Bab 15

“Suatu saat bila itu terjadi, bukankah itu sungguh indah. Aku mencintaimu dan kamu pun mencintaiku, Bintang. Itu sungguh suatu saat yang indah. Mengapa kamu bilang itu sungguh mengerikan? Bahkan aku sangat menanti-nantikan bila itu terjadi padaku dan pada dirimu, Bintang.”

“Hallo, Bapak Felix. Saat ini aku tidak sedang duduk sebagai terdakwa, bukan? Jangan menginterogasiku.”

“Tubuhmu sekarang makin tampak lebih gendut dan seksi sekarang.” Ujar Felix sambil tersenyum.

“Apa? Apa katamu?”

Felix mencoba mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menyentuh Bintang. Bintang seolah-olah tidak berdaya dihadapan pria ini. Dia hanya bisa duduk diam dan terpaku.

“Mungkin karena ada bayi di dalam perutmu, sehingga kamu tampak lebih gendut sekarang. Kamu tampak sangat menggodaku. Apa setelah bayi ini lahir, kamu akan menyusuinya?”

Bintang mencengkram pergelangan tangan pria itu serta menjauhkan diri dari hadapan pria itu. Napasnya menjadi terengah-engah. Bintang tidak tahu, apakah itu disebabkan karena dirinya lagi marah karena pria itu menyentuhnya atau justru sentuhan pria itu terasa sangat menyenangkan baginya? Badannya kini memang terlihat lebih berisi karena disebabkan ada kehidupan baru dalam rahimnya. Sekarang perasaan dia pun terasa lebih sensitif.

“Bayi ini bukan milikmu. Bagaimana nanti aku beri makan tidak ada urusannya denganmu.” Ujar Bintang dengan sinisnya.

Untuk beberapa saat, Felix diam membisu. Bintang menggunakan kesempatan ini untuk berdiri dan beranjak ke tempat cucian piring. Dia mencuci gelas yang dipakainya tadi, setelah itu dia berpaling menatap pria itu dengan penuh kemenangan.

Tiba-tiba saja Felix tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya menggema di seluruh dapur mungil itu.

Suara tawa pria itu membuat Bintang menjadi lebih marah lagi. Dia mengepalkan tangannya membentuk kepalan tinju yang siap meninju pria itu, “Apa ada yang lucu? Apa yang sedang kamu tertawakan?”

“Kamu! Kamu sangat lucu!” Sahut pria itu sambil menyeringai ke arah Bintang. “Kamu memang hebat dan luar biasa, Bintang.” Kata Felix sambil memandang wajah Bintang dengan sorotan mata yang kagum, Namun sorotan mata Felix berubah menjadi sorotan mata yang tampak serius, “Apa kamu masih perawan ketika kita bercinta pada malam itu?”

Bintang menjilati bibirnya sambil memutar otaknya, “Apa maksud dari perkataan kamu barusan? Tidak sopan menanyakan hal semacam itu pada gadis sepertiku. Kamu pikir aku gadis murahan?” Sahutnya dengan nada tinggi. “Tentu saja aku masih perawan. Bukankah pada malam itu kamu melihat darahku menempel di sepraimu?”

“Ada seorang pria. Dia tinggal di tempat tinggalku yang lama. Aku dan pria itu sudah lama berpacaran. Tadinya dia berniat menikahiku sepulang aku dari kota tempat tinggalmu waktu itu. Aku sangat merasa bersalah atas semua yang telah aku lakukan pada malam di apartemenmu itu. Lalu……..”

Felix memotong ucapan Bintang, “Lalu kamu tidur dengannya untuk menutupi rasa bersalahmu itu?”

“Ya, sepertinya sebelum aku pindah ke sini, aku malah sudah beberapa kali melakukan itu padanya.”

“Lalu mengapa kalian tidak bersama-sama lagi sekarang? Dimana pria pujaan hatimu itu sekarang?”

“Dimana dia sekarang? Pria pujaan hatiku itu sedah merasa kecewa denganku begitu dia tahu aku sudah tidak perawan lagi dan kalau aku pernah……..”

“Tidur dengan pria lain selain dirinya….”

“Ya.. Ya…! Benar sekali, apa katamu itu! Dia marah sekali padaku. Harusnya kamu tahu alasan itu. Gara-gara kamu, semua rencanaku jadi berantakan semuanya!” Kata Bintang bersemangat meneruskan cerita bohongnya.

“Oh, jadi karena kamu tidur dengan aku lebih dulu, dan akhirnya pria pujaanmu memutuskan meninggalkan dirimu? Dan pria pujaanmu itu tidak bisa menerima dirimu kalau kamu sudah tidur denganku lebih dulu? Dan dia mencampakkan dirimu? Oh, begitu ceritanya.”

Bintang diam terpaku mendengarkan perkataan dari pria itu.

“Menurutku pria pujaan hatimu itu benar-benar bodoh.”

“Kamu pasti akan melakukan hal yang sama. Karena kamu juga tidak mengerti mengenai etika dan kehormatan.”

“Sepertinya kamu juga begitu, Bintang. Berbohong itu merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji. Kamu harusnya tahu itu, Bintang. Aku tahu begitu aku mendengarnya, yang kamu ceritakan padaku itu semuanya bohong, omong kosong belaka dan tidak masuk akal. Aku tahu kata-katamu itu cuma untuk mengelabuiku saja. Jangan lupa, Bintang. Pekerjaanku adalah mengenali kebohongan seseorang.” Kata Felix sambil memegang perut Bintang.

Lalu dia menggelengkan kepalanya sambil menyipitkan sebelah matanya, lalu berkata dengan lembut, “Sudahlah, Bintang. Jangan mengarang cerita bohong. Kamu mengarang cerita bohong itu supaya aku meninggalkanmu, bukan? Dan bayi yang ada dalam perutmu ini memang anakku. Darah dagingku. Bahkan wajahnya sudah semakin mirip denganku sekarang.”

“Dengarkan aku! Yang ada dalam perutku ini memang bukan anakmu!” Jerit Bintang dengan kesal.

Tetapi, sepertinya pria itu tidak mau mendengarkan perkataan Bintang. Dia tidak percaya apa yang telah dikatakan oleh Bintang.

“Ok. Baiklah kalau memang kamu masih bersikeras kalau memang bayi ini bukan anakku. Kalau begitu biarkan aku menunggu sampai bayi ini lahir ke dunia. Kita bisa tahu dari tanggal lahir bayi ini, bukan begitu, Bintang?"

Wajah Bintang berkerut menahan rasa marahnya.

“Jangan seperti itu, sayang!” Kata Felix sambil melangkah maju ke arah Bintang dan memeluk pinggang Bintang dengan lembut. Lalu dengan perlahan-lahan dia mengelus-elus perut Bintang, “Ini adalah anakku, Bintang. Aku tahu itu. Aku sudah berniat untuk bertanggungjawab atas semua perbuatanku padamu. Aku ingin mendapatkanmu dan juga bayi ini.”

“Kamu tidak bisa mendapatkan keduanya.” Sahut Bintang dengan suara yang lirih.

“Bisa! Aku pasti bisa mendapatkan kedua orang yang aku sayangi, Bintang.” Bisik Felix. “Aku akan mendapatkan kedua orang yang kusayangi dengan cara seperti ini.” Lalu dia mendekatkan hidung dan bibirnya ke perut Bintang dan mulai menciumnya dengan mesra. Bintang merasakan sentuhan Felix telah meluluhkan hatinya. “Kamu jangan menanggung beban ini sendirian, Bintang. Mulai saat ini dan seterusnya aku akan tetap bersamamu.”

Bintang nyaris saja terbuai dengan belaian pria itu. Dia tiba-tiba menengadahkan kepalanya lalu bertanya pada pria itu, “Kamu tidak tinggal menetap di kota ini, kan?”

Sambil tersenyum, Felix berkata, “Rumah ini memang boleh dibilang rumah tua. Namun, lingkungan di sini adalah lingkungan yang sehat. Untuk sementara rumah ini akan menjadi tempat tinggal kita. Di rumah ini aku akan membentuk sebuah keluarga yang bahagia. Kamu setuju kan, Bintang?”

“Tetapi, kamu tidak bisa tinggal di sini bersamaku!” Kata Bintang sambil mencari kata-kata yang tepat sebagai alasan untuk mengusirnya.

Pria metropolitan ini berniat tinggal di gubuknya yang mungil. Sementara Bintang sendiri belum siap untuk tinggal berdua dengan seorang pria.

“Kita tidak bisa tinggal serumah. Apa kata orang nanti?”

Pria itu tertawa mendengar ucapan Bintang barusan. “Bukankah mereka menganggap kita sebagai pasangan suami isteri? Bukankah kamu sendiri yang bilang pada mereka bahwa aku adalah suamimu? Kamu ingat, kan?”

Wajah Bintang langsung pucat mendengar kata-kata Felix barusan.

Apa yang akan dilakukan Bintang selanjutnya......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!