Maura terlihat antri untuk mengambil obat di apotek rumah sakit. Sebenarnya dia bisa saja meminta salah satu staf rumah sakit mengantri obat untuk dirinya, tapi tidak dia lakukan. Dia masih bisa melakukannya sendiri, apalagi saat ini dia tidak ada kerjaan. Antri sebentar tidak masalah. Walau dia sesekali melihat sekeliling takut kalau ketemu Fabian.
Setelah gilirannya, dia segera mengambil dan membayar. Dia tidak langsung pulang, melainkan berbelok menuju kantin rumah sakit. Dia ingin membeli minum karena merasa haus. Di mobil juga tidak ada minum, mau tidak mau dia harus membeli dulu minuman daripada nanti dirinya dehidrasi.
"Alhamdulillah!!" Ucap Maura setelah tenggorokannya yang tadinya terasa kering sekarang sudah basah kembali setelah menghabiskan setengah botol minuman kemasan setengah liter.
Maura melihat jam yang ada di ponselnya, sudah menunjukkan pukul dua belas lebih tiga menit dan dia belum makan siang. "Pantas saja lapar." Gumam Maura. Dia melihat sekeliling kantin yang menjual berbagai jenis makanan. Dia bingung mau makan apa.
"Ke restoran sebelah aja deh, kalau kelamaan disini nanti ketemu dia." Maura memutuskan pergi ke restoran yang ada disamping rumah sakit.
Maura keluar dari kantin, langkah kakinya terhenti saat tidak sengaja kedua bola matanya melihat seseorang yang saat ini dia hindari. "Kenapa harus ketemu dia?" Pikir Maura yang tidak senang bertemu dengan Fabian.
Maura berbelok arah dan menghindar dari Fabian. Namun sayang, Fabian sudah terlanjur melihat dirinya dan saat ini tengah mengikuti langkah Maura dengan cepat.
"Awas!!" Tangan Maura ditarik cepat hingga badannya membentur dada bidang. Dada milik seorang lelaki.
"Kamu tidak apa? Lain kali kalau jalan lihat kanan kiri."
Maura mengangkat kepalanya melihat orang yang sudah menariknya dan mengomelinya juga. Badannya sontak menjauh saat tahu siapa orang yang sudah menariknya saat dirinya tadi hampir saja bertubrukan dengan brankas pasien yang tengah didorong menuju IGD.
"Lepas!!" Seru Maura saat kedua lengannya dipegang sama Fabian, orang yang tadi menarik tangannya.
Fabian tidak langsung melepas lengan Maura sesuai keinginan wanita itu. Dia menatap kedua bola mata Maura yang nampak bergerak ketakutan. Dengan perlahan dia melepaskan kedua tangannya yang memegang kedua lengan Maura. Dia tidak ingin melihat Maura histeris seperti waktu itu.
"Tunggu!!" Fabian menghentikan Maura yang akan pergi. "Bisa kita bicara sebentar?" Pinta Fabian dengan memohon. Suaranya juga terdengar begitu lembut tidak ada pemaksaan.
"Hanya sebentar." Pinta Fabian lagi karena Maura hanya diam saja.
"Lima menit." Ucap Maura tanpa melihat kearah Fabian.
Fabian menghembuskan nafas perlahan, lima menit tidak cukup untuk membahas masalah mereka berdua. Dia ingin berbicara dari hati ke hati. Bukan karena Fabian sudah memiliki rasa pada Maura, melainkan karena rasa tanggung jawab atas perbuatannya kepada Maura. "Lima belas menit." Tawar Fabian.
"Lima menit atau nggak sama sekali." Timpal Maura yang tidak suka dengan tawaran yang Fabian berikan, karena untuk saat ini dirinya memang benar-benar belum ingin bertemu lagi dengan Fabian apalagi membahas masalah mereka.
"Lima belas menit atau kamu, aku culik." Balas Fabian yang langsung membuat Maura menatap kearahnya dengan kedua bola matanya melotot. Sepertinya gadis yang sudah menjadi seorang wanita itu kesal dengan balasan yang Fabian berikan. Dia tidak menyangka Fabian akan mengatakan dengan beraninya mau menculik dirinya.
Fabian mengangkat sebelah alisnya dengan senyuman tipis di bibirnya saat melihat ekspresi Maura yang kaget, tidak menyangka dengan balasan yang dia berikan.
"Kalau kau berani, lakukanlah!!." Ejek Maura dengan smrik. Dia lantas pergi begitu saja dari hadapan Fabian.
"ARGHHH!!" Pekik Maura saat tubuhnya tiba-tiba melayang.
"Kau!!" Seru Maura saat tahu siapa pelaku yang membuat tubuhnya melayang tiba-tiba. "Turunkan aku!!" Maura memukul dada Fabian, orang yang membawanya dalam gendongannya. Dia pikir Fabian tidak berani membawanya pergi, ternyata dia salah. Lelaki itu justru terang-terangan mengangkatnya dalam gendongan.
"Diam lah!! Kamu bisa jatuh dan melukai anak kita." Ucap Fabian santai sambil membawa Maura ke tempat parkir.
"Dia anak ku, bukan anak kamu." Sanggah Maura yang tidak terima anak yang dia kandung juga diakui Fabian, meski sebenarnya itu juga anak Fabian. Tapi untuk saat ini Maura belum menerimanya.
Fabian diam saja tidak membalas sanggahan Maura. Dia tetap melangkah menuju tempat parkir. "Mana kuncinya?" Tanya Fabian saat sudah sampai di tempat parkir. Dia menurunkan Maura tepat di samping mobil milik Maura.
"Buat apa?" Tanya Maura balik. Dia menyembunyikan tasnya dibelakang punggung. Dia juga tidak habis pikir, darimana Fabian tahu kalau itu mobilnya. Apa selama ini Fabian memata-matai dirinya, pikir Maura.
"Biar aku yang nyetir, kita berangkat ke resto bersama." Jawab Fabian dengan tangan menodong meminta kunci mobil.
"Nggak!" Tolak Maura yang tidak mau memberikan kunci mobil.
Fabian maju selangkah hingga membuat tubuh Maura mundur hingga membentur pintu mobil. Jantung nya berdetak kencang bukan karena jatuh cinta, melainkan takut Fabian akan melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Fabian semakin mendekat pada dirinya hingga membuat Maura kesulitan bernafas.
"Susah banget tinggal ngasih kunci." Ucap Fabian setelah berhasil menarik tas yang Maura pegang. Dia mengambil kunci mobil dan memberikan kembali tas itu kepada sang pemilik.
"Masuklah!" Fabian membuka pintu mobil dan meminta Maura yang masih bengong masuk kedalam mobil. Maura menurut saja, dia masuk dan duduk di bangku sebelah kemudi.
Fabian tersenyum dan segera masuk kedalam mobil. Dia yang mengemudikan mobil dan membawa mobil itu melaju pelan menuju restoran yang ada disebelah rumah sakit. Tidak jauh, hanya berjarak sepuluh meter dari pintu keluar rumah sakit.
Keduanya kini sudah ada di sebuah restoran. Mereka juga sudah memesan makanan juga minuman.
"Cepat katakan, kau mau ngomong apa!" Maura membuka pembicaraan setelah diam beberapa saat. Dia bahkan tidak mau melihat Fabian. Dia masih kesal dengan sikap Fabian tadi yang seenaknya sendiri.
"Kita makan dulu, baru nanti bicara." Ucap Fabian yang terus memandang Maura. Dia tersenyum dalam hati melihat tampang Maura yang sepertinya kesal pada dirinya.
"Makanannya belum dat,-"
"Permisi!"
Maura tidak melanjutkan ucapannya karena ternyata pelayan sudah datang menyajikan makanan yang mereka pesan.
"Makanlah! Ini buahnya juga jangan lupa dimakan. Cukupi gizinya." Fabian mendekatkan sepiring buah potong beraneka macam kepada Maura.
Maura tidak menghiraukan, dia segera menghabiskan makanan yang sudah dia pesan karena ingin segera menyudahi pertemuannya dengan Fabian. Meski tidak se-histeris waktu itu, tetap saja masih ada rasa takut pada diri Maura. Dia juga kesal sekali dengan sikap Fabian hari ini yang seenaknya sendiri.
"Cukupi gizinya! Kau pikir selama ini aku kekurangan gizi apa. Ya kali seorang dokter ahli gizi bisa kekurangan gizi. Malu sama gelar juga produk yang aku jual." Sungut Maura dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Pasrah
lanjut lagi OK
2023-09-17
2
Nia Black
semangat mom lanjut lagi banyakin bab ya🥰🥰🥰
2023-08-14
0
Roza Pracintee
d tunggu selalu up nya 😘😍
2023-08-14
0