One Night Romance

One Night Romance

Bab 1

Dunia Maura hancur saat benda kecil, pipih dan dengan panjang sekitar lima centimeter yang ada di kedua tangannya menunjukkan hasil dua garis merah. Masa kelam orang tuanya terulang kembali pada dirinya. Karma kedua orang tuanya jatuh tepat pada dirinya tanpa berbelok.

Marah, sedih, kecewa itu yang Maura rasakan saat ini. Marah, kenapa harus dirinya yang mendapatkan karma atas perbuatan orang tuanya dimasa lalu. Sedih, karena tidak bisa menjaga kepercayaan yang sudah Ayah dan Bundanya berikan pada dirinya. Kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga diri dengan baik dan melakukan kesalahan yang sangat fatal.

"Kenapa dia harus hadir, ya Allah? Kenapa?" Maura luruh kelantai kamar mandi, dia meraung menangisi nasibnya yang hamil di luar nikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dia kenal. Bahkan dia tidak tahu seperti apa wajah lelaki itu.

Maura tidak mempermasalahkan kehormatannya hilang sebelum menikah. Dia tidak perduli bila nanti tidak ada lelaki yang mau menikah dengan dirinya saat tahu dirinya sudah tidak perawan lagi. Tapi yang Maura permasalahkan saat ini kenapa janin itu harus hadir, kenapa harus tumbuh sekarang. Dia tidak ingin ada seorang anak yang bernasib sama seperti dirinya. Dan sialnya itu, kini dia tengah mengandung calon anak yang nantinya bernasib sama seperti dirinya. Seorang anak yang lahir di luar nikah, seorang anak yang nasabnya ikut Ibu yang sudah melahirkan, bukan ikut Ayah biologis.

Syukur kalau Ayah biologis mau mengakui dan bertanggung jawab seperti Ayahnya, Bryan. Kalau tidak entah akan seperti apa anak itu nantinya bila sudah tumbuh dewasa.

Mau menggugurkan kandungannya, Maura tidak memiliki keberanian untuk itu. Dosanya begitu banyak. Dia anak yang lahir dari sebuah dosa kedua orang tuanya. Dia juga sudah berdoa karena berbuat zina dan maksiat sampai menghasilkan janin. Dia tidak ingin menambah dosanya lebih banyak lagi.

"Andai malam itu aku tidak pergi kesana. Mungkin semua itu tidak akan pernah terjadi. Dia tidak akan hadir dan tidak akan pernah hadir " Maura merem mas kaos yang dia kenakan tepat pada bagian perutnya. Dadanya terasa sesak mengetahui kenyataan yang ada saat ini.

Ingatan Maura kembali saat malam dimana dia harus kehilangan kehormatannya. Kesuciannya direnggut paksa orang yang tidak dia kenal karena efek mabuk satu sama lain.

Maura yang malam itu patah hati karena Rafa menikah dengan wanita lain pergi ke kelab malam untuk melampiaskan kemarahannya dengan minuman keras. Maura pergi sendirian meski sebenarnya itu pertama kalinya bagi dirinya pergi ke kelab malam juga minum minuman keras. Dia tahu apa yang dilakukannya itu salah, tapi Maura tetap melakukan itu karena rasa sakit dihatinya yang ditinggal Rafa menikah padahal dirinya sudah menunggu Rafa selama tiga belas tahun. Cintanya pada Rafa selama ini ternyata hanya bertepuk sebelah tangan.

Maura minum sampai mabuk dan hilang kesadaran sampai akhirnya kesuciannya direnggut lelaki yang tidak dia kenal.

"Sorry! Aku harus pergi dulu. Aku akan mempertanggung jawabkan semuanya. Tolong kamu hubungi nomor ini 0813xxxxxxxx. Fabian" secarik surat yang Maura temukan pagi itu.

"Fabian brengsek!!!" Umpat Maura saat mengingat nama lelaki yang sudah menanam benih di rahimnya.

Meski kejadian itu sudah berlangsung selama sekitar tiga minggu, Maura masih mengingat nama itu walau dirinya tidak tahu bagaimana rupa lelaki yang bernama Fabian.

Maura yang masih menangisi nasibnya sendiri harus segera sadar dan tidak boleh larut dalam kekalutan hidup atau nanti mentalnya yang akan diserang. Dia segera bangkit dan membuang tast pack pada tempat sampah secara kasar. Dia juga segera membasuh wajahnya supaya terlihat segar kembali.

"Aku harus cerita sama Ayah Bunda. Mereka harus tahu. Aku tidak peduli bila harus kena marah atau diusir dari rumah bahkan dicoret dari kartu keluarga. Aku tidak ingin Ayah sama Bunda tahu dari orang lain."

🌷🌷🌷

"Selamat pagi Dokter Raka!" Sapa dokter Gerry yang baru saja masuk ke ruang khusu spesialis bedah.

"Pagi juga." Jawab Raka. "Tumben sendiri, mana Dokter Bian?" Tanya Raka yang tidak melihat rekan satunya lagi yang biasanya berangkat bersama Gerry.

"Dokter Raka nggak tahu?" Raka mengerutkan keningnya bingung saat Gerry justru bertanya pada dirinya.

Gerry yang melihat Raka tampak bingung pun menjawab pertanyaannya sendiri. " Semalam istri Dokter Bian masuk rumah sakit. Kambuh lagi sakitnya. Mungkin sekarang Dokter Bian ada di kamar rawat istrinya."

Raka mengangguk paham. Istrinya Bian, yang merupakan adiknya memang sering keluar masuk rumah sakit karena sakit asam lambung yang dideritanya. Dan dia tadi juga sudah sempat menjenguk adik satu-satunya itu.

"Kasihan banget ya istrinya Dokter Bian. Masih muda loh padahal." Gerry merasa iba dengan istrinya Bian, rekan kerjanya. Dia sepertinya tidak sadar saat mengatakan itu Raka bisa mendengarnya.

"Namanya penyakit tidak mengenal muda atau tua, miskin atau kaya. Yang jaga pola hidup sehat aja bisa sakit, apalagi tidak." Sahut Vira yang baru saja masuk dan mendengar perkataan Gerry. Dia juga seorang dokter spesialis bedah

"Benar juga sih." Gerry manggut-manggut, setuju apa yang Vira katakan.

"Dokter Raka! Sudah bisa tinjau bangsal?" Tanya Irene, dokter residen yang juga baru saja masuk bersama dokter Danu juga seorang perawat.

Raka melihat jam terpasang di dinding. Sudah menunjukkan pukul sembilan kurang dua menit. "Ayo kita bersiap!" Ajak Raka selaku kepala dokter spesialis bedah.

Semuanya bersiap-siap dan memakai seragam kebesaran mereka. Tidak lupa membawa stetoskop dan perlengkapan lainnya yang sering dokter gunakan untuk berkunjung memeriksa pasien.

"Maaf telat! Kalian duluan saja. Aku akan menyusul."

Mereka semua mengangguk dan meninggalkan Fabian, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Dokter Bian.

Fabian bersiap dengan tergesa dan menyusul rekannya yang sudah berjalan duluan menuju bangsal.

"Bagaimana keadaan istrimu?" Tanya Gerry pada Fabian setelah mereka selesai berkunjung ke bangsal pasien untuk memeriksa kondisi pasien.

"Sudah lebih baik dari semalam." Jawab Fabian. Tampangnya terlihat begitu lesu. Mungkin kurang tidur karena harus menjaga istrinya yang tengah sakit.

"Wanita itu belum ada hubungi kamu?" Gerry bertanya dengan suara pelan nyaris berbisik.

Melihat Fabian yang menggelengkan kepala membuat Gerry mengangguk kepalanya paham. "Aku juga sudah coba selidiki, tapi susah banget. Wajahnya tidak terdeteksi, plat mobilnya juga sama, tidak terdeteksi. Aku jadi overthinking deh. Jangan-jangan dia anak pejabat atau pengusaha sukses?" Tebak Gerry karena identitas wanita yang mereka bicarakan sangat sulit didapat.

Fabian menghentikan langkah kakinya. Dia jadi kepikiran apa yang Gerry katakan barusan. "Apa benar wanita itu anak pejabat atau pengusaha sukses?" Batin Fabian.

Terpopuler

Comments

ayudya

ayudya

maaf thor baru bisa baca skrg, aku kira gak ada cerita baru lagi dari author.

2024-04-13

1

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

Mampirrr yah kak☺️☺️

2023-11-03

1

Bunda

Bunda

nyimak

2023-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!