"Dokter Fabian mau kemana?" Tanya Danu saat melihat Fabian sudah berganti baju padahal belum saatnya pulang kerja.
"Aku ada urusan. Lagian aku juga nggak ada jadwal praktek sore. Aku pergi dulu." Fabian menepuk pundak Danu sebelum melangkah pergi.
"Ehhh!!! Tunggu dulu!" Danu menghalangi langkah Fabian yang akan pergi. "Kita ada jadwal operasi nanti malam. Awas kalau Dokter lupa." todong Danu mengingat jadwal mereka nanti malam. Dia belum berani melakukan tindakan operasi sendiri tanpa didampingi yang sudah berpengalaman.
"Iya aku ingat. Sebelum jam delapan aku sudah kembali." Timpal Fabian dan melanjutkan langkahnya. Dia akan pergi ke rumah keluarga Abrisam sore ini sesuai rencananya.
Mobil yang Fabian kendarai kini sudah masuk ke kawasan cluster mewah. Dengan menggunakan GPS, dia menuju alamat rumah keluarga Abrisam. Alamat yang dia dapat dari Gerry tentunya, karena dia tidak memiliki keahlian dalam bidang pengintaian.
Fabian melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan saat sudah hampir sampai di kediaman Abrisam. Dia melihat pagar yang begitu tinggi dan panjang. Dia yakin kalau bangunan didalamnya pasti sangat besar dan mewah. Dia jadi ragu untuk masuk kesana, dilihat dari rumahnya saja dia sudah insecure sendiri.
"Apa aku akan diterima? Atau malah langsung ditendang?" Batin Fabian bertanya-tanya. Nyalinya langsung menciut, padahal tadi dia begitu semangat dan yakin untuk bertemu dengan keluarga Abrisam untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya atas Maura.
Fabian mengambil nafas panjang dan dia hembuskan perlahan sebelum akhirnya melajukan mobilnya masuk kedalam halaman rumah Keluarga Abrisam. Kebetulan pagar besi itu terbuka lebar, jadi dia langsung bisa masuk. Kebetulan juga tidak ada satpam yang menghentikannya atau sekedar memberi laporan dulu.
Dari dalam mobil Fabian bisa melihat kalau diteras rumah ada Bryan dan juga Freya. Tentu saja Fabian tahu kalau itu Freya, karena Bryan dan istrinya sering muncul di berita bisnis maupun sosial media. Untuk anak-anaknya, Fabian tidak tahu. Karena Bryan maupun Freya sudah tidak lagi mengekspose kehidupan anak-anak mereka di sosial media.
Fabian menghentikan mobilnya dan segera turun dari dalam mobil. Dia berusaha untuk tersenyum meski hatinya berdebar kencang. Dia melangkah menuju teras dimana ada Bryan dan Freya yang tengah menatap kedatangannya.
"Mas!! Bukannya dia,_" Freya tidak melanjutkan ucapannya. Dia masih ingat siapa orang yang baru saja datang itu. Meski sekilas menatap fotonya, tapi Freya masih ingat betul siapa lelaki itu.
"Kenapa dia datang kesini?" Gumam Bryan yang tidak menyangka Fabian akan datang ke rumahnya. Dia menatap nyalang pada Fabian yang berani datang ke rumahnya.
"Selamat sore Tuan Bryan dan Nyonya." Sapa Fabian dengan hormat setelah berdiri tidak jauh dari sang tuan rumah. Dia tersenyum dan memberanikan diri menatap sang tuan rumah meski jantung nya berdebar kencang.
"Kau!! Ngapain kau kesini?" Tanya Bryan dengan suara tegas meski dirinya sebenarnya terkejut akan kedatangan Fabian yang tiba-tiba. Tatapannya begitu mengintimidasi lawan bicaranya menandakan kalau dia tidak senang akan kehadiran Fabian.
Freya diam saja, dia membiarkan suaminya yang berbicara. Dia terus saja memperhatikan anak muda yang sudah menghancurkan putrinya walau itu tanpa kesengajaan karena keduanya sama-sama mabuk. Tapi tetap saja, hati ibu mana yang tidak sakit mengetahui kesucian putrinya direnggut dan kini anaknya hamil di luar nikah.
Dengan masih berusaha tenang dan tersenyum Fabian menjawab, "Saya datang untuk berbicara dengan Tuan dan Nyonya. Pasti Anda tahu maksud dan tujuan saya datang kesini."
Freya menoleh menatap Bryan saat merasakan genggaman tangan Bryan padanya begitu kencang. Apalagi tatapan mata suaminya itu semakin menatap tajam pada Fabian. Ditambah senyuman tipis yang Bryan tampilkan, Freya yakin suaminya itu kini tengah menahan emosi juga amarah.
Maura yang didalam mobil duduk gelisah. Dia tidak begitu peduli dengan tamu yang datang. Dia melihat jam yang ada di pergelangan tangan kirinya sudah menunjukkan pukul tiga sore lewat tujuh belas menit, padahal penerbangan mereka nanti tepat jam 16.45 menit. Dia tidak mau ketinggalan pesawat dan tertunda lagi untuk pergi ke Swiss.
Maura memutuskan untuk turun dari mobil. Dia juga punya sopan santun, tidak mungkin dia akan berteriak memanggil orang tuanya disaat ada tamu. Maura menoleh sekilas pada Fabian dan tersenyum tipis. Sepertinya dia tidak menyadari siapa lelaki itu. Buktinya Maura tetap terlihat santai saat berada di dekat kedua orang tuanya. "Bun!! Kapan kita berangkat? Sudah mau jam setengah empat loh." Bisik Maura pada Freya.
Freya yang merasa tegang karena situasi saat ini hanya tersenyum pada Maura. Dia bingung harus menjawab apa. Tetap tinggal atau tetap pergi.
"Sayang! Bisa masuk ke dalam dulu. Ayah sama Bunda ada tamu penting." Pinta Bryan yang mendengar apa yang Maura bisikan pada Freya.
"Tapi ini sudah hampir jam setengah empat. Aku nggak mau nanti penerbangan ke Swiss tertunda lagi." Tolak Maura mengingat kemarin dirinya tidak jadi berangkat karena Freya masih ada kerjaan.
"Ke Swiss?!" Fabian mengulangi perkataan Maura dengan nada terkejut.
Maura menoleh kearah Fabian. Keningnya mengkerut saat melihat Fabian terkejut. Tidak hanya melihat saja, Maura juga memperhatikan Fabian lebih seksama lagi. "Bukannya dia?" Gumam Maura yang seperti pernah melihat siapa tamu lelaki itu.
"Kamu ingat sama dia?" Tanya Freya lirih saat mendengar suara gumaman Maura. Dia takut kalau Maura nantinya bakal histeris dan mengganggu mental kesehatannya.
Maura tersenyum, "ya jelas ingatlah."
Sontak saja Freya dan juga Bryan saling tatap. Kening mereka mengkerut saat melihat ekspresi Maura yang terlihat senang bukan terkejut karena takut ataupun marah
"Dia kemarin luka, terus Maura obati." Jelas Maura yang ternyata masih mengingat Fabian yang terluka di roof top. "Ternyata tampan juga ya kamu setelah luka kamu sembuh." Puji Maura yang tidak menyangka orang yang dia obati kemarin memiliki wajah tampan.
Fabian yang mendapat pujian dari Maura hanya tersenyum kecut. Apa Maura akan bersikap baik setelah tahu semuanya, pikir Fabian.
"Kita batal ke Swiss. Ada hal yang lebih penting saat ini." Putus Bryan secara sepihak. "Kita bicara didalam!" Bryan berlalu masuk kembali ke dalam rumah.
"Bun!! Kenapa Ayah membatalkan begitu saja?" Maura tidak terima dengan keputusan Bryan yang dengan mudahnya membatalkan kepergiannya.
"Sudah turuti saja. Ayo!!" Freya menarik pelan tangan Maura dan mengikuti Bryan yang sudah masuk terlebih dahulu. Disusul Fabian yang juga ikut masuk.
"Ada apa sih ini? Kok tegang banget perasaan." Gumam Maura dalam hati karena dia memang belum mengetahui tujuan Ayahnya mengajak masuk untuk membahas sesuatu.
"Tujuan saya datang kesini untuk mempertanggung jawabkan perbuatan saya terhadap putri Tuan dan Nyonya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Pasrah
lanjut lagi daripada deg degan sendiri 😇😇😇 deh
2023-09-17
1