Bab 19

“Lalu bagaimana dengan pria yang pernah kamu ceritakan itu?” Tanya Felix penasaran sekaligus cemburu mendengar Bintang dekat dengan pria lain.

“Tidak ada.” Jawab Bintang dengan singkat. Dalam hatinya percuma saja dia berbohong dan mengarang cerita tentang pria lain pada Felix.

“Aku pun sama. Aku tidak pernah tidur dengan wanita lain, selain dirimu, Bintang.”

“Aku tidak percaya.” Kata Bintang seakan tidak percaya pada perkataan Felix barusan. “Pria sepertimu penuh dengan percaya diri, tampak kaya raya, punya semangat hidup yang tinggi dan punya segalanya. Tidak mungkin kamu tidak pernah tidur dengan wanita lain, selain aku. Aku tidak percaya.”

“Ya, itu terserah pada penilaianmu saat ini. Aku tidak memaksa kamu harus percaya padaku. Memang kenyataannya aku tidak pernah berbuat yang aneh-aneh, seperti yang kamu pikirkan saat ini.” Kata Felix sambil tertawa. “Bintang, saat ini yang aku inginkan hanyalah dirimu dan bayiku. Aku tidak mau memikirkan wanita lain, selain dirimu. Aku sudah terlalu tua untuk bermain sandiwara. Dan aku tidak mau memperburuk situasi yang memang sudah parah sejak kedatanganku tadi pagi. Bagiku semua ini sangat berharga untuk aku pertaruhkan.” Katanya sambil memandang Bintang dengan tatapan lembut.

Felix berjalan mendekati jendela rumah dan berkata, “Aku bisa saja datang menemuimu dan melakukan pendekatan secara perlahan-lahan. Atau mengajakmu berkencan. Tapi, itu semua akan tampak konyol. Malah semua itu malah akan mempermalukan dirimu di hadapan semua orang.” Jelas Felix sambil berpaling ke arah Bintang.

“Aku bisa melihat dari raut wajahmu kalau kamu merasa tidak nyaman atas kehadiranku di tempat ini. Apa diriku ini membuatmu jijik? Apa dalam pikiranmu bercinta denganku membuatmu merasa jijik?”

Bintang memandang wajah Felix dengan tatapan sayu dan menjawab, “Tidak.”

Felix berusaha menyembunyikan senyuman leganya. “Baguslah kalau begitu. Apa karena umurku? Perbedaan umurku dan umurmu. Itukah penyebabnya? Berapa umurmu saat ini?”

“Sekarang aku berumur tiga puluh tahun.” Sahut Bintang singkat.

“Aku lega mendengar jawabanmu itu. Aku kira kamu lebih muda dari itu. Selisih umur kita lima belas tahun. Apa itu menjadi masalah buatmu, Bintang?”

“Tidak, Felix. Aku tidak mempermasalahkan perbedaan umur kita yang terpaut jauh sekali. Bahkan aku sangat menyukai pria yang matang dan dewasa.”

“Kalau begitu apa masalahnya, Bintang?”

“Semuanya!” Jawab Bintang sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. “Kamu dan aku. Perbedaan umur hanya merupakan prioritas paling bawah dari semua masalah yang ada. Kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain. Kamu paham kan maksudku, Felix?”

“Aku mengenal setiap jengkal dari dirimu, Bintang. Kamu juga mengenalku, bukan? Kita bahkan sudah saling menyentuh, saling menjelajahi dan saling menciumi setiap bagian tubuhnya.” Jelas Felix pada Bintang.

Wajah Bintang berubah menjadi merah mendengar ucapan Felix barusan. “Kita tidak saling mengenal dengan cara yang wajar.”

Felix menarik badan Bintang, memeluknya dengan erat dan menekan kepala Bintang ke dadanya yang bidang, “Itulah sebabnya aku berada di sini. Aku ingin kita saling mengenal lebih dulu, sebelum kita berkenalan dengan makhluk mungil yang ada dalam rahimmu itu, Bintang. Dan itulah hal pertama yang ingin aku ketahui.”

“Setiap kali aku menyentuhmu, kamu berubah menjadi sangat tegang. Bahkan kamu menghindar dariku. Aku bisa merasakan keraguanmu saat ini. Seperti semacam sebuah ketakutan ada dalam dirimu saat ini, Bintang. Apa yang kamu takuti, Bintang? Kenapa kamu selalu menjauhiku setiap kali aku ingin kubelai?”

Bintang menelan ludahnya. Suaranya terdengar terbata-bata dan dia sedang berusaha menahan amarahmya, meskipun tidak yakin akan berhasil. “Apa kamu menyalahkan aku? Aku tidak terbiasa dengan kenyataan ini. Seorang pria yang belum lama aku kenal baik, tiba-tiba saja tanpa permisi masuk dalam kehidupanku seenaknya saja. Coba kamu pikirkan dan rasakan keadaanku sekarang dari sudut pandang yang berbeda. Bagaimana perasaanmu bila menghadapi situasi seperti yang aku rasakan sekarang ini?”

Felix memegang wajah Bintang dengan kedua tangannya dan menatap kedua mata Bintang sangat lama, lalu berkata, “Masih ada hal lain dibalik itu semua, Bintang. Pada malam kejadian itu di apartemenku, kamu seolah haus akan sentuhan laki-laki. Dan kamu juga haus akan cinta dari seorang laki-laki. Aku melihat ada kesedihan dalam dirimu. Karena itu aku mencoba mencari tahu apa sebabnya kamu seperti itu. Itulah salah satu alasan dari keinginanku untuk membahagiakanmu, Bintang.” Jelas Felix pada Bintang.

Lalu Felix mengecup kening Bintang dengan lembut. “Ketika kamu tiba-tiba masuk dalam kehidupanku tanpa permisi dan ingin menyentuh kehidupanku, perasaanku sangat berbunga-bunga penuh kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hari sudah malam. Sekarang lebih baik kita tidur. Hari ini kamu telah mengalami hari yang sangat melelahkan buatmu.”

Felix bangkit berdiri sambil membantu Bintang berdiri, lalu menuntun Bintang dengan lembut menuju kamar tidur. Bintang hanya menuruti perkataan pria itu tanpa membantah sedikit pun.

Kemudian Bintang menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya ke sekolah besok ke sekooah. Kemudian dia bersiap-siap untuk tidur. Dia menyelimuti tubuhnya dengan selimut.

Tetapi, tiba-tiba saja pria itu muncul dan berkata, “Aku akan membereskan isi koperku besok pagi saja. Karena sekarang aku sudah sangat lelah sekali.” Ujarnya sambil menguap. “Sepertinya kita kehabisan stok sabun mandi dan sabun cuci piring, kamu biasanya beli dimana? Beli di pasar atau di mini market?”

“Biasanya aku beli di mana saja. Kadang beli di warung, di mini market atau di pasar. Kamu sedang apa di situ?”

“Aku sedang melepaskan baju kaosku. Dan sekarang aku akan menanggalkan celanaku. Rasanya gerah sekali.” Katanya sambil menanggalkan celananya. Dia berdiri dan membuka kancing dan menurunkan retsleting celana jinsnya.lalu membiarkan celana itu melorot mencapai lantai. Lalu dia keluar dari onggokan celana itu dan memungut celana dan baju kaosnya dan melipatnya dengan rapi. Lalu ditaruhnya di kursi. Setelah itu kembali menatap Bintang. Pria itu tidak peduli meskipun hanya mengenakan dalaman putih yang ketat.

“Apa kamu tidak merasa dingin berpakaian seperti itu?” Tanya Bintang. Dia cuma terkesima mengawasi pria itu berjalan mengitari tempt tidur. Lalu berhenti di sampingnya.

“Kamu tampak seperti sebongkah puding yang sangat menggiurkan, Bintang. Bahkan puding itu ingin aku santap sekerang.” Kata Felix sambil menatap Bintang dan membiarkan matanya menikmati tubuh Bintang.

Meskipun gaun warna kuningnya sudah tampak kusam, Bintang tetap setia memakainya karena gaun itu sangat nyaman dipakai olehnya. Gaun tanpa lengan dengan garis leher yang rendah itu menampakkan belahan dadanya. Bahkan tidak pernah terlintas dalam benak Bintang betapa tipisnya bahan gaun yang dia pakai saat ini. Sehingga tampak menerawang.

Felix sangat menyukai gaun yang dipakai oleh Bintang. Tampak jelas setiap bagian tubuh Bintang.

Nantikan kisah mereka selanjutnya......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!