“Kamu tenang saja. Makan malam sudah aku siapkan di meja dapur. Aku menunggumu di meja makan.” Kata Felix dengan santainya.
Bintang hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pelan. Lalu dengan perlahan-lahan dia bangkit dari tempat dia berbaring.
“Daripada repot-repot berpakaian lengkap, bagaimana kalau kamu memakai ini saja?” Usul Felix sambil menyodorkan baju rumah milik Bintang.
Saat itu, Bintang melihat semua bajunya yang tadi berserakan di lantai kamar, kini telah tersusun rapi digantungan balik pintu kamarnya. Dan ternyata pria ini telah memilihkan sebuah baju lama yang nyaman dipakai.
“T-Taruh di situ saja. Aku segera menyusulmu.”
“Baiklah.”
Begitu Bintang keluar dari kamarnya, dia segera bergegas menuju kamar mandi. Dalam kamar mandi, dia melihat wajahnya yang kini kemerah-merahan akibat perbuatan pria itu. Matanya tampak masih terlihat mengantuk. Lalu dia membasuh mukanya. Air dingin menerpa wajahnya terasa mengusir rasa kantuknya dari matanya lalu dia berkumur. Dia juga menyisir rambutnya yang tampak berantakan. Saat merasa penampilannya sudah cukup layak, meskipun tidak sempurna, namun bisa dikatakan layak untuk menemani seorang gentleman di meja dapur. Lalu dia keluar dari kamar mandi dan melangkah ke dapur.
Dan tanpa disadarinya, dia tersenyum senang merasakan suasana dapur sangat hangat saat memasuki dapur.
“Kamu sudah di sini rupanya. Aku kira kamu melanjutkan tidurmu.” Kata Felix pada Bintang.
“Itu mustahil!” Sahut Bintang dengan sinisnya.
Dia menatap Felix dengan serius. Dilihatnya pria itu dengan seksama, ternyata pria itu telah berganti pakaian. Pria itu tidak lagi mengenakan celana panjang, sepatu kulit serta jasnya yang tampak serba mahal. Semua yang dikenakan pria ini semuanya serba mahal.
Namun, sekarang dia telah mengganti pakaiannya dengan celana pendek serta kaos biasa yang lengan bajunya digulung sampai siku. Juga terdapat sepotong celemek melilit pinggangnya.
Dengan cekatan, pria ini memasak di dapur kecil milik Bintang, seperti chef yang sudah ahli. Meja kecil yang terdapat di tengah dapur, telah ditatanya dengan rapi, sehingga suasana dapur yang mungil itu terkesan romantis di tangan pria ini. Venus merasa tersentuh dengan apa yang telah dilakukan pria ini padanya. Bahkan seumur hidup Bintang belum pernah ada seorang pria yang mau melakukan semua ini demi dirinya.
“Pak Felix, aku…….”
“Ya ampun, Bintang! Jangan mulai lagi!” Kata pria itu sambil terus memasak tanpa memperdulikan ucapan Bintang barusan.
“Aku tidak ingin berdebat sekarang. Aku tidak bisa berdebat dengan perut kosong. Dan kamu, kamu punya dua perut yang sedang kosong, bukan? Tentunya dua perut kosong itu perlu kamu isi juga. Nah, sekarang duduklah!”
“Kamu sedang memasak apa?”
“Nasi goreng spesial untukmu dan juga untuk bayi kita. Tentunya si jabang bayi sekarang pasti sudah lapar. Ayo duduk! Kamu pasti membutuhkan nutrisi yang banyak, bukan?”
“Ya, nutrisi untuk pengemukan.”
“Bintang, aku mulai bosan jika harus mengulangi kata-kataku terus!” Ujar Felix sambil mengambil bangku. “Ayo cepat duduk!” Perintahnya.
Bintang tidak bisa menahan gelinya dan mulai tertawa terpingkal-pingkal. “Apa yang kamu tertawakan, Bintang?”
“Aku merasa sulit menuruti perintah dari pria yang mengenakan celemek kuning berkerut-kerut dengan motif bunga.”
Wajah Felix terlihat sengat kesal, namun dia bisa menahan kekesalannya dalam hati. “Oke kalau begitu celemeknya aku lepas saja.” Lalu dia membuka tali simpul celemek itu dan melemparkannya ke meja dapur. “Dan sekarang, mari kita makan!”
Pria itu melangkah ke arah Bintang, lalu dia mengambil sebuah bangku dan duduk di samping Bintang. Lalu dia mengambil piring dan menyendokkan nasi goreng itu buat dirinya dan Bintang.
“Beratku pasti tambah dua kilogram. Lalu ini apa?”
“Yang satunya adalah roti bakar dengan mentega dan gula pasir di atasnya. Apa kamu suka?”
“Ya, aku sering memanggang roti seperti ini. Praktis dan mudah dibuat.”
“Ya. Dan ini ada es krim rasa coklat dan vanilla. Tadi aku kepingin makan es krim. Lalu aku belikan dua, buat kamu dan buat aku. Dan pasti si jabang bayi sangat menyukai es krim ini.” Kata pria itu sambil memberikan satu es krim pada Bintang.
"Dokter yang menanganimu pasti akan bilang bahwa kamu pasti mampu menangani berat badanmu itu dengan sangat baik. Dia tidak ingin kamu atau pun si jabang bayi akan kurang makan nantinya.”
“Apa kamu berbicara dengan dokter aku itu? Kamu pergi ke sana dan menanyakan tentang kondisi aku?” Tanya Bintang dengan muka tegang.
Sejenak dia menatap Bintang. Kemudian menyuapkan nasi goreng itu pada mulutnya sendiri, lalu berkata, “Ya, aku pergi ke sana dan menanyakan tentang kondisimu saat ini.”
“Apa?! Beraninya kamu berbuat seperti itu!” Umpat Bintang. Semua kehangatan yang mulai dia rasakan, kini lenyap seketika, dan sekarang hanya perasaan dingin yang muncul dari dalam dirinya.
Karena dia merasa dilecehkan oleh pria itu. “Untuk apa dokter itu mendiskusikan tentang aku pada orang asing, seperti dirimu?” Bintang merasakan air matanya kembali mulai menetes.
“Aku hanya mengatakan persis seperti yang kamu katakan pada orang-orang bahwa aku adalah suamimu, meskipun aku dan kamu hidup secara terpisah. Aku juga mengatakan bahwa kamu sedang mengandung anakku dan aku hanya ingin mengetahui kondisi kamu dan anakku saat ini. Aku juga mengakui bahwa aku telah lalai sehingga aku tidak tahu tentang kehamilanmu itu. Tapi aku berniat akan segera memperbaiki sikapku itu.”
“Dokter itu tidak mungkin memberitahumu tentang apa pun kecuali sudah mendapat izin dari aku.”
Felix bedecak kagum, “Kamu benar-benar wanita yang cerdik, Bintang."
“Jadi kamu memperoleh informasi darimana?” Desak Bintang pada Felix.
“Tentu saja dari perawatnya.” Sahut Felix dengan yakinnya.
Bintang sangat mempercayai perkataan pria ini barusan. Karena Felix memiliki kemampuan merayu seorang wanita agar membocorkan semua itu. Bintang menyipitkan matanya, lalu bertanya, “Apa kamu sudah membayarkan biaya perawatanku pada dokter itu, bukan?”
“Seperti yang akan dilakukan semua suami yang bertanggungjawab pada umumnya.”
“Tapi kamu bukan suamiku, yang hidup terpisah atau bukan. Aku sama sekali tidak ingin punya suami. Waktu itu aku menciptakan suami khayalan hanya untuk mempertahankan pekerjaanku saja. Hanya demi pekerjaanku saja. Tidak lebih. Aku bisa mengurus diriku sendiri dan bayiku tanpa campur tanganmu. Kenapa kamu tidak pergi saja dan meninggalkan aku sendirian?” Kata Bintang sambil meletakkan sikunya di atas meja dan membenamkan wajahnya ke dalam kedua tangannya. Dan mulai menangis sedih.
Felix segera beranjak, berlutut dan memeluknya. "Bintang, jangan menangis.”
Bintang berusaha mendorong pria itu.
Tetapi pria itu tetap bertahan. “Apa yang kamu harapkan dariku? Aku tidak ingin kamu berada di sini. Apa kamu tidak bisa mengerti? Aku bahkan tidak ingin bertemu denganmu lagi.”
Bagaimana kelanjutannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments