Bab 16

Begitu mendengar kata-kata Felix, Bintang langsung menyadari bahwa dia telah memojokkan dirinya sendiri. “Aku bilang pada mereka bukan seperti itu!”

Pria itu pun menyadari kalau Bintang kini telah terpojok oleh kata-katanya barusan. Sambil tersenyum, “Kalau begitu itu artinya kamu mengakui pada mereka bahwa kamu akan melahirkan anak di luar nikah. Selain itu teman-temanmu, tetangga di sekitar rumahmu, atau pun tempat kamu bekerja juga pasti tidak senang mendengar kabar itu.”

Dalam pikiran Bintang, sekarang pekerjaannya akan terasa lebih berarti dibandingkan sebelumnya. Dia tidak sanggup menanggung resiko kehilangan pekerjaannya sebelum bayinya lahir. Jika dia kehilangan pekerjaannya, bagaimana nanti dia bisa menunjang biaya bayinya kelak?

“Aku akan bilang pada mereka bahwa kita sudah berusaha memperbaikinya, tetapi ternyata tidak berhasil.”

“Tetapi, aku akan beritahu mereka sebaliknya.” Terlihat Felix masih saja mengusap-usap punggung Bintang, sementara pipi pria itu menempel di perutnya. Tepat pada saat momen itulah, si jabang bayi bergerak.

Felix menatap perut Bintang, lalu mengangkat kepalanya dan berkata sambil tersenyum senang, “Si jabang bayi… Bergerak! Kamu bisa rasakan itu, Bintang? Dia mengenali suara papanya.” Bisiknya seakan dia takut mengusik ketenangan si jabang bayi.

Bintang menganggukkan kepalanya, seakan amarah dan frustasinya langsung sirna setelah dia mendengar kata-kata manis dari pria itu. Makhluk mungil yang tercipta akibat kebersamaan mereka beberapa saat yang lalu itu telah menjadi tanda pengikat diantara mereka yang tidak bisa mereka sangkal. Sebuah keajaiban ini telah merubah hidup mereka.

“Aku masih belum mempercayai ini. Ini adalah sebuah keajaiban buat aku dan kamu.” Kata Felix sambil mengecup perut Bintang dengan lembut. Bintang menengadahkan kepalanya dan menatap Bintang dengan mesra. Sementara tangannya bergerak naik ke atas leher Bintang. Dan akhirnya pria itu berdiri dan memanggil namanya, “Bintang!”

Felix mencium wajah Bintang dengan mesranya. Ciuman itu terasa sangat lembut dan hangat seperti yang dia rasakan saat berada di apartemen waktu itu. Ada gairah-gairah yang terpendam dalam diri mereka masing-masing.

Bibir terasa sangat hangat saat pria itu melumatkan bibirnya. Badannya merasa tegang dan otot-ototnya mulai mengencang. Upayanya untuk melepaskan diri dari pria itu ternyata sia-sia belaka. Pria itu malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Bintang.

Sekujur tubuh Bintang terasa sangat lemas menghadapi serangan Felix. Sementara pria itu mendesah puas saat Bintang memberikan respons pada dirinya, “Bintang!” Panggil pria itu. Sementara tangannya melingkari tubuhnya dan menariknya ke tubuh pria itu.

Aroma cologne Felix memenuhi penciuman Bintang saat itu. Kecupan bibir pria itu sulit dilupakannya sampai saat ini. Saat ciuman pria itu semakin mendalam, Bintang mulai menikmatinya.

Dengan lembutnya, Felix menyibakan rambut Bintang yang hitam dan panjang itu. Rambutnya yang panjang dan hitam itu menjuntai menutupi pipinya yang mulai memerah. Lalu pria itu mengecup ujung hidung Bintang yang mancung. Bintang pun menatap pria itu dengan tatapan kelembutan.

Lalu pria itu berkata pada Bintang, “Kamu mau tidur siang atau ikut aku belanja?”

“Berbelanja? Kamu mau belanja apa?”

“Aku mau pergi mencari sebuah tempat tidur baru, yang ukurannya king-size. Aku bisa membuatmu terluka kalau aku tidur di tempat tidurmu yang sekarang.”

Kata-kata yang diucapkan Felix barusan bagaikan sebuah guyuran air dingin yang disiram ke wajahnya. Dia tersadar dari lamunannya sekarang. Dia langsung menjauhkan diri dari pria itu, lalu dia melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

“Kamu tidak berhak berada dalam kehidupanku. Aku memohon padamu, tolong kamu tinggalkan tempat ini sekarang juga.”

“Kamu bisa bermain basket, Bintang? Setelah bayi kita lahir, kita akan bermain bersama.”

“Apa kamu tidak mendengar perkataanku?”

“Tentu saja aku mendengar perkataanmu, Bintang. Menurutku, kamu sebaiknya tidur siang daripada menemani aku belanja. Aku akan ke toko mebel membeli ranjang yang berukuran king-size, lalu aku akan belanja di pasar swalayan. Sementara aku pergi, kamu istirahat di rumah saja. Aku bahkan tidak perlu mengganggu tidur siangmu. Aku punya kunci sendiri.” Kata Felix sambil mengancungkan kuncinya.

Sembari menutup matanya dengan kedua tangannya, Bintang melangkahkan kakinya menuju kamar. Dia melepaskan pakaiannya dan membiarkannya berserakan di lantai kamarnya. Dia menyeret kakinya menuju tempat tidur. Lalu dia menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Dia hanya bermaksud beristirahat sebentar saja. Setelah itu, dia akan mengangkat semua barang-barang pria itu ke luar pintu pagar. Lalu dia akan menelpon polisi, kalau perlu biar polisi yang menahannya. Tiba-tiba saja ide itu terlintas di benaknya. Bahkan ide konyol itu terkesan sangat melelahkan baginya. Tetapi, akan terasa lebih baik dan tenanganya akan pulih kembali setelah beristirahat.

Satu jam kemudian, Felix sudah pulang dari toko mebel.

Bintang menguap lebar, kedua matanya masih terpejam. Dia masih setengah terjaga, lalu dia menggeliat sambil berguling terlentang. Kemudian tiba-tiba dia tersentak dan matanya mulai dibuka dengan lebar.

Felix berjongkok di samping tempat tidur. Meskipun tubuh Bintang tertutup selimut. Dia hanya mengenakan baju dalam saja.

Dengan kondisi kehamilannya yang semakin membesar, Bintang merasa nyaman dengan pakaiannya itu.

“Kamu sedang apa di situ?” Tanyanya dengan suara yang parau. Tenggorokannya terasa kering dan pikirannya masih kusut karena dia baru terjaga dari tidur nyenyaknya.

“Mengagumimu.” Sahut Felix sambil tersenyum. Tangannya terasa sangat menenangkan saat membelai kepalanya. Sedangkan tangan yang satu lagi, terlihat pria itu sedang mengelus-elus perut Bintang yang buncit. “Apa yang sedang dilakukan bayi itu di dalam sana?”

Sejenak Bintang merasa sangat terkesan dan juga terharu menyaksikan tingkahnya terhadap keberadaan sang jabang bayi. Tetapi, dia masih ingat akan janjinya yang telah dibuatnya sebelum dia tidur tadi. Lalu dia bangkit dari ranjang.

Selimut yang dipakainya meluncur dengan bebasnya jatuh ke lantai, sehingga yang tampak hanyalah ********** saja.

Dengan hati yang kecut, ketika dia memperhatikan gunung kembarnya sedang menyembul dari dalam branya. Kemudian dia mengambil selimut yang terjatuh di lantai.

Tetapi dengan gerakan cepat, Felix menyingkirkan selimut itu dari jangkauannya. “Biarkan aku melihatmu, Bintang. Please!”

“Mempesona!” Gumamnya. Sementara jari telunjuknya menelusuri lekuk renda bagian atas yang Bintang kenakan.

Sentuhan itu terasa sangat ringan, namun sanggup menggertarkan dirinya dan menjalar ke sekujur tubuhnya. Otot-otot di tubuhnya mulai menegang saat melihat Felix bangkit berdiri, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan lalu mencium lembut lekuk gunung kembarnya yang terlihat mempesona. Dia berusaha keras menahan suara erangan.

Saat ini Bintang sedang berbaring di atas ranjang, namun tubuhnya nyaris tidak memakai busana. Sementara tangan dan bibir Felix menjelajahi sekujur tubuhnya.

Malah Bintang tidak keberatan sama sekali. Lalu bagaimana dengan rencananya yang akan mengusir pria ini dari rumahnya?

Sepertinya dia tertidur dalam keadaan letih dan marah, hingga dia jadi terbangun hanya karena belaian lembut dari pria itu. Perasaan marah Bintang seketika lenyap, kini menjadi luluh.

Saat pandangan mereka bertemu di bawah cahaya lampu yang terang, tampak mata pria itu berkaca-kaca. Lalu bertanya pada Bintang, “Kamu sudah siap untuk makan malam?”

“Makan malam? Aku bahkan belum memasak nasi atau pun sayur. Bagaimana ini?”

Nantikan kelanjutannya pada bab berikutnya....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!