Bab 19

Sudah lebih dari dua minggu Maura belum memberi jawaban apapun pada Fabian. Kartu nama pemberian Fabian juga masih dia simpan. Bukan Maura tidak memiliki jawaban atas permintaan Fabian. Dia sudah ada jawaban untuk permintaan Fabian siang itu. Cuma dirinya belum siap bertemu kembali dengan Fabian mengingat sikap Fabian saat mereka bertemu kembali siang itu. Maura masih kesal sama Fabian yang seenaknya sendiri menggendong dirinya di depan umum. Malu, pastinya. Apalagi siang itu banyak sekali orang yang melihat kelakuan Fabian terhadap dirinya. Semoga saja tidak ada yang mengenal dirinya, pikir Maura yang takut ketahuan kalau ternyata dirinya lah wanita yang digendong Fabian.

Meski Maura sudah memiliki jawaban atas permintaan Fabian, dia masih menimbangnya lagi mengingat status pernikahan yang Fabian sandang. Maura tidak ingin menyakiti hati sesama wanita juga seorang anak kecil. Fabian sudah menikah dan memiliki seorang istri juga anak, tidak mungkin Maura masuk ke kehidupan mereka dan menjadi duri di pernikahan Fabian bersama istrinya.

Seandainya saja Maura tahu kalau Fabian sudah berstatus duda sekarang, apa dia masih memikirkan dan menimbangkan kembali jawabannya?

Maura yang saat ini duduk di dekat jendela kamar melihat kearah bawah saat ada sebuah mobil masuk dan parkir dihalaman rumahnya. Dia tidak mengenali mobil itu milik siapa. "Malam-malam begini Ayah masih aja nerima tamu." Gerutu Maura yang sebenarnya kasihan melihat Bryan di usia senja masih saja mengurus perusahaan yang terus saja berkembang setiap tahunnya.

Meski sebenarnya Maura juga membantu di perusahaan, tapi dia tidak mau mengambil penuh tanggung jawab perusahaan mengingat status dirinya. Biar Attar yang nantinya jadi penerus Ayah Bryan, untuk saat ini Maura hanya membantu saja sampai Attar nanti siap masuk dunia kerja. Harap Maura semoga setelah lulus kuliah Attar bisa langsung meneruskan perusahaan dan tidak perlu menunda-nunda lagi.

Maura saja yang sudah diberi Freya perusahaan ABA Corp tidak mau menjalankan, Maura justru meminta Rendy juga Rafa yang menjalankan Aba Corp. Maura lebih suka dunia makanan. Dia sendiri kuliah mengambil jurusan ilmu kedokteran dan mengambil spesialis ahli gizi. Tujuan untuk hidup sehat dengan makan dan minum yang bergizi. Makanya dia bersama temannya, Amelia mendirikan sebuah perusahaan dan pabrik yang memproduksi makanan dan minuman sehat. Maura dan Amelia sendiri yang bertugas menentukan nilai gizi dari produk yang perusahaan mereka produksi.

Diluar kamar Maura, tepatnya di ruang tamu, Bryan juga Freya tengah menjamu tamu yang baru saja datang. Tamu yang tidak diundang dan tidak pernah mereka bayangkan akan datang menemui mereka malam ini.

"Silahkan!" Freya dengan sopan mempersilahkan tamunya untuk meminum teh yang baru saja disajikan sama pelayan. Teh yang disajikan bukan sembarang teh, melainkan teh herbal karena hampir semua penghuni rumah suka minum teh herbal dari berbagai jenis tanaman juga bunga.

Dengan segan, Sandi dan juga Shanti meminum minuman yang sudah disajikan sebagai rasa hormat mereka. Keduanya memberanikan diri untuk datang bertemu dengan Bryan dan juga Freya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

"Tumben sekali Pak Rektor datang ke rumah saya malam-malam. Biasanya kalau mau bertemu saat saya datang ke kampus atau anda yang datang langsung ke perusahaan."

Sandi yang memang menjabat sebagai rektor di kampus milik keluarga Abrisam hanya bisa menelan ludah kasar saat mendengar nada sindiran yang keluar dari mulut Bryan.

"Maaf sebelumnya. Kedatangan kami sudah mengganggu waktu istirahat Tuan Bryan dan Nyonya." Ucap Sandi melawan rasa takutnya. Dia takut bila berurusan dengan keluarga Abrisam. Kalau masalah di kampus dia tidak takut dengan Bryan, tapi ini masalahnya lain. Anaknya sudah menodai anaknya Bryan. Sudah pasti dia takut, karena sudah menyinggung keluarga Abrisam.

Shanti yang duduk disebelah Sandi hanya bisa menunduk malu. Dia tidak memiliki muka untuk menatap Bryan maupun Freya mengingat ulah Fabian yang membuat malu keluarga.

"Tidak juga, ini juga belum terlalu malam." Sahut Freya yang tampak biasa saja seolah tidak tahu apa tujuan Sandi dan Shanti bertamu. Berbeda dengan Bryan yang menampilkan wajah dinginnya seperti biasa kalau bertemu dengan orang luar.

"Tuan Bryan sama Nyonya pasti tahu maksud dan tujuan kami datang kesini." Sandi mengehentikan sejenak perkataannya untuk mengambil nafas. "Kami ingin minta maaf atas nama anak kami, Fabian." Sandi menunduk malu. Anaknya itu benar-benar membuatnya malu dihadapan pemilik kampus tempatnya mengajar dan menjabat sebagai rektor.

Bryan tersenyum mengejek, "minta maaf!?" Ulang Bryan dengan smrik di bibirnya. Dia bahkan juga mengangkat sebelah alisnya menatap Sandi. "Memang dengan permintaan maaf kalian putri saya akan kembali seperti semula kehidupannya?" Tanya Bryan. "Tidak." Jawab Bryan sendiri. "Putri saya akan menanggung malu seumur hidupnya atas perbuatan yang sudah anak anda lakukan." Geram Bryan mengingat putrinya yang menanggung karma atas perbuatannya dimasa lalu. Dia tidak marah dengan keadaan Maura saat ini. Dia hanya marah pada dirinya sendiri atas perbuatannya dimasa lalu yang suka main celup tanpa memikirkan kedepannya. Tapi entah kenapa orang lain juga ikut kena amarahnya.

Apalagi bila mengingat Freya yang dulu hamil sendiri tanpa ada siapapun disisinya dan banyak mengalami cemoohan dari masyarakat sekitar, Bryan rasanya ingin marah dengan keadaan waktu itu. Kenapa dia terlambat mengetahui.

"Apa yang Ayah katakan memang benar."

Semua orang menoleh saat mendengar sahutan dari seorang yang baru saja turun dari lantai dua dan melangkah mendekati ruang tamu.

"Maura akan malu seumur hidup atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu." Maura mengatakan itu sambil menatap kedua orang tua Fabian. Dia tadi tidak sengaja mendengar percakapan mereka. "Tapi tidak seharusnya Ayah berkata seperti itu pada mereka." Maura berganti menatap Bryan. "Disini yang salah Maura sama Fabian, kita sama-sama mabuk malam itu. Tidak ada hubungannya dengan kalian." Dengan tegas Maura mengatakan itu. Walau kenyataannya dia sendiri juga belum tegas akan jawaban yang sampai saat ini ditunggu sama Fabian.

"Om, Tante. Saya hargai kedatangan kalian malam ini. Kalian tidak perlu minta maaf. Kalian tidak salah." Maura kembali menatap kedua orang tua Fabian. Dia mengatakan itu dengan senyum diwajahnya. "Saya memang belum memaafkan Fabian, tapi bukan berarti tidak bisa memaafkan dia. Saya masih perlu waktu." ujar Maura yang memang berniat memaafkan Fabian karena disini yang salah keduanya. "Dan untuk tanggung jawab, anak Om sama Tante tidak perlu menikahi saya. Saya sudah punya pilihan sendiri dengan bagaimana cara Fabian bertanggung jawab atas perbuatannya. Mengingat Fabian sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak, saya tidak mau menjadi duri dalam rumah tangga mereka."

Terpopuler

Comments

Rifa Endro

Rifa Endro

duh Maura nyerocos aja kayak petasan banting.

2023-09-24

0

Pasrah

Pasrah

lanjut

2023-09-17

0

Ranita Rani

Ranita Rani

akhirnya yg q tunggu2 klar juga dr mulutmu ra,,,,

2023-09-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!