hati akhirnya membawa Eva berkunjung kerumah sakit, Eva tidak kuasa menahan tangis saat melihat kondisi Litha sebagai sesama perempuan ia merasa sangat prihatin.

Litha kini hanya tergolek lemah tak berdaya,selang Oksigen dan peralatan lainnya terpasang di tubuhnya.

" Haai.. kamu Eva yaaa? ,caantik," Ucap Litha lirih dan tampak kualahan.

" Iya saya Eva, Litha juga sangat cantik sayang." Sahut Eva seraya mengelus, pergelangan tangan Litha.

" Temani Tyo yaa...dia laki laki yang baik, titip dia jangan sakiti dia ya." Ujarnya lagi. Eva hanya mampu menganggukan kepala,ia tidak sanggup untuk membuka mulutnya bahunya terlihat berguncang.

Litha melambaikan tangan kearah Tyo memintanya untuk mendekat kearahnya.

" Dia cantiik.. soleha... jangan sakiti diaa." Eva memalingkan wajahnya kearah lain ia benar benar tidak kuasa melihat pemandangan di depannya, setelah mengucapakan kata kata itu nafas Litha  menjadi sedikit tersengal

" Maaas dinggin, gelap saya tak -kkut Mam-mass." Ucap Litha terbata bata mulutnya mengatup rapat seolah sedang menahan sakit.

Tyo menggenggam tangan Litha ,dan menciuminya sambil berurai airmata.

Eva turut menggengam tangan Litha sebelah kanan ,tidak tersirat sedikitpun rasa cemburu di wajah Eva melihat hal itu .. Meski ia tahu Litha adalah mantan kekasih Tyo.

" Jangan takut sayang kami ada disini, ayo  ikuti kakak, Laa ilaha illallah muhammadurasulullah." Ucap Eva. membimbing Litha yang tampaknya tengah menghadapi sakaratul maut. Sementara ibu dan saudara saudara lainnya mengelililingi ranjang Litha, mereka membiarkan Tyo dan  dan Eva yang membimbing Litha menghadapi sakaratul maut

Litha  mengikuti arahan Eva  sementara  matanya membeliak keatas dan tubuhnya  mulai mengejang.

"  Laa ilaha illallah muhammadurasulullah"  Ucapnya dengan susah payah. setelahnya alat pacu jantung menampakan grafik lurus memanjang dan tangannya terkulai lemas.

"Innalillahi wainnailaihirojiun." Seru Eva, yang di sambut tangisan oleh yang hadir di ruangan itu hanya Ibunya Litha yang tampak tegar.

Semua yang berada di dalam ruangan menjadi panik ,mereka buru buru mencari dokter untuk memastikan keadan Litha, tidak lama dokter dan beberapa perawat tergopoh gopoh memasuki ruangan, dokter segera memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan ,pupil mata , tidak lama dokter yang memeriksa keadaan Litha tertunduk lesu.

" Kami segenap tim dokter turut berduka cita atas berpulangnya Almarhumah, semoga Almarhumah di tempatkan di tempat yang terbaik."

Eva memeluk Ibunya Litha sebagai seorang Ibu, ia bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh Ibunya Litha.

" Sabar ikhlas, tawakkal ya Bu, Insha Allah dia di tempatkan di tempat yang terbaik." Bisik Litha sambil terisak, Ibunya Litha hanya manggut manggut ia sekuat tenaga menahan tangisnya.

"Mbak Litha Mas.. Mbak Litha." Ucap seorang gadis muda di pelukan Tyo ,yang tidak lain Adik Bungsu Litha.

" Iyaa sayang, sekarang Mbak sudah tidak sakit lagi." Ucap Tyo smabil membelai rambut gadis itu penuh kasih sayang.

Jenazah Litha langsung di kebumikan  hari itu juga,Eva dan Tyo mengantar Litha hingga ke peristirahan terakhirnya.

" Ayoo Mas sudah tidak ada orang." Bisik Eva ke telinga Tyo yang masih terpekur memandangi gundukan tanah merah di depannya.

Keduanya berjalan beriringan meninggalkan pemakaman ,dengan mata yang masih tampak  sembab.

"Kita suatu hari juga, akan ada disana," celetuk Eva  saat mereka sudah berada di dalam mobil.

" Ya  tapi setelah kita menua bersama dan membesarkan Devan serta  anak anak kita  yang lain, menimang cucu dari mereka." Sahut Tyo sambil meraih tangan Eva.

" Aamiin ..Insha Allah."

Selang satu bulan kepergian Litha ,Tyo melaksanakan amanat Litha untuk segera mempersunting Eva, namun rencananya tidak dapat terlaksana karena ia mendapat kabar buruk dari keluarganya, yang mengabarkan jika Ibunya sedang  sakit.

Bak tersambar petir  di tengah hari bolong  ketika Tyas kakak perempuannya, menghubunginya untuk mengabarkan kondisi ibunya.

" Assalamaualaikum, Tyo bisa pulang tidak? Ibu sakit dan sekarang di opname." Ucap Tyas

" Waalaikum salam , sakit apa mbak? kok baru memberi kabar  setelah ibu di opname?."Sahut Tyo dengan nada sedikit kecewa karena baru  di kabari sekarang.

" Mbak baru memberi kabar sekarang ...karena kan Mbak fikir paling  kurang enak badan seperti biasa, tidak tahunya makin hari makan memburuk  ya biasalah sakit orang yang sudah sepuh." Jawab kakak perempuannya.

" Ya Tyo usahakan secepatnya untuk pulang,"

" Okay di tunggu."

Setelah pulang kantor Tyo memberi tahu  Eva, bahwa jika ia harus secepatnya untuk pulang ke semarang karena kondisi Ibunya tidak baik baik saja.

" Sabar ya mas...  semoga Ibu segera di beri kesembuhan ,Mas orang yang terpilih karena hanya orang orang yang terpilih yang akan di uji-Nya." Eva menghibur Tyo dengan menguatkannya.

" Insha Allah.. terimaksih ya sayang, I love you." Sahut Tyo.

" Love you moore, and moore." Timpal Eva, yang membuat Tyo  menyunggingkan senyum bahagia.

Dua hari kemudia Tyo   terbang ke semarang  selama penerbangan ia tidak bisa tenang , ia begitu gelisah dan takut hal hal yang buruk akan menimpa Ibunya, ia tidak henti hentinya memanjatkan doa agar Ibunya di beri kesembuhan.

Saat ia tengah  konsentrasi berdoa,  terdengar suara yang terasa begitu familiar di telinganya, dan indera penciumannya  di manjakan  dengan sensasi  bau parfume keluaran band ternama,

" Permisi." Suara itu terdengar lembut mendayu.

Tyo sontak membuka mata dan mengarahkan pandangannya kearah asal suara ,yang sangat familiar baginya.

Dyah,!  Tyo terperangah saat mengetahui siapa pemilik suara yang  terasa familiar baginya, sejenak ia memandangi tanpa berkedip di balik kacamata hitamnya ,keindahan ciptahan tuhan yang terpampang di depannya.

Wanita itu terlihat begitu mempesona , begitu berkelas meski ia tampil dengan riasan sederhana dan menggulung rambutnya keatas, Dyah tampak menawan dengan balutan  kemeja putih yang  sedikit longgar dan blue jeans.

" Hallo, permisi." Ucap Dyah sekali lagi ,karena  melihat Tyo tak kunjung memberikan jalan untuknya.

" Errgh... maaf silahkan." Sahut Tyo seraya memberi akses untuk Dyah menuju seatnya  di samping jendela.

Dyah segera memasang seatbelt dan menoleh kearah Tyo sambil membuka kacamata hitamnya.

" Heeyy... kk- kkamu Tyo kan? ,mantan pacar almarhum Litha ." Ujar Dyah. yang tampak masih mengenali Tyo  manatan kekasih Almarhumah sahabatnya  Arlitha,  Tyo yang gengsi mengakui kalau ia sebenarnya sudah tahu kalau itu Dyah pura pura  terkejut.

" Errghh,,.. maaf  maaf dan kamu Dyah kan? ,waduh maaf tidak menyangka bertemu disini." Tyo berbasa basi meski terasa garing.

Sepanjang perjalanan dari jakarta ke semarang keduanya terlibat dalam obrolan seru, hingga tidak terasa  pesawat yang mereka tumpangi telah landing di bandara  kota kelahirannya.

"Kapan rencana balik ke jakarta?,biar bisa bareng." Tanya Tyo

" Dua tau tiga hari kedepan, boleh boleh  save nomorku  ya." Sahut Lita tersenyum memamerkan deretan  gigi kelincinya yang  semakin membuatnya terlihat cantik.

Tyo bergegas  untuk langsung menuju kerumah sakit dimana Ibunya di rawat. Ia menarik nafas lega  ternyata Kondisi Ibunya  sudah jauh membaik dan sedang berbincang dengan  kakak perempuannya.

" Eeeh kowe le, jam piro soko jakarta?." Ujar Ibunya .

" Sedoso Bu,  gimana keadaan Ibu, apa yang Ibu rasakan?."Tanya Tyo terlihat khawatir.

" Cuma meriang le... Mbak mu saja yang berlebihan ,akhirnya malah di suruh opname." Tukas Ibunya  berusaha menyembunyikan sakitnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!