Drrt drrt drrt.
Ponselnya bergetar ia segera menyambar ponselnya, yang terletak di saku celana.
" Haai Tyo, ada waktu tidak? Keluar yuk muter muter ke simpang lima, sudah lama nih aku tidak kesana." Ucap Dyah sahabat almarhum mantan kekasihnya.
" Haii Dyah, boleeeh jam berapa maunya?." Sahut Tyo.
" Sekarang bisa? aku jemput shareloc."Ujar Dyah.
" Okay." Tyo segera share loc lokasi rumahnya pada Dyah.
Sekitar sepuluh menit terdengar klakson dari depan rumahnya, Tyo mengintip dari balik gorden kaca ruang tamu, benar saja seperti dugaannya Dyah sudah tiba di depan rumahnya.
" Bu pamit riyen , mau muter muter ke simpang lima." Ujar Tyo berpamitan pada Ibunya.
" Karo sopo?." Tanya Ibunya penasaran, tidak biasanya anak bungsunya itu ingin keluar rumah tanpa keluarganya.
" Teman bu, dia orang semarang juga ,tinggal di tembalang." Jawab Tyo seraya mengenakan jam tangannya.
" Yo wes hati hati, jangan pulang malam malam yo le." Pesan Ibunya.
"Ya bu." Jawab Tyo.
Tyo bergegas keluar dan menghampiri Dyah yang sudah standby di mobilnya
" Haii, sorry ya, nunggu lama." Ujar Tyo sedikit berbasa basi.
" It's okay." Sahut Dyah sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Malam itu keduanya menghabiskan malam menjelajahi tempat yang menjajakan ,aneka makanan enak khas kota mereka di seputaran simpang lima. Karena keduanya sudah lama tidak pulang kekota kelahirannya banyak perubahan terjadi di sana sini.
" Suka clubbing?."Pancing Dyah usai memuaskan perut, dengan beberapa makan khas kota kelahirannya.
''Tidak munafik di jakarta rutin , kalau disini bisa bisa aku di pukulin Ibu." Sahut Tyo tanpa bermaksud melucu namun jawaban darinya membuat Dyah tergelak.
" Hahhahha... dijakata dimana? jadi ceritanya nek nang semarang jadi anak mami?, lanjut ke tawang sari gak nih nih? disana ada club yang ok sih." Lanjut Dyah sambil masih tertawa kecil mendengar jawaban Tyo.
" Di xxx daerah cilandak yo ngono dari pada babak belur ,mending cari aman , gasss!." Sahut Tyo dengan antusias.
Keduanya asyik menikmati hingar bingar dentuman music hingga lupa waktu Tyo kembali melirik arlojinya, ia tersentak kaget karena sudah pukul 24: 30 ia tidak mungkin pulang kerumah bisa bisa di damprat oleh Ibunya.
" Kenapa? takut ya dimarahin mami?." Goda Dyah yang sudah dibawah pengaruh alkohol ,sambil cengengesan saat matanya melihat Tyo terlihat sedikit panik usai melihat jam tangannya.
" Ya gitulah." Jawab Tyo setengah mengeluh . Dyah yang kondisinya bisa di bilang teler membisikan sesuatu di telinga Tyo.
Tyo yang awalnya ragu goyah juga imannya, terlebih lagi Dyah kerap physical touch membuat jiwa kelelakiannya bangkit, mereka memutuskan untuk menuju ke sebuah hotel berbintang dan memesan satu kamar.
Setibanya di kamar hotel kelakuan Dyah sudah tidak bisa di kontrol ,entah setan apa yang merasuki Dyah, sehingga wanita cantik itu mencumbuinya secara membabi buta.
" Gila Ini perempuan!, kalau begini keadaannya lelaki yang normal dan sekuat apapun imannya ya jebol juga." Gumam Tyo sambil menelan ludah.
Sebagai lelaki dewasa Tyo tidak munafik jika hasrat kelelakiannya bangkit mendapat perlakuan seperti itu, ia yang juga sudah di pengaruhi alkohol balas mencumbui Dyah dengan beringas dan akhirnya kedua insan berlainan jenis itu sudah bergelut dalam permainan terlarang.
Keduanya menggelepar lemas lunglai di kasur empuk, kamar mewah itu menjadi saksi bisu betapa panas dan menggairahkannya permainan terlarang kedua insan manusia itu. Akhirnya keduanya terlelap dan terbangun saat matahari sudah memancarkan sinarnya.
Saat Tyo terbangun ia terkejut bukan alang kepalang menyadari kondisi dirinya, yang tidak memakai selembar benang pun.
" Astagfirullah hal adzim !, apa yang sudah aku lakukan?." Pekik Tyo sambil berusaha mengingat ingat kejadian semalam, sementara tangannya sibuk meraih selimut untuk menutupi tubuhnya kembali.Ia duduk di tepian kasur sambil meremas rambutnya ,berkali kali ia mengusap wajahnya sambil istighfar menyesali apa yang telah di lakukannya semalam dengan Dyah.
Tidak lama Dyah keluar dari kamar mandi denngan hanya memakai selembar handuk yang melilit tubuhnya yang sintal dan mulus,Tyo kembali menelan ludah melihat pemandangan yang aduhai di depan matanya.
" Kuat Tyo.. Kuat Tyo, jangan sampai tergoda lagi, sama setan perempuan itu!." Bisik suara hati Tyo.
Dyah melemparkan handuk kearah Tyo sambil menyunggingkan senyum penuh arti, seolah olah ia tidak menyesali apa yang semalam terjadi diantara mereka.
" Ndang adus terus ku antar pulang, tar di cari mami loh." Dyah meledeknya.
" Hahhaaha, yo wes tak adus sek yow." Sahut Tyo.
Sementara itu Selagi Tyo mandi dia tersenyum licik sambil memandang layar ponselnya, ia diam diam memfoto Tyo saat tidak mengenakan selembar benang pun ia memotret Tyo dalam berbagai posisi baik sendiri maupun bersama dirinya.
" Aku mau ,kamu menjadi milikku Tyo," gumammnya sambil tersenyum licik.Dyah buru buru menutup ponselnya saat mendengar pintu kamar mandi terbuka, ia memandang Tyo yang bertelanjang dada dan hanya handuk yang melilit dari pinggang kebawah tanpa berkedip ,dari tatapan matanya kentara jika ia mengagumi perawakan Tyo yang atletis di tunjang dengan wajah tampannya.
" Sempurna!." Desis Dyah.
Tyo yang mendengar suara gumaman Dyah, sontak menoleh kearah Dyah yang masih tertegun.
" Apa yang sempurna?." Celetuk Tyo raut wajah keheranan
" Errrgh .... an- anu itu pemandangan di depan balkon kamar ini loh." Ucap Dyah gugup.
Tyo mengarahkan pandanganya kearah jendela balkon, namun ia mengerutkan kening karena kaca itu tertutup tirai berwarna cream.
" Tapi jendela itu tertutup gorden loh ,darimana kamu tahu viewnya bagus?." Sahut Tyo sambil mengenakan pakaiannya,
" Errh ...anu tadi waktu kamu di kamar mandi, aku kan ngintip." Dyah berkelit.
" Ouuh."
Dalam perjalanan Tyo sempat menyinggung tentang kejadian semalam, dan apa yang telah mereka lakukan.
" Tidak perlu minta maaf kita sama sama sudah sangat dewasa, sama sama menginginkan dan menikmati done." Tukas Dyah. Mendengar ucapan Dyah membuat Tyo menjadi sedikit merinding dengan gaya hidup Dyah, dari cara nya menyikapi perbuatan yang mereka lakukan dan jelas jelas salah namun Dyah tampak begitu santai.
Dari sini Tyo bisa menilai dengan jelas siapa dan bagaimana pergaulan Dyah, diam diam Tyo menjadi ketakutan setengah mati .
" Wes tekan, siapkan jawaban terbaik kalau di tanya mami heheeh." Celetuk Dyah
" Ya udah see you, mau mampir dulu tidak?" Ujar Tyo berbasa basi.
" Lain kali aja ya, byee." Tolak Dyah.
Tyo segera masuk kedalam rumah, ia mendapati Ibunya tengah berada di ruang tengah menikmati siaran televisi mendengar suara langkah kaki sontak Ibunya menolehkan kepalanya.
" Erhhhm!..... dari mana kamuTyo semalam tidak pulang? ,di bilang jangan pulang malam malam malah tidak pulang sekalian." Celetuk Ibunya sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
" An- annu Bu ....,eerh itu Anuu." Tyo tidak bisa menjawab dan tentu saja tidak berani berterus terang jika semalam dia menghabiskan malam berdua dengan lawan jenis.
" Ona anu ona anu, kamu itu darimana? ." Desak Ibunya.
" Semalam itu setelah muter muter simpang lima, ketemu teman teman yang lainnya jadi ngumpul ngobrol ngobrol sampai tengah malam."Sahut Tyo sambil terus berkelit.
" Lah ta kiro bar muter muter kowe, di culik wewe gombel." Tyas kakak perempuannya yang baru keluar dari kamar ikut menimpali yang di sambut gelak tawa Ibunya.
" Iya mbak tapi wewe gombel, versi glow up." Ujar Tyo dalam hati dan tanpa sadar tersenyum, membayangkan wajah Dyah yang ia sebut sebagai wewe gombel glow up.
" Malah cengengesan," gerutu Tyas yang melihat Tyo tersenyum.
"Lah Mbak kuwi loh ....2022 kok masih percaya takhayul ,wewe gombel maneh! padakne aku iki cah cilik po piye? sekarang jaman digital Mbak jangan percaya takhayul." Jawab Tyo.
" Mau jaman batu kek, jaman digital kek ,namanya ghaib itu tetap eksis ngerti ora?, takhayul gundul mu kuwi."Sungut kakak perempuannya.
" Sak karep mu Mbak... Mbak ." sahut Tyo acuh tak acuh.
"Sudah....sudah kok malah pada ribut kamu sudah makan belum?,makan dulu tadi Mbak Parmi masak mangut kepala manyung kesukaanmu." Ujar Ibunya menengahi.
" Waaah enak itu, Ibu sampun maem?." Sahut Tyo seraya beranjak menuju meja makan.
" Sudah dari tadi, begitu mateng langsung Ibu makan." Ujar Ibunya sambil kembali memusatkan perhatiannya pada acara televisi yang sedang di tontonnya.
Drrrt drrrt...
Ponselnya bergetar saat ia baru saja menyelesaikan suapan terakhirnya, ia bangkit dari kursi dan menuju teras samping.
" Assalamualaikum Mas? bagaimana keadaan Ibu? sudah sehat?." Tanya Eva.
" Waalaikum salam sudah sayang,gimana kabarmu dan Devan?."Jawab Tyo balas bertanya tentang keadaan Eva dan putranya.
" Baik Mas,kapan pulang?."Ujar Eva lagi.
" Minggu sore sayang,suka lumpia?." Sahut Tyo tidak lupa bertanya apakah Eva menyukai oleh oleh khas kota kelahirannya tersebut.
" Bangeeet..." Jawab Eva girang ,yang membuat Tyo tersenyum.
"Ya udah nanti Mas bawakan, sudah dulu ya sayang Mas mau kerjakan sesuatu Assalamualaikum."Ujar Tyo mengakhiri percakapan diantara keduanya.
" Waalaikum salam."
Minggu sore ia sudah berada di bandara menunggu Eva di depan counter chek in tidak lama yang di tunggu tunggu pun menampakkan batang hidungnya.
" Haiii,sudah lama?."Tanya Eva seraya mengeluarkan tiket dari dalam tasnya.
" Baru sepuluh menitan lah, ya udah kamu chek ini dulu." Ujar Tyo
Dyah mengangguk, sambil mendorong barang bawaannya , karena sepi proses chek in tidak memerlukan waktu lama, mereka sudah berada di ruang tunggu menunggu keberangkatan pesawat yang akan membawa mereka kembali ke ibukota . Setelah pertemuan yang tidak sengaja dalam perjalananya ke semarang Tyo semakin akrab dengan Dyah.
Keduanya kerap menghabiskan waktu bersama di kala ada kesempatan,dan tanpa di sadari Tyo telah menduakan Eva wanita ayu yang begitu di pujanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments