“Silahkan kalau kamu mau menelpon polisi sekarang juga. Aku justru tidak keberatan kamu menelpon polisi. Aku malah senang. Setelah kamu menelpon polisi, apa yang akan kamu katakan pada polisi itu? Apa kamu akan bilang bahwa suamimu sekarang tinggal serumah denganmu.” Kata Felix dengan nada tinggi.
“Jelas kamu bukan suamiku!” Seru Bintang dengan kesalnya.
Felix mengangkat jari telunjuknya sambil berkata, “Semua orang mengira aku adalah suamimu. Bukankah kamu sendiri yang membuat cerita bohong dan menyebarkannya tentang perpisahanmu dengan suamimu. Aku cuma menegaskan kesan itu demi kamu, Bintang.”
“Darimana kamu tahu tentang semua itu?” Tanya Bintang kesal sambil mencengkram sandaran kursi.
Felix melemparkan senyum yang sanggup melelehkan gunung es pada Bintang, “Selama enam bulan aku terus mencari keberadaanmu, Bintang. Jadi cukup banyak aku mengumpulkan informasi tentangmu.”
“Baiklah kalau begitu. Sedangkan aku, aku tidak tahu apa-apa mengenai dirimu, kecuali kamu adalah sosok seorang pria yang sangat lancang. Dan sikapmu telah lancang dengan seenaknya menerjang masuk dalam kehidupanku. Ini tidak adil bagiku. Di sini yang banyak dirugikan adalah aku. Sedangkan kamu, kamu sangat beruntung bisa menikmati tubuhku seenaknya.” Kata Bintang sambil menarik napas dalam-dalam.
Dan dia sangat berharap kata-katanya tadi terdengar cukup tegas. “Aku ingin kamu segera keluar dari sini sekarang juga!”
Mata Felix menampakkan kilau kemarahan, “Kamu punya sesuatu yang juga akan menjadi hakku. Sesuatu yang sangat aku dambakan selama ini.” Lalu pandangan Felix beralih ke perut Bintang.
Dengan spontan, Bintang melindungi perutnya dengan kedua tangannya. “Tidak! Jangan! Ini bayiku! Bukan milikmu.” Ucapnya dengan nada tinggi.
Felix melangkah maju mendekati Bintang, tapi Bintang malah melangkah mundur menjauhi Felix dan berlindung di balik sebuah kursi. Felix panik, dengan marah berkata, “Jangan bersembunyi di balik kursi, Bintang! Jangan pernah kamu bersembunyi dariku seperti itu! Aku sama sekali tidak bermaksud melukaimu!”
Bintang diam tidak bergerak. Sekujur tubuhnya gemetar melihat kemarahan Felix. Pria itu semakin mendekat dan kemudian dengan lembutnya meraih tangan Bintang sambil berkata, “Ayo, kita duduk di dapur.
Sementara aku akan membuatkan teh hangat untukmu. Kamu tampak begitu lelah.”
“Murid-muridmu memang sangat luar biasa. Bagaimana kamu bisa tahan menghadapi mereka setiap hari. Aku bahkan tidak tahan menghadapi murid-muridmu tadi. Mereka sangat luar biasa nakalnya.” Katanya lagi sambil menarik tangan Bintang menuju dapur.
Dengan patuh, dia membiarkan dirinya ditarik Felix menuju dapur.
“Kamu punya simpanan apa di dapur?” Tanya Felix sambil memeriksa isi lemari dapur. Apa aku harus belanja sebentar? Bagaimana kalau coklat panas?“ Tanyanya ketika dia baru saja menemukan beberapa bungkus bubuk coklat dari dalam lemari dapur. Kemudian dia mengisi teko dengan air dan menyalakan kompor. Dengan cekatan dia melakukan itu semua. Seolah-olah dia terbiasa melakukan hal itu.
“Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku?” Bintang terdengar seperti seekor burung beo, yang berulang-ulang menanyakan hal yang sama padanya.
Felix meletakkan dua gelas di atas meja dapur. Kemudian dia berpaling dan menatap lama Bintang dengan tatapan sendu. Dan akhirnya dia berkata, “Bukankah sudah jelas aku katakan padamu, Bintang. Aku hanya menginginkan dirimu juga bayi kita. Dan aku juga mau bertanggungjawab atas perbuatku waktu itu.”
Wajah Bintang menjadi pucat saat mendengarkan kata-kata dari pria itu. Tiba-tiba saja kepalanya menjadi agak sedikit pusing. Lalu dia memegang kepalanya.
Cepat-cepat Felix mendekat dan menopangkan tangannya di pundak Bintang. Lalu dia berkata, “Sebaiknya kamu duduk saja sebelum terjatuh.”
Dengan penuh kesabaran Felix membantu Bintang duduk di kursi. Lalu Felix memijat puncak kepala Bintang dengan lembut, “Rambutmu sekarang lebih panjang dari yang dulu.”
“Aku belum menemukan salon yang cocok untuk menguntingnya.” Sahut Bintang.
“Sulit dipercaya bahwa pria ini mampu mengobrol dengan santainya di saat banyak hal penting yang perlu aku obrolkan padanya.” Kata Bintanga dalam hatinya.
“Rambutmu sangat bagus, hitam dan tebal. Aku menyukai rambutmu jika lebih panjang lagi. Aku jadi bisa menyelusurinya dengan jariku lebih lama lagi.” Kata Felix sambil membelai rambut Bintang dengan lembutnya.
“Aku tahu kamu pindah ke sini tidak lama setelah kejadian malam itu.” Kata Felix lagi.
“Lalu bagaimana kamu bisa menemukan aku di sini?” Tanya Bintang penasaran.
Felix berjalan menuju kompor untuk mematikan kompor dan menuangkan air yang sudah panas itu ke mug. Dan mengaduk coklat panas itu. Lalu dia meletakkan gelas yang berisi minuman coklat hangat itu tepat di depan Bintang.
Lalu dia mengambil gelasnya sendiri sambil duduk bersandar pada kursi.
“Setelah kamu pergi meninggalkanku pagi itu, aku nyaris saja frustasi kehilanganmu. Rasanya aku ingin meruntuhkan gedung apartemen itu demi mencari dirimu. Setiap hari aku terus berusaha mencari teman-temanmu yang baru kamu temui di dalam gedung apartemen itu. Tapi, tidak seorang pun mengaku kedatangan tamu bernama Bintang di apartemennya. Lalu aku menemui satpam penjaga pintu depan gedung untuk mengecek siapa saja yang keluar masuk dalam apartemen itu. Satpam itu memberitahukan informasi kepadaku setelah aku menjelaskan maksud dan tujuanku meminta informasi itu. Dan ternyata satpam itu masih ingat pernah melihatmu keluar gedung itu.”
Sambil mendengarkan penjelasan Felix, Bintang meneguk coklat hangat itu sambil memandnag keluar jendela. Seolah dia tidak peduli akan penjelasan dari pria malang itu.
Sebenarnya perasaan Bintang saat ini sedang kacau balau. Saat ini perasaannya bercampr aduk menjadi satu, antara merasa senang atau sedih dengan kedatangan ayah dari janin yang dikandungnya.
Dan tampaknya bayi yang berada dalam kandungan Bintang saat ini sedang bergerak-gerak, mungkin bayi dalam perutnya sedang menyambut kedatangan ayahnya. Mungkin saja bayi itu sedang senang mendengarkan suara ayahnya dari luar.
“Perlu beberapa bulan untuk mencari informasi tentang keberadaanmu. Dan saat itu aku pun sedang sibuk menangani satu kasus dalam pengadilan. Oh ya, aku adalah seorang pengacara. Dan aku pembela dalam ruang persidangan.” Jelas Felix sambil meneguk coklat hangat.
“Lalu…”
“Lalu aku menemukan sebuah kartu kredit atas namamu dalam lift. Lalu aku mendatangi bagian kartu kredit itu dan menanyakan alamatmu. Lalu mereka memberikan alamat lamamu padaku.” Jelas Felix sambil menatap mata Bintang.
“Ya! Karena saat itu aku sudah pindah ke rumah ini.” Sahut Bintang dengan suara pelan.
“Kamu sudah mengunci rapat semua akses alamatmu yang baru sampai tiba waktunya kamu memberitahukan alamatmu yang baru.” Jelas Felix dengan nada sedih.
“Ya! Karena aku mempunyai alasan melakukan semua itu. Alamat lamaku itu adalah alamat rumah orang tuaku yang dulu. Mereka mengetahui tentang kehamilanku. Mereka malu mempunyai anak gadis yang hamil di luar nikah. Karena takut ketahuan dan malu dengan para tetangga, mereka menyuruhku menggugurkan kandunganku. Aku menolak keinginan mereka. Lalu aku diusir dari rumah itu. Dan terpaksa aku mencari rumah kontrakan. Dapatlah aku sebuah rumah kontrakan, seperti yang kamu lihat saat ini. Lalu aku pindah ke sini. Dan tinggallah aku sendiri di rumah tua ini.” Jelas Bintang dengan suara yang lirih dan hampir menangis.
“Ternyata selama ini kamu sudah cukup menderita, Bintang. Maafkan aku! Maafkan aku yang telat mencari keberadaanmu.” Ujar Felix sambil menarik tubuh Bintang lalu mendekapnya dalam pelukannya yang hangat.
“Aku sudah terbiasa dengan penderitaan.” Kata Bintang dengan suara terisak.
Bagaimana kisah Felix dan Bintang selanjutnya?
Jangan lupa memberikan sebuah komentar, like, atau apa saja yang nantinya bisa mendukung perkembangan saya dalam berkarya…….. Terimakasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments