Tyo menghela nafas panjang berusaha menahan emosinya yang nyaris meluap, is meraihh minuman milik Litha dan menyodorkan kearah Litha.
" Minum dulu, dan tenangkan perasaanmu , nanti kalau sudah tenang kita bicara lagi ya?."Bujuk Tyo seraya mengusap lembut rambut Litha. Tyo menyulut sebatang rokok dan menghisap asapnya dalam dalam , untuk menenangkan perasaannya sendiri, dibenaknya kini berseliweran beribu pertanyaan tentang kemungkinan apa yang akan terjadi .
Keduanya kini larut dalam kesunyian asyik dengan jalan fikirannya masing masing , sikap Litha menimbulkan berbagai persepsi ,saat rokoknya tinggal setengah Litha memanggilnya.
"Maaas.."
" Ya sayang ..sudah tenang perasaanmu?." Sahut Tyo seraya mematikan sisa rokok yang tinggal setengah, Litha hanya mengangguk.
"Mas saya harap kita bisa bicara secara dewasa tanpa melibatkan emosi disini, tapi terlebih dahulu saya mohon maaf atas semua kesalahan yang pernah saya lakukan pada Mas." Ujar Litha dengan nada lirih
Tyo menautkan kedua Alisnya yang tebal dan hitam legam yang tampak kontras dengan wajahnya yang putih bersih." Ngomong apa kamu sayang hmm?!, kamu mau buat Mas gila dengan sikap kamu yang di luar nalar ini?!." Sergah Tyo dengan nada sedikit meninggi.
" Begini Mas... saya rasa hubungan ini tidak bisa di lanjutkan, setelah saya merenung jalan terbaik memang kita memilih jalan masing masing." Jawab Litha.
"Maksudmu? kamu ingin putus dari Mas?.... tapi kenapa sayang hmmm? kalaupun ada masalah kan bisa di bicarakan baik baik " Potong Tyo.
" Tidak ada masalah Mas, justeru ini adalah saat yang tepat menurut saya , kita awali hubungan ini secara baik dan saya ingin mengakhiri hubungan ini juga secara baik baik." Lanjut Litha
" Mas tidak tahu apa yang terjadi, tidak ada angin tidak ada hujan kamu ingin kita mengakhiri hubungan kita, ada apa ini sayang?."
" Tidak ada apa apa Mas, saya hanya tidak bisa untuk melanjutkan hubungan ini, semoga kelak Mas dapat yang jauh lebih baik dari saya."
Bagai ribuan anak panah yang melesat menembus tepat di jantunganya saat mendengar ucapan Litha, tidak ada angin tidak ada hujan tiba tiba ingin mengkahiri hubungan yang sudah terbina selama tiga tahun belakangan.
" Kamu bercanda?... kamu kira lucu hah?! kenapa tidak daftar stand up komedi? lebih berfaedah dari pada kamu pamerkan di depan Mas!." Mata Tyo tampak berkilat kilat penuh amarah.
" Mas please ... tolong hargai saya , saya punya hak untuk tetap bertahan atau pergi, saya benar benar tidak bisa melanjutkan hubungan ini." Litha kukuh pada pendiriannya .
"Atau kamu ada yang lain hmm? jawab jujur!" Tantang Tyo sengit.Litha hanya diam membisu sambil memainkan jemarinya tanpa berani menatap langsung ke wajah Tyo.
" Arlitha,,jawab!... kamu ada yang lain hmm? kamu selingkuh di belakang Mas? jawab Arlitha!." Pekik Tyo.
" Ini . saya di jodohkan dan akan menikah bulan depan." Jawab Litha tenang seraya menyodorkan undangan berwarna putih dengan design bunga bunga hijau tampak anggun dan mewah.
Tyo meraih undangan yang di sodorkan Lita dan membacanya, pandangannya berubah menjadi gelap , rasa dingin menjalar dari ujung jari kakinya tapi ia memaksakan diri untuk tetap sadar. Matanya nanar memandangi wajah ayu yang tertunduk di hadapannya, rahangnya mengeras tangannya gemetar.
Tyo meremas undangan berwarna putih itu , dadanya terlihat turun naik karena ledakan emosi.
" Tega kamu! apa salah Mas? apa salah Mas samapai kamu perlakukan seperti ini?."
Dengan tangan masih gemetar ia berusaha menegakan wajah Litha yang tertunduk, di tatapnya lekat lekat wajah itu sambil memicingkan matanya.
" Mas tidak menyangka kamu sejahat ini! hebat kamu.. hebat ...salut!." Setengah berbisik Tyo mengucapkan kata kata itu tepat di telinga Litha , Tyo menepukkan telapak tangannya hingga memancing beberapa pengunjung sekilas menoleh kearah mereka yang membuat Litha rikuh.
" Maafkan saya Mas, saya tahu ini jahat, tapi satu hal yang harus Mas tahu ini bukan hal yang mudah untuk saya... ssa-kkit Mas." Litha mulai terisak seraya menepuk dadanya. Tyo tersenyum menyeringai kearah Litha.
" Jadi kamu fikir Mas tidak sakit?... kamu fikir perasaan Mas tidak hancur? kamu kalau berniat membunuh Mas jangan dengan jalan ini ,pakai jalan yang lebih manusiawi." Cecar Tyo.
"Mas ..maafkan saya.. seandainya Mas segera meminang saya , hal ini tidak akan terjadi Mas, semua orang tua tidak ingin anak perempuannya menjadi bahan gunjingan karena tetap melajang di usia yang sudah matang." Litha berusaha memberikan pengertian pada Tyo mengapa ia menempuh jalan ini.
Namun di dalam lubuk hati yang terdalam Litha ia meratap pilu dengan semua cerita bohong ia yang karang sedemikian rupa.
" Maafkan saya Mas, seandainya Mas tahu alasan yang sebenarnya, saya hanya tidak ingin di kasihani, biarlah saya menanggung sakit ini seorang diri, saya ingin Mas bahagia dengan wanita yang tidak penyakitan seperti saya," Ratap Litha dalam hati.
" Basi! memang benar ungkapan yang mengatakan kalau setan tidak lebih menyeramkan, daripada manusia di beberapa kondisi.. kamulah contohnya!." Serang Tyo berapi api
" Maki saya Mas.. silahkan saya ikhlas lahir bathin ,jika seandainya dengan memaki saya perasaan Mas lebih lega, " Litha tersenyum tipis namun matanya berkaca kaca .
"Kenapa ... kenapa kamu tega?!, kenapa saaayang kenapa?!." Cecar Tyo dengan suara yang mulai parau.
"Mas dalam hidup terkadang kita harus memilih, meski pilihan itu menyakitkan we must bare with it."
"Yeaahh thats right i"ll try to bare with this pain , semoga kamu bahagia dengan pilihan kamu, selamat." Tyo menyodorkan tangan kearah Litha.
Tyo bangkit dari kurisnya dan berjalan gontai keluar dari cafe, meninggalkan Litha yang masih duduk termangu. ia menghempaskan pintu mobilnya dengan sekuat tenaga dan menimbulkan suara yang menggema di basement yang sudah mulai terlihat sepi.
" Baaajingan... arrraaaghhhhh!." Tyo berteriak histeris sambil memukulkan tangannya ke dashboard di depannya, ia merasa dunianya kini benar benar runtuh. Di saat ia tengah berjuang untuk menyiapkan masa depannya dengan wanita yang ia cintai, namun ia mendapat pengkhianatan di balik sikap diam kekasihnya.
Namun kodratnya sebagi laki laki membuatnya harus terlihat tegar meski dunianya hancur lebur, keesokan harinya ia kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa di kantor, tidak sedikitpun tersirat di wajahnya jika ia tengah hancur akibat kandasnya hubungan asmara.
Drrt ,,,drrt .. drrt
Saat ia tengah berjuang dengan macetnya jalanan ibukota, ia merasakan getaran yang berasal dari ponselnya.
"Whats up bro.." Sapanya begitu tersambung dengan Hilman.
" Broo mau joint gak nih? nanti malam tempat biasa."
" Gas... siapa aja yang ikut?." Tanyanya antusias.
" Wait wait.. eerh something fishy detected nih... loe baik baik aja kan? tumben tumbenan langsung okay aja, biasanya seribu alasan kalau di ajak kongkow." Selidik Hilman .
" Ergggh kadal.. serba salah ya sama loe! , gw joint di curigai gak mau joint di bilang payah, mau loe apa sih ngajak ribut apa gimana ?."Dengus Tyo sebal.
" Eeeits .. sensi amat loe lagi pms ya ?hahahhahaaha , agak speechless sih dengan perubahan loe gitu." sahut Hilman.
" Dont talk too much... mirip tukang obat loe!, pokoknya nanti gw datang , sudah dulu ya gw lagi nyetir nih."
" Okay.. safe drive."
Kandasnya hubungan asmaranya dengan Litha, tidak begitu ia tampakan di depan orang lain ,meski jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia masih belum bisa menerima kenyataan itu. Bayangan Litha dan segala kenangan yang pernah mereka lalui begitu membekas di hatinya.
Karena besarnya rasa cinta pada Litha ia memutuskan untuk menutup pintu hatinya rapat rapat, selain merasa tidak ada wanita yang seperti Litha, ia juga takut untuk terluka tepatnya belum siap untuk terluka lagi. tidak lama ia telah masuk ke gerbang komplek perumahan tempat tinggalnya.
Dengan sedikit tergesa gesa ia masuk kedalam rumah untuk mandi dan bertukar pakaian, ponselnya kembali berdering saat ia baru saja keluar dari kamar mandi.
"Whats up bro?."
"Jadikan loe datang ? kita udah formasi lengkap nih, tinggal menunggu loe." Sahut Hilman
" Formasi lengkap, loe kira kita boy band yang mau manggung? tunggu baru selesai mandi, mau lihat adik gw loe biar percaya?." tiba tiba terlintas di benaknya ide jahil untuk mengerjai Hilman, dengan menahan geli ia memotret adik kecilnya yang akan di kirimkan pada Hilman.
" Yaudah kirim fotonya, pasti cakep adik loe." Desak Hilman.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments