Sang pemilik sekolah menatap Bintang dengan tatapan yang sangat tajam serta agak mengancam, “Masalah ini sangat merepotkan! Seorang guru Taman Kanak-Kanak yang belum menikah, tetapi sudah……….” Ujar pemilik sekolah tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi.
“Hamil…!” Sambung Bintang. “Ya, saya memang tidak mengantisipasi kejadian yang menimpa saya ini, bu. Tetapi, memang beginilah kenyataannya. Saya masih ingin mengajar di sini, bu. Tahun ajaran baru, baru saja dimulai. Dan saya sudah menyiapkan beberapa program yang sangat menarik untuk para murid. Saya sangat menyayangi mereka dan mereka pun tahu itu. Menurut saya, mereka semua juga sangat menyayangi mereka. Saya juga punya surat rekomendasi yang bagus dari tempat kerja saya sebelumnya. Saya juga masih bisa mendapatkan pekerjaan di tempat kerja saya yang lama.” Jelas Bintang pada mereka.
Sebenarnya Bintang sangat meragukan perkataannya itu, tetapi walau bagaimana pun dia harus membuat skenario seperti ini agar terlihat sangat menyakinkan di depan mereka.
“Jika Anda memecat saya. Anda harus mencari guru pengganti saya. Sedangkan guru pengganti itu belum tentu sepenuhnya bisa memenuhi persyaratan yang Anda butuhkan. Bahkan seandainya Anda tidak menemukan guru yang cocok, maka untuk beberapa kurikulum sekolah akan menjadi terhambat karenanya.” Kata Bintang sambil mengambil napas dalam.
“Dan saya sangat memahami bahwa bukan merupakan hal yang wajar. Saya juga termasuk salah seorang guru yang paling andal di sekolah ini. Harusnya itu menjadi salah satu pertimbangan Anda.”
Dan kenyataannya memang Bintang adalah salah seorang guru yang paling handal di sekolah tempat dia bekerja. Lalu Bintang melangkahkan kakinya meninggalkan kedua orang itu dalam ruangan pemilik sekolah.
Kira-kira lima belas menit kemudian, ibu pemilik sekolah dan ibu kepala sekolah datang menemui Bintang dalam ruang kelasnya. Saat itu Bintang sedang mengemasi barang-barang miliknya.
Mereka berdua jalan menghampiri Bintang sambil tersenyum lebar.
“Tentu saja, Anda akan tetap akan mengajar di sekolah ini, Bu Bulan, eh… Bu Bintang.” Kata ibu kepala sekolah itu sambil menarik tangan Bintang dan menjabat tangannya dengan erat-erat.
“Dan jika ada yang bertanya pada kami, kami akan mengatakan bahwa Anda dan suami Anda untuk sementara sedang berpisah.” Ujar ibu kepala sekolah itu sambil tersenyum pada Bintang.
Dalam hati Bintang, dia sangat senang mendengar ucapan ibu kepala sekolah. Dan dia telah berhasil sampai sejauh ini.
Hari-hari berlari begitu cepatnya. Setelah selesai mencuci semua piring makannya, Bintang merebahkan diri di atas sofa ruang tamunya. Dia menyangga kakinya dengan sebuah bantal. Dia merasa sangat nyaman sekali. Saat di sekolah tadi, dia nyaris harus berdiri seharian. Dia tersenyum sambil mengelus-elus perutnya yang mulai kelihatan sudah membuncit dengan sebelah tangannya.
Ternyata murid-muridnya sangat gembira dengan kehamilannya. Sepanjang hari tadi ketika dia berada di sekolah, ada saja murid yang meminta izin untuk mengelus-elus perutnya. Kadang-kadang, setelah dia sampai di rumah, Bintang merasa perutnya mungkin sudah hampir sekitar tiga puluh orang lebih yang telah mengelus-elus perutnya itu. Dia kini sangat menikmati saat- saat indah seperti ini. Dan dia mulai menyayangi bayi yang ada di perutnya itu.
Sambil mendesah lega, namun tiba-tiba dia mengingat kembali semua yang terjadi pada dirinya itu. Kenangan itu tiba-tiba saja muncul dalam pikirannya. Ingatan tentang kejadian itu seolah-olah seperti sebuah film yang diputar kembali.
Bintang mengingat saat dia memasuki lift dan saat pria itu juga masuk ke dalam lift. Peristiwa ketika listrik padam dalam ingatannya sekarang terasa sama menakutkan seperti kejadian yang sesungguhnya, sampai dia mendengar dirinya mengerang dengan lirihnya. Samar-samar dia mendengar suara menenangkan dari seorang pria yang seketika itu menembus lorong ketakutannya. Dia merasakan sentuhan tangan pria itu dengan lembut membantunya menanggalkan blazer yang dia kenakan. Dan sampai saat ini blazer itu tidak pernah dia pakai lagi.
Wajah pria itu tampak semakin jelas terlihat olehnya saat lampu menyala kembali. Wajah pria itu benar-benar sangat tampan. Dalam ingatannya, Bintang bisa melihat dari mata pria itu menyiratkan sebuah kebaikan. Dia mungkin telah menyesal telah tidur bersama dengan pria yang tidak dikenalnya. Namun, dia tidak menyesal melihat penampilan pria itu.
Dia bisa melihat dirinya digendong menyusuri koridor apartemen. Dalam apartemen pria itu, dia melihat ruangan yang berwarna cat yang warna kebiru-biruan, dengan sofa yang berwarna kecoklatan terletak tepat di tengah-tengah ruangan. Dalam ruangan itu, dia bagaikan sedang berada dalam taman Firdaus. Dia merasa dirinya menjadi rileks berada dalam sofa super empuk itu. Sementara rambutnya yang panjang tergerai seksi, matanya tampak sendu dan gunung kembarnya itu terlihat di balik kemeja putihnya yang ketat.
Dia bisa merasakan rasa wine itu lagi. Juga bisa merasakan bibir pria itu lagi menjelajahi setiap sudut bibir merahnya. Dia merasakan aroma tubuh pria itu. Aroma tubuh pria itu terkesan maskulin dan bersih.
Di dalam khayalannya, tangan pria itu sangat lembut saat menjelajahi sekujur tubuhnya. Dia melihat dirinya sangat patuh mengikuti pria itu masuk ke kamar tidur serta melihat tatapan lembut dari pria itu yang sedang menikmati dirinya yang sedang berdiri tanpa busana. Saat itu dia sama sekali tidak merasa malu atau pun dia tidak merasa sangat tabu sama sekali. Seperti ajaran yang dia terima selama ini. Dia ingin pria tampan itu melihat dirinya dan menganggapnya cantik di depan pria tampan itu.
Ketika lampu kembali padam, dia menggapai-gapai mencari keberadaan pria itu. Dia takut jika pria itu meninggalkannya. Pria itu tidak kemana-mana. Justru pria itu menghampirinya dan merebahkan tubuhnya yang kokoh di sampingnya. Sehingga dia merasa bahwa pria itu telah membuatnya merasa tenang dan terlindungi. Pria itu memeluknya sangat erat sambil membisikkan kata-kata yang menyenangkan ke telinganya. Pria itu mencium dirinya.
Sambil ragu-ragu, pria itu menurunkan tali bra-nya. Lalu pria itu menyibakkan bra itu, lalu membelai kulit mulusnya dengan lembutnya. Pria itu mengusap-usapkan jarinya di kedua gunung kembarnya itu. Lalu turun ke perut, lalu ke pusat hingga ke celana bikininya.
Tangan pria itu menyelinap masuk ke dalam celana bikininya, lalu terus bergerak naik turun dan menyentuh bagian intimnya. “Kamu begitu manis.” Kata pria itu dengan suara yang lembut.
Lalu Bintang mengangkat pinggulnya supaya untuk memudahkan pria itu memelorotkan celananya. Lalu pria itu mulai melucuti pakaiannya sendiri. Pria itu lalu memeluknya dengan erat sehingga dia bisa merasakan tubuh pria itu tanpa sehelai benang pun.
“Tolong nyalakan kembali lampunya.” Ujar Bintang pada pria itu.
“Apa kamu masih takut?” Tanya pria itu.
“Tidak! Aku hanya ingin menatap wajahmu. Dan juga melihat kebersamaan kita saat ini.”
Bintang bisa merasakan bahwa ucapannya tadi sangat menyenangkan pria itu. Dan cahaya lampu menyinari tubuh mereka dan menjadikan segalanya tampak indah. Tubuhnya tampak indah bersama dengan pria itu.
Nantikan kisah seru Felix dan Bintang pada bab berikutnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments