Bab 7

Tetapi, Bintang selalu menganggap dirinya sangat beruntung sekali. Setidaknya dia tidak perlu lagi mencemaskan dampak yang paling mengerikan akibat peristiwa yang dialaminya itu.

Kemandulannya telah menjadi semacam perisai yang menghalanginya untuk menjalin sebuah hubungan asmara dan merupakan alasan yang bagus untuk tidak membuat komitmen dengan laki-laki mana pun. Dia nyaris bersyukur dirinya mandul.

Dan mungkin saja dia akan menanggung konsekuensi gara-gara kejadian semalam.

Tetapi, yang jelas dia tidak mungkin hamil.

Setiba di kota tempat tinggalnya, Bintang mendatangi seorang dokter langganannya. Dengan rasa penasaran, dia hanya ingin memeriksakan dirinya sekali lagi untuk menyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar mandul dan peristiwa yang terjadi pada dirinya tidak berdampak buruk baginya.

Setelah dokter memeriksakan dirinya, lalu dokter itu berkata pada Bintang, “Selamat! Anda hamil, Bintang.”

Bintang menatap dokter itu dengan pandangan kosong. Lalu dia tertawa dengan nada tidak percaya apa yang telah didengarnya, “Hamil? Aku hamil? Itu tidak mungkin terjadi, dokter. Saya tidak mungkin hamil. Saya mandul. Bukankah dokter tahu akan hal itu?”

Lalu sang dokter tersenyum pada Bintang. Dan dengan penuh pengertian, dokter itu berkata, “Mungkin saja bisa terjadi. Mungkin ini sebuah pengecualian padamu, Bintang. Ini adalah mujizat. Bukankah mujizat bisa terjadi kapan dan dimana saja, Bintang? Bahkan aku akan memberitahumu berita yang sangat menggembirakan. Kehamilanmu sedang memasuki minggu yang ke sepuluh. Apakah kamu tidak pernah merasakan gejala-gejalanya?”

Bintang menggelengkan kepalanya, masih tidak yakin dengan apa yang diucapkan dokter itu padanya, “Aku jadi tidak mengerti, dokter. Bagaimana ini bisa terjadi padaku? Ini mustahil. Saya mandul. Saya pernah menjalani operasi usus buntu saat aku berumur dua belas tahun. Lalu setelah operasi itu, saya mengalami infeksi selama beberapa minggu. Bukankan waktu itu dokter sendiri yang memberitahu mama saya bahwa saya tidak akan bisa mempunyai keturunan?”

Dokter itu cuma mengangkat bahunya dan tersenyum lebar pada Bintang. “Alat kedokteran bisa saja salah, bukan? Namun, kemujizatan Tuhan yang pasti ada dan tidak mungkin salah. Kamu harus yakin kemujizatan Tuhan, Bintang!”

“Sebenarnya saya datang ke sini hanya untuk memeriksakan sakit perut saya, dokter.” Kata Bintang menjelaskan.

“Sakit perut yang kamu derita sekarang ini, sudah ada sebelum kita mengenal yang namanya virus. Itu namanya ngidam. Kamu mengerti, Bintang?” Jelas dokter itu lagi pada Bintang.

Bintang hanya bisa terdiam dan menatap sang dokter dengan penuh tanda Tanya. Sementara dokter itu nyaris tidak bisa menangkap kata-kata dari Bintang, “ Dokter, apakah dokter serius bahwa saya benar-benar mengandung?”

Ketika sang dokter melihat ekspresi Bintang yang kaget dengan muka yang pucat, maka dokter itu berkata, “Apa kamu pikir saya tidak serius memberitahukanmu, Bintang? Apa kamu lihat saya sekarang ini sedang bercanda padamu? Dan apakah Anda tidak bahagia mendengar bahwa Anda hamil?”

“Bahagia? Bagaimana aku bisa bahagia jika aib aku akan segera terbongkar? Bahagia bahwa aku harus menanggung dosa seumur hidup akibat satu kesalahan yang sudah aku perbuat. Bahagia bahwa aku telah membuat bayi yang tidak berdosa?” Jerit batinnya.

“Aku belum menikah.” Ujarnya sambil bangkit berdiri dan berjalan menuju jendela ruang dokter.

“Lalu siapa bapak dari bayi ini? Tanya dokter itu dengan herannya.

“Sulit dihubungi.” Jawab Bintang asal.

Sang dokter berdehem pelan di balik punggung tangannya.

Bintang merasa dirinya sangat bodoh sekali. Dia bisa membaca jalan pikiran dokter itu. Sebenarnya Bintang terlalu tua untuk “tertangkap basah” seperti ini. Sebelumnya dia tidak pernah peduli dengan alat pengaman saat berhubungan badan. Karena selama ini, dia selalu menganggap dirinya mandul, tidak bisa punya anak. Selain itu, dia tidak pernah berhubungan intim dengan pria manapun, sampai sekarang………

“Kalau kamu sudah membuat keputusan dalam waktu dekat ini, kita bisa menggugurkan kandunganmu. Tetapi, jangan sampai terlalu lama mengambil keputusan.” Kata dokter itu dengan hati-hati.

“Maksud dokter aborsi?” Kata Bintang dengan nada suara yang tinggi. “Tidak! Tidak! Saya tidak akan mau.”

Ide sang dokter itu membuat Bintang merasa ngeri dan mual membayangkannya.

“Sulit dipercaya. Orang secantik dan seunik dirimu akan jatuh begitu saja dalam pelukan laki-laki buaya.” Ujar dokter itu dalam hati.

“Zaman sekarang sudah tidak lagi dianggap tindakan yang mengerikan, Bintang. Kita bisa……” Kata dokter itu lagi.

“Tidak!” Sahut Bintang dengan cepat sambil berpaling ke arah jendela, kemudian menyambar tasnya. “Saya tidak akan pernah melakukan hal itu. Terima kasih, dokter.” Ujarnya dengan buru-buru bangkit berdiri.

Saat ini Bintang hanya benar-benar ingin menyendiri untuk berpikir dengan jernih.

“Saya akan menuliskan sebuah resep untuk kamu, Bintang. Saya akan memberikan kamu obat untuk mengatasi mualmu di pagi hari. Saya juga ada memberikan kamu resep vitamin dengan zat besi. Karena kamu menderita anemia ringan.” Jelas dokter itu sambil memberikan selembar kertas resep yang akan dibelinya di apotek di bawah rumah sakit itu.

“Terima kasih, dokter.” Kata Bintang sambil mengambil resap yang diberikan dokter itu padanya.

Lalu dokter itu berkata lagi, “Silahkan temui resepsionis sebelum kamu pulang. Mengingat ini adalah kehamilan kamu yang pertama. Jadi saya ingin memeriksa kondisimu sebulan sekali.” Jelas dokter itu lalu berjalan mengitari meja prakteknya lalu berhenti di depan Bintang. Dokter itu menarik tangan Bintang sambil berkata lagi dengan ramah, “Jika kamu membutuhkan bantuanku, saya bersedia membantumu.”

“Terima kasih, dokter.” Kata Bintang dengan pelan.

Setelah itu, Bintang menemui asisten dokter itu dan membuat jadwal untuk pertemuan berikutnya. Dengan tersenyum, asisten dokter itu mengucapkan selamat pada Bintang atas kehamilannya. Lalu dengan langkah yang lesu, dia melangkahkan kaki dan pergi dari rumah sakit itu.

Tiba-tiba saja Bintang mendadak menjadi lupa mengapa dirinya menemui dokter itu.

Dan rasa mual yang dialaminya selalu menyerang dirinya, baik di pagi maupun di malam hari, sehingga membuat dirinya menjadi sangat lemas. Bahkan tidak pernah terlintas dalam benaknya kemungkinan dirinya bisa hamil.

Sejak bertahun-tahun lamanya, dia merasa sudah pasrah dengan kenyataan dirinya yang tidak akan bisa mengandung. Dia sedang membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya, seandainya dia yang sekarang berprofesi sebagai guru Taman Kanak-Kanak yang tadinya berstatus lajang kini berubah statusnya menjadi wanita hamil?

Bintang menghentikan laju kendaraannya di jalan masuk berkerikil di depan rumah kontrakannya. Kemudian dia menyandarkan dahinya pada kemudi mobil.

“Ya, Tuhan! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Setelah ini, aku pasti akan kehilangan pekerjaanku.” Gumamnya serasa tidak berdaya menghadapi masalah yang menimpanya.

“Ya, Tuhan! Bintang, mengapa ini bisa terjadi padamu?! Tuhan begitu sayang padaku. Tuhan, jangan pernah tinggalkanku! Di saat aku tidak berdaya seperti ini, aku sangat memerlukan pertolonganMu, Tuhan!” Ucapnya dengan nada yang sangat lirih.

Lalu apa yang selanjutnya akan terjadi pada Bintang? Nantikan jawabannya pada bab selanjutnya…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!