Bab 6

Bintang mengangkat sebelah tangan ke pelipisnya yang sedang berdenyut-denyut mengingat peristiwa semalam. Sambil berusaha mengingat-ingat kejadian kemarin. Dia berusaha mengingat tentang apa saja yang bisa dia ingat.

“O.. ya, aku memang mengunjungi Lina dan Andi semalam. Saat mengunjungi mereka, saat-saat yang menyenangkan. Melihat panorama di kota ini. Dan menikmati hidangan yang luar biasa lezatnya. Serta menikmati sebuah minuman es jelly, sebuah minuman khas dari kota ini. Dan semangkuk puding sebagai makanan pencuci mulut. Lalu setelah itu aku mengucapkan selamat berpisah di depan pintu apartemen mereka. Sebelum meninggalkan apartemen mereka, aku memeluk Lina sambil tertawa. Sesudah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.” Katanya menjelaskan pada Felix tentang kejadian kemarin yang dialaminya.

“Kamu bilang kamu habis mengunjungi temanmu yang tinggal di gedung apartemen ini.” Ujar Felix. “Saat itu aku berada dalam lift bersama denganmu. Kemudian tiba-tiba saja listrik padam. Dan dalam waktu beberapa saat kita sempat terjebak dalam lift. Tetapi ketika lift itu berhenti, kamu sangat terguncang dan aku tidak bisa meninggalkanmu dan membiarkanmu begitu saja di jalan. Aku lalu membawa kamu ke dalam apartemenku. Aku memberikanmu minum wine, maksudku supaya kamu bisa merasa agak baikkan. Aku memelukmu saat kamu menangis. Kamu..”

“Tetapi semua penjelasanmu itu tidak menjelaskan kenapa aku sampai di tempat tidurmu setelah aku diperkosa?” Ujar Bintang dengan nada kesal.

“Apa katamu barusan? Aku memperkosa kamu?!” Ulang Felix dengan nada tinggi.

“Ya, semua itu benar adanya. Aku telah diperkosa kamu. Aku tidak akan mungkin mau tidur dengan kamu begitu saja.”

Wajah Felix tampak sangat tegang menahan amarah. Lalu bertanya pada Bintang, “Apa kamu menyadari kalau kamu menderita Claustrophobia akut?”

Bintang menganggukkan kepalanya, “Ya, aku tahu penyakitku itu.”

“Menurutku kamu pasti tidak akan ingat urutan peristiwa semalam karena kamu benar-benar terguncang.” Kata Felix.

“Sedangkan mengenai itu….” Kata Felix pelan, sambil melirik noda yang berada di tempat tidur. “Aku berani memastikan bahwa aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak kamu inginkan. Dan aku bersedia membicarakan hal ini denganmu. Dalam suasana yang tenang di saat kita minum kopi. “ Lalu Felix melangkahkan kakinya ke sebuah pintu lalu membukanya. “Ini kamar mandinya. Siapa tahu kamu ingin mandi. Aku akan membawakan pakaianmu ke sini atau sementara kamu bisa pakai pakaianku. Sementara kamu mandi, aku akan membuatkan kopi untukmu. Dan setelah itu pelan-pelan kita akan membicarakannya lagi secara bersama-sama. Supaya kejadian yang menimpa dirimu terasa masuk akal bagimu. Oke?”

“Sama sekali tidak oke.” Sahut Bintang dalam hati. Namun, Bintang tetap mengganggukkan kepalanya.

Kemudian Felix meninggalkannya sejenak. Kemudian kembali dengan membawa pakaian Bintang yang sudah lusuh, sepatu dan dia mengantarkan semua barang-barang Bintang. Felix tidak mengatakan sepatah kata pun dan langsung keluar dari kamar mandi dan meninggalkan Bintang seorang diri.

Bintang tidak mau membuang-buang waktu lagi, dia langsung turun dari tempat tidur dan cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Bintang memutar keran pancuran. Lalu dia termenung dan berkata dalam hatinya, “Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Aku baru seminggu berada di kota ini. Aku sudah mabuk dengan minuman yang bernama wine. Lalu tertidur di kamar bersama dengan pria yang sama sekali tidak  aku kenal. Aku tidak bisa membayangkannya.” Ujarnya dalam hati.

Setelah selesai mandi, Bintang memakai pakaian. Ketika hendak memakai pakaian, tiba-tiba tangannya gemetar. Dia mencoba memakai pakaian dengan secepat mungkin. “Siapakah pria itu yang sebenarnya?” Tanyanya dalam hati. “Tapi sudahlah, aku juga tidak ingin mengetahui lebih banyak tentang pria itu.”

Dengan hati-hati, Bintang membuka pintu kamar mandi dan mengintip ke luar. Dari arah luar kamar mandi, terdengar suara dari televisi sedang memberikan informasi tentang prakiraan cuaca untuk hari itu.

Dengan diam-diam, dia mengendap-endap menuju pintu depan. Dia melihat Felix sedang sibuk di dapur.

Menurut Bintang, sepertinya Felix tidak menyesal atas semua kejadian ini. Malah terkesan sangat senang, bagaikan seorang pria yang berhasil merayu seorang wanita agar bersedia tidur dengannya. Tampaknya peristiwa di pagi ini merupakan peristiwa yang sangat buruk menimpa dirinya.

“Selamat tinggal, bapak… Entah siapa namamu.” Bisik Bintang dalam hatinya saat membuka pintu depan dan menyelinap ke luar. Diam-diam dia segera menuju lift dan dengan cepat dia langsung menekan tombolnya. Rasanya lama sekali waktu yang dibutuhkan lift itu menuju lantai ke 25. Apalagi untuk kembali turun ke lobi.

Bintang berpikir, apakah Felix langsung akan menyadari ketidakhadirannya di dalam apartemennya itu? Dan apakah Felix akan menelpon satpam penjaga pintu apartemen di lantai dasar dan meminta satpam itu dan meminta orang itu untuk menghalangi upayanya untuk melarikan diri?

Dengan terburu-buru, Bintang berjalan melewati satpam penjaga pintu depan apartemen itu. Satpam itu menyapanya dengan ramahnya, “Selamat pagi, bu!”

Bintang membalas sapaan satpam itu dengan senyuman, “Selamat pagi juga!”

Sampai di depan pintu utama apartemen, Bintang langsung berlari dan unruk memanggil mobil taksi.

Bintang ingin langsung segera tiba di hotel tempat dia menginap, lalu berkemas dan sesegera mungkin meninggalkan kota yang sudah membuatnya kehilangan masa depannya.

Sesampainya di dalam mobil taksi, Bintang menghempaskan kepalanya pada sandaran bangku belakang taksi. Dia merasa dirinya belum pernah sepenat ini. Dia berusaha untuk mengabaikan pegal-pegal yang dia rasakan di beberapa bagian tubuhnya, yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Bagaimana peristiwa ini bisa terjadi tanpa dia sendiri menyadarinya?

Dia berusaha memejamkan kedua matanya rapat-rapat sambil berusaha menghalau rasa ingin tahunya. Tetapi, ternyata itu tidak mudah dilakukannya.

Namun, yang pasti pria itu telah memperlakukannya dengan lembut,karena kalau tidak pasti saat itu dia sudah merasa sakit. Bagaimana cara pria itu berhasil merayunya dan bisa sampai bercinta dengannya?

“Ya, Tuhan!” Ucap batin Bintang sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Bintang tidak tahu apakah dia harus merasa menyesal atau tidak karena dia sama sekali tidak mengingat kejadian itu sama sekali. Atau dia harus membayar mahal sebagai konsekuensinya.

“Siapakah pria itu? Dan mungkin saja pria itu sudah memiliki isteri dan anak. Atau pria itu menderita salah satu penyakit menular? Atau menderita kelainan seksual?” Tanyanya dalam hati.

Lalu Bintang menertawai dirinya sendiri. Sebagian wanita pasti akan menganggapnya sebagai wanita yang beruntung. Mengapa dia mengganggap dirinya beruntung?

Padahal bukankah jelas-jelas semalam dia sudah tidur bersama laki-laki yang tidak dikenalnya? Bukankah dia harus mencemaskan dampak dari peristiwa yang dialaminya semalam? Bukankah dampak dari kejadian semalam itu, Bintang bisa saja hamil di luar nikah? Bila hal itu sampai tejadi, maka dia harus menanggung malu sudah mencemarkan nama baiknya juga nama baik keluarganya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!