Bab 11

Sedangkan pria itu tidak akan pernah menyadari bahwa sebentar lagi dirinya akan mempunyai anak dan akan menjadi seorang ayah, tetapi bagi Bintang itu tidak menjadi masalah. Pria itu juga pasti tidak akan peduli dengan bayinya. Dan mungkin saja dia sudah lupa akan peristiwa malam itu.

Seorang pria, dengan tampang seperti itu, tinggal di sebuah apartemen yang mewah, dia bahkan tidak akan pernah kekurangan wanita di sampingnya, pikir Bintang. Bintang juga tidak akan pernah tahu pasti, apakah pria itu sudah menikah atau belum.

Saat dia sedang memikirkan tentang hal itu, wajahnya berubah menjadi pucat. Lalu dia menimbang-nimbang kembali apa yang sudah dipikirkannya. Dalam apartemen itu terlihat tidak ada kamar tidur utama. Lalu apartemennya itu juga seratus persen bernuansa maskulin, tanpa adanya sentuhan wanita sedikitpun. “Tidak! Pasti pria itu belum menikah.” Ujarnya dalam hati.

Dalam hati dia berpikir mungkin dia sudah berlaku tidak adil pada pria itu. Pria itu memang telah memanfaatkan kondisinya yang sedang mabuk berat saat itu. Tetapi pria itu sudah mengatakan hal yang sebenarnya terjadi pada Bintang waktu itu. Pria tidak akan mungkin berbohong, apalagi melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Dia sendirilah yang memohon pada pria itu untuk bercinta dengannya.

Tetapi, kenapa dia sampai bisa melakukannya? Apakah pria itu benar-benar sudah menggoda dirinya? Atau dirinya telah dihipnotis oleh pria itu sehingga dia mau melakukan hal itu?

Keesokan harinya di sekolah, Bintang sedang dikelilingi oleh murid-muridnya.

“Aku mau pegang, bu guru! Aku duluan!” Seru seorang murid Bintang yang bernama Lili.

“Aku juga mau pegang, Lili. Aku sudah berdiri di sini sejak tadi, Lili.” Kata murid yang lain.

“Hei! Bayinya bergerak!” Kata Lili setelah memegang perut Bintang dengan tangan mungilnya.

“Iya, bayinya bergerak, bu guru!” Seru murid yang lain.

Dengan penuh kesabaran dan kelembutan, dia segera menyingkirkan tangan-tangan jahil muridnya yang selalu antusias memegang perutnya.

“Iya, bayinya sedang bergerak-gerak. Nah, sekarang ibu rasa sudah cukup pegang-pegangnya.” Katanya pada murid-muridnya. Tampak puluhan murid-muridnya sedang mengelilinginya untuk bergiliran memegang perut Bintang yang terlihat semakin buncit sekarang.

“Jam istirahat sudah habis, anak-anak. Kita harus masuk ke kelas. Ingat, setelah makan siang, kita harus membuat hiasan untuk Natal.” Katanya pada murid-muridnya.

“Tidak adil. Aku belum mendapat giliran untuk pegang bayinya.” Ujar salah satu muridnya yang manja.

“Mungkin besok lagi.” Sahutnya sambil mengatur mereka membentuk dua barisan yang lurus.

Lalu Bintang sangat sibuk menyusun barisan murid-muridnya untuk masuk ke ruang kelas.

“Ayo, anak-anak, susun barisan yang rapi. Susun dua barisan yang rapi.”

Setelah barisan tersusun rapi, dia langsung menyuruh murid-muridnya masuk ke dalam ruangan. Dengan patuh, murid-muridnya masuk ke dalam kelas.

Tiba-tiba saja ada suara yang memanggil namanya, “Bintang!”

Bintang sangat mengenali suara itu, namun dia berkata, “Suara itu? Tidak! Tidak mungkin itu dia. Tidak mungkin dia berada di sini.” Ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Enam bulan sudah berselang sejak peristiwa malam itu di kota yang dia kunjungi. Namun, dia langsung tahu siapa yang memanggil namanya. Tiba-tiba saja seseorang sudah berada di belakangnya.

Suara itu membuat dirinya sangat terkejut. Lalu Bintang memutarkan tubuhnya ke arah suara itu. Orang itu tersenyum dan berdiri sangat dekat dengannya.

Lalu pria itu berkata dengan sangat lembut, “Selamat pagi, sayang. Kamu tampak cantik hari ini, Bintang.”

Bintang sangat terkejut melihat kehadiran pria itu di sekolahnya. Dia terdiam dan berdiri terpaku melihat sosok pria yang sedang berdiri di hadapannya itu. Lalu pria itu maju dan memeluk dirinya dengan eratnya.

“Akhirnya aku bisa menemukanmu, Bintang.” Kata pria itu sambil memeluk Bintang dengan eratnya.

Pelukan dari pria itu begitu hangat dan sangat lembut.

Siapakah pria itu?

Pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah seorang pria yang sudah menodainya di dalam sebuah apartemen mewah sekitar enam bulan yang lalu. Pria itu adala Felix Dirgantara.

Saat pria itu melepaskan pelukan hangatnya, matanya berbinar bercampur dengan perasaan senang melihat Bintang yang sangat terkejut atas kehadirannya di sekolah.

Murid-murid ciliknya yang tadinya sedang berada dalam kenal, tiba-tiba saja berhamburan keluar kelas dan mengelilingi mereka berdua.

“Pak Felix, sepertinya Anda telah berhasil menemukan Bintang di sini.” Kata ibu kepala sekolah pada Felix sambil tersenyum senang melihat Felix dan Bintang telah bersama kembali.

“Iya, bu kepala sekolah. Terima kasih atas petunjuk Anda.” Sahut Felix sambil membalas senyuman ibu kepala sekolah.

Meskipun Felix sedang berbicara pada ibu kepala sekolah, namun tatapan matanya tetap tertuju ke arah Bintang yang mengisyaratkan kerinduan pada diri Bintang.

Bintang mengalihkan pandangannya dan menyapa ibu kepala sekolah, “Bu, ada apa Bapak Felix mencari saya?”

“Apakah pria ini sekarang sanggup berlagak tidak tahu malu di depan semua orang yang ada di sini? Apakah aku harus berpura-pura bersikap seakan tidak mengenalinya atau mengingat pria ini?” Tanya Bintang dalam hatinya. Sebenarnya sikap dirinya antara senang dan kesal melihat Bintang berada di sini mencarinya.

“Tenanglah, Bintang!” Gumam Felix pelan.

“Tentu saja dia mencarimu.” Sahut ibu kepala sekolah pada Bintang. “Suamimu singgah di kantorku dan memberitahuku kalau kalian sudah rujuk kembali. Dan kami semua sangat senang mendengar berita ini. Apalagi sebentar lagi akan menjelang hari Natal.” Kata kepala sekolah tersenyum lebar ke arah mereka.

“Itukah suami bu guru kita?” Tanya seorang murid dengan suara yang nyaring.

“Tapi bukankah ibu guru kita belum menikah?” Tanya murid yang lainnya.

”Bukankah panggilannya ibu, bukan dipanggil miss? Masa kamu tidak tahu perbedaan panggilan itu?” Kata yang lain menyambung.

“Pasti ibu guru sudah menikah, karena ibu guru mau punya bayi.” Kata yang lain juga menyambungkan kata-kata yang tadi.

“Iya, mami aku bilang kita harus menikah dulu sebelum punya bayi.”

“Tidak! Bukan begitu!”

“Iya! Pasti begitu!”

“Suami? Aduh, bocah-bocah ini sudah mengerti masalah orang dewasa.” Celetuk Bintang dalam hatinya sambil mengalihkan pandangannya melihat anak-anak muridnya.

Ibu kepala sekolah tertawa, “Aku sangat mengerti kamu sepertinya dia belum terbiasa bersama denganmu lagi, bu Bintang.”

“Dia pasti akan terbiasa lagi.” Sahut Felix dengan santainya. “Ngomong-ngomong, apa tadi soal makan siang? Apa menu makan siang untuk hari ini?” Tanya Felix sambil memandangi murid-murid Bintang dengan senyuman yang menawan.

“Nasi goreng!” Sahut salah satu murid pada Felix.

“Ada salad buah juga!” Sahut yang lain dengan senangnya.

“Tapi, tidak ada es krim, kan? Tanya Felix itu pada murid-murid sambil melemparkan senyuman khasnya. Lalu Felix tersenyum ke arah tiga puluh wajah murid-murid yang sudah dibuat penasaran oleh Felix.

“Bagaimana kalau kalian semua om traktir makan es krim siang ini?”

Nah, kita bisa bayangkan reaksi yang timbul ketika anak-anak kecil dikasih es krim! Murid-murid menjadi lepas kendali sekarang. Mereka sangat ribut di luar kelas.

Bintang hanya bisa terdiam dan berdiri terpaku di depan kelas memandangi murid-muridnya yang jadi lepas kendali gara-gara seorang pria ini.

“Ayo, anak-anak! Jangan lari-lari!” Seru ibu kepala sekolah pada murid-murid itu.

Lalu ibu kepala sekolah mengejar murid-murid Bintang yang sedang berlarian masuk ke ruang kelas.

“Ayo kita masuk, Bintang! Di luar angin kencang. Aku tidak ingin sampai kamu masuk angin.” Ujarnya sambil merangkul Bintang mengajaknya masuk ke dalam gedung sekolah.

Nantikan kisah mereka selanjutnya……………

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!