Bab 10

Pria itu memiliki postur tubuh yang sangat kekar, berotot, dengan kulit yang kecoklatan dan dadanya sangat bidang. Dengan rasa ingin tahu, Bintang meraba dada bidang pria itu dengan lembut. “Aku suka penampilanmu.” Gumam Bintang tanpa sadar.

“Oh ya!” pria itu meraih tangan Bintang dan mendekatkan tangannya ke bibir pria itu. Lalu dengan lembut menjilati ujung-ujung jari Bintang. Bintang sangat terkejut tetapi dia merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Ada perasaan yang luar biasa dirasakan Bintang setiap kali pria itu menyentuhkan lidahnya ke tubuh Bintang.

Dengan penuh gairah, pria itu membelai sekujur tubuh Bintang dengan tangannya yang lembut. Tangan pria itu membuat gerakan melingkar di atas puncak gunung kembarnya, lalu dia meremasnya dengan lembut. Pria itu mengecup gunung kembarnya dan mengelus puncak dadanya dengan jari tangannya sampai Bintang meloncat karena kaget.

“Oh…. Felix!”

Tiba-tiba kedua mata Bintang terbuka dan tersadar dari lamunan panjangnya. Dia baru saja memanggil nama pria itu. Sebelumnya dia tidak pernah mengizinkan dirinya untuk mengingat apalagi menyebut nama pria yang sudah merenggut kesuciannya itu. Tetapi, mengapa dia tidak pernah marah apalagi sampai membenci pria itu?

Dia merasakan napasnya memburu seperti orang yang habis berlari sejauh satu kilometer. Sebenarnya dalam hatinya, dia tidak ingin mengingat lagi tentang kejadian itu, tetapi mengapa rasanya sangat menyenangkan untuk membiarkan lamunan itu berkelana entah sampai kemana-mana. Lalu dia memejamkan kedua matanya lagi dan membayangkan wajah pria tampan itu hadir dalam lamunannya kembali.

“Oh… Felix! Aku sangat merindukanmu!"

“Apakah kamu tahu, bahwa tubuhmu benar-benar sangat memukau, Bintang?” Kata pria itu dalam lamunannya kembali.

Lalu pria itu menempelkan bibirnya pada bibir Bintang dan menciumnya dengan penuh perasaan, dengan penuh kelembutan serta dengan penuh kemesraan.

“Kamu sangat mempesona, Bintang.” Kata pria itu lagi. Lalu dengan perlahan-lahan bibir pria itu mengulum puncak dada Bintang dengan sangat lembut. Dia bisa merasakan bibir pria itu terasa sangat hangat saat menyentuh puncak gunung kembarnya.

Pria itu menggulingkan tubuhnya hingga terlentang dan menindihnya. Pria itu merentangkan kaki Bintang dan menempelkan tubuhnya.

Bahkan Bintang tidak takut sedikitpun. Malah dia mulai merasakan sesuatu yang bergetar dalam dadanya. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat, merasakan jiwanya bergejolak.

“Sulit dipercaya kalau orang secantik dan seunik dirimu akan jatuh begitu saja dalam pelukanku.” Ujar pria itu pada Bintang.

Bibir pria itu menyelusuri leher dan dengan sengaja dia melengkungkan tubuhnya, seolah-olah memberikan akses nyaman pada pria itu. Dengan perlahan, dia menggesek-gesekkan pinggulnya pada tubuh pria itu untuk merasakan kejantanannya dan saat itu dia mendengar pria itu menggeram senang. Dan pria itu ******* bibirnya, memaksakan lidahnya masuk ke dalam mulutnya.

Saat itu, dia merasakan bahwa tubuhnya sedang merekah dan siap memberi jalan pada pria itu. Dan pria itu pun merasakannya. Pria itu mulai membelai pahanya yang mulus, meremas bokongnya, lalu mengelus bagian tubuhnya dengan lembut. Lalu pria itu melayangkan pandangan ke arah wajah Bintang dengan tatapan yang mempesona. Bintang membalas tatapan mata pria itu. Batin Bintang sangat mengagumi wajah tampan sang pria itu. Bintang semakin menjerit dan tanpa malu-malu dia semakin mendekatkan dirinya pada tubuh pria itu.

Pria itu terus menerus menyentuh bagian tubuh Bintang dengan lembut. Dia mengetes kesiapan dirinya untuk menerimanya. Sentuhan pria itu sangat agresif, nekad, namun sangat lembut.

Pria itu membisikkan sesuatu ke telinganya, sebuah kata-kata rayuan yang lembut, kata-kata puitis dan sensual. Kata-kata rayuan yang diucapkan pria itu sangat menyenangkan hatinya.

Bintang menggerak-gerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri di bantal, lalu berkata, “Cintai aku sekarang, Felix! Aku mau kamu mencintai aku sekarang. Bercintalah denganku.”

Pelan-pelan dengan tenang tapi mantap, pria itu menyatukan tubuh mereka, seolah-olah ingin memperpanjang waktu yang mereka rasakan.

Kemudian Felix mengangkat kepalanya dan menatap Bintang sampai kedua matanya terbuka. Wajah tegang sangat tegang karena menahan gairahnya, meskipun terbersit ada rasa amarah dan penyesalan dalam dirinya.

Bintang melingkarkan tangannya di leher Felix dan melengkungkan tubuhnya dan berkata, “Aku benar-benar ingin dicintai sekarang. Please, Felix!”

“Tetapi….!”

“Felix…!” Jeritnya sambil melengkungkan tubuhnya lebih tinggi lagi.

Felix rupanya juga tidak mampu menahan diri. Dan tidak ada satu pun di dunia ini yang sanggup menghalanginya untuk memiliki Bintang seutuhnya. Dengan mantap, Bintang meleburkan dirinya ke dalam tubuhnya sampai benar-benar menyatu di dalam kehangatan.

“Ya ampun!”

Kepedihan dan kemikmatan yang tidak terhingga mewarnai jeritan Bintang. Antara menyesal dan tidak. Antara sadar dan tidak, Bintang melakukan semua itu pada malam itu.

“Apakah kamu merasa sakit, Bintang? Apa aku telah menyakitimu?” Tanya pria itu merasa khawatir melihat Bintang yang semakin menjerit kesakitan.

“Tidak! Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir.” Isak Bintang dengan nada bahagia.

Bintang tadi telah memohon padanya dan ketika pria itu hendak menolak, namun Bintang telah membuatnya terperangkap sehingga tidak ada jalan lain yang bisa dilakukannya. Mereka melakukan hal itu berulang-ulang kali pada malam itu. Dan pria itu telah membimbingnya sampai meraih puncak surgawi dunia.

Sekarang Bintang mulai membuka kedua matanya dan menghembuskan ******* yang tertahan, “Ya Tuhan!”

Dia bisa mengingatnya sekarang. Semua yang telah dilakukannya, sampai sedetail-detailnya, setiap patah kata yang telah diucapkannya serta hal-hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Bintang menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan dia sedang berusaha menghapus bayangan yang telah terlintas di benaknya. Dia mulai merasakan demam dan tubuhnya mulai menggigil, sehingga nyaris tidak mampu untuk berdiri dengan tegak.

Lalu dengan perlahan-lahan, dia berjalan menuju kamar mandi. Lalu membasuh wajahnya dengan air dingin.

Keesokan harinya di sekolah, di ruang para guru. Para guru di sekolahan, mereka sedang bergosip ria mengenai dirinya…….

“Ah, malang sekali nasibmu, Bintang!” Ujar salah seorang guru yang berada dalam ruang guru itu.

“Maksudmu pria itu telah membuatmu hamil seperti ini persis sebelum kalian berpisah?” Ujar guru lainnya.

“Sebenarnya tidak separah itu. Aku memang sudah lama menginginkan seorang bayi yang mungil hadir dalam kehidupanku.” Kata Bintang sambil menuangkan kopi ke dalam cangkir. Dan tampaknya mereka tidak memperdulikan ucapan Bintang.

“Yah, begitulah laki-laki. Dengan seenaknya saja menanamkan benih pada seorang wanita, tanpa peduli dengan wanita itu.” Celetuk salah seorang guru lagi pada teman-temannya.

“Yah, begitulah adanya. Laki-laki akan mengatakan dan melakukan berbagai macam cara agar bisa mengajak wanita untuk tidur bersamanya.” Ucapan itu terlontar dari seorang wanita yang telah bercerai, tetapi dia tidak putus-putusnya mencari pasangan baru. “Tetapi sangat menyenangkan saat melakukannya, benar tidak?” Katanya lagi sambil merebahkan tubuhnya pada senderan kursi.

Mereka semua tertawa mendengar ucapan wanita itu barusan, sedangkan Bintang hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman kecil.

Tetapi, dia memang harus mengakuinya, memang terasa sangat menyenangkan saat dia melakukan adegan itu. Dia merasa sesuatu yang menakjubkan pernah terjadi pada dirinya.

Tidak pernah terlintas dalam benaknya dia akan mengalami hal itu. Dan dia tidak perlu malu mangalami hal itu. Karena dari peristiwa malam itulah, tercipta bayinya.

Bintang mengelus-elus bayinya dengan sebelah tangannya dan berkata, “Aku sangat menyayangimu.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!